Kalau ada yang bisa mencintai dengan brutal, orang itu adalah Gyuvin.
Sudah satu tahun belakangan ini, Gyuvin secara konsisten mengejar dan mencintai Jia dari kelas sebelah. Sikap Gyuvin yang terlalu terang-terangan, membuat Jia sakit kepala. Sehing...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selesai dengan urusan UKS, Gyuvin seharusnya kembali ke kelas. Tapi rasanya berat sekali, dia masih ingin menjernihkan pikiran. Maka dengan cepat, langkahnya berbalik menuju tangga naik ke lantai paling atas. Gyuvin menuju atap sekolah yang dilarang bagi para siswa. Bukan tanpa alasan, ini memang tempat teraman dan minim kemungkinan untuk ketahuan. Dia 'kan sedang bolos...
Begitu menutup pintu, Gyuvin langsung belok ke kiri, menuju ke tempat tempat tersembunyi di pojok. Seketika itu, dia melihat seorang gadis duduk atas pembatas beton. Gadis itu menghadap ke depan, yang artinya tepat berhadapan dengan Gyuvin. Gadis itu membaca buku seolah tak peduli dengan sekitar. Tak peduli juga dengan punggungnya yang langsung bertemu dengan angin sepoi-sepoi. Berbahaya, goyah sedikit saja, gadis itu bisa jatuh ke bawah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tapi alih-alih mengingatkan si gadis, Gyuvin justru terpaku melihat helaian rambut yang beterbangan terbawa angin. Wajahnya bercahaya di bawah sinar matahari, juga semakin cantik saat sedang serius membaca. Perasaan Gyuvin kembali meleleh bak mentega yang dipanaskan. Gyuvin selalu menyukai pemandangan Jia yang sedang membaca. Gyuvin tidak bisa bohong, dia masih sangat menyukai Jia.
Tampaknya Jia merasa menjadi pusat perhatian. Maka setelah menyelesaikan satu halaman, Jia menyelipkan pembatas buku lantas menutupnya rapat-rapat. Pandangannya naik dan langsung bertemu denga Gyuvin yang tampak terkejut. Jia juga lumayan terkejut, apa lagi melihat wajah Gyuvin yang terluka. Tapi Jia berusaha bersikap biasa saja, wajahnya dibuat sedatar mungkin.
"Kamu bolos?" tanya Jia.
"Kamu sendiri?"
"Kelasku jam kosong."
Percakapan itu berhenti, dengan Gyuvin yang tak tahu lagi harus menyambung dengan apa. Jia turun dari pembatas dengan sedikit melompat. Hentakan kaki Jia tampak mengejutkan Gyuvin sampai lelaki itu terperanjat dan mundur selangkah. Jia menyadari Gyuvin masih waspada dan hanya tersenyum miring lalu berputar, mengintip ke bawah dari pembatas beton.
Melihat langkahnya yang semakin mundur, Gyuvin menggeleng cepat berusaha menyadarkan diri. Ayolah, dia bukan pengecut, 'kan? Makanya Gyuvin berusaha mendekati Jia. Walau langkahnya pelan, tapi Gyuvin berhasil sampai ke sisi kanan Jia, ikut mengintip ke bawah.