Kringg.. kringg.. kringg..
Jam pelajaran sekolah pun telah selesai, bel pulang berbunyi, semua murid dikelas merapihkan buku-buku dan kursi mereka masing-masing, kecuali Emmanuel, dia masih saja tertidur pulas meski sudah dibangunkan oleh teman-temannya yang mendapat jadwal piket.
"Sumpah nih ketua kaya kebo kalo tidur, paling kalo ada gempa juga kaga bangun ni orang, kita pulang aja lah yo". Ujar salah satu laki-laki kepada teman-temannya yang lain.
Sudah setengah jam ia tertidur disana, semua murid dan guru sudah pulang, sekolah pun sudah sepi seperti tidak berpenghuni.
HUAMM..
Emmanuel terbangun dari tidurnya, mengulet sedikit yang biasa orang lain lakukan jika meregangkan otot-otot mereka sehabis tidur.
"Udah bel na?" Tanya nya mengahadap samping tempat dimana Bina berada.
Sunyi, tidak ada siapapun dikelas. "Anjir? Gue ketiduran kah? Gak ada yang bangunin gue? Sialan banget". Dengan cepat Emmanuel menenteng tasnya dan turun ke lantai satu.
Gila, sepi banget, merinding gue. Batinnya, bulu kuduknya berdiri tegak, hingga ia melihat ada bayangan seseorang yang sedang menaiki tangga, karena merasa takut, Emmanuel menggenggam tasnya kuat, berancang-ancang memukul dengan tas jika itu hantu atau orang jahat.
Emmanuel melihatnya dengan saksama, hingga bayangan itu semakin dekat dengan dirinya. BRUKK!!.
"AKH". Ringis orang yang tadi dipukul oleh Emmanuel menggunakan tas.
Orang itu terpental ke belakang hingga tubuhnya menghempas ke dinding. Emmanuel melotot kaget, ternyata orang itu adalah Pak Guntur.
"Anjirr" celetuk Emmanuel yang kaget.
"BAPAK GAPAPA?" Tanya Emmanuel kuwatir sekaligus ketar-ketir karena takut kena masalah lagi dengan gurunya ini.
Guntur mendongak sembari memegangi kepalanya dengan satu tangan. "Gapapa apanya, kamu tuh ya cari masalah terus kerjaannya". Ucap Guntur kesal, kepalanya sedikit pusing.
"Duh pa, maaf.. saya kira tadi setan, atau orang jahat gitu". Emmanuel menyengir kecil.
Guntur tak menjawab, ia kembali turun tangga sambil masih memegangi kepalanya, jalannya agak sempoyongan, akibat tas tadi.
"Tas kamu isinya batu ya?" Tanya Guntur diikuti langkah Emmanuel.
"Ada 2 batu ditas saya pak hehe". Jawabnya santai, pantas saja Guntur sampai kesakitan begitu.
"HAH?!, KAMU YANG BENER AJA, SEKOLAH BAWA BATU, GILA KAMU YA?!" Seru Guntur saking kagetnya.
"Shutt! Pak, sini biar saya bantu". Emmanuel menyelusup ke samping Guntur, lalu memapah gurunya itu.
Mereka pergi ke UKS untuk mengobati kepala Guntur yang lebam. "Duh.. maaf ya pak, saya gak tau". Ujar Emmanuel merasa bersalah.
Ia mengambil kotak P3K, Guntur duduk dibibir ranjang, sedangkan Emmanuel berdiri sambil mengobati lebam gurunya itu.
Dengan posisi seperti ini jantung Emmanuel berdegup sangat cepat, sebenarnya kenapa sih dengan dirinya setiap didekat gurunya ini selalu deg-degan dan gugup. Duhh.. pak Guntur denger gak ya..
Guntur sedikit terkesiap ketika melihat perlakuan dari muridnya ini, seperti ada yang salah juga dengan dirinya, apalagi saat dada Emmanuel semakin dekat dengan wajahnya, seketika tubuhnya menegang, Guntur berusaha menelan salivanya dengan kasar.
"Sip, sudah selesai pak". Ucap Emmanuel senang setelah menempelkan plaster disana.
"Terimakasih". Guntur beranjak bangun namun kepalanya malah terpentok dagu Emmanuel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf, Pak!
Novela Juvenil"pak ini gak bisa" "Coba lagi" "Udah saya coba 10x tetep gak bisa pak!" "Kalau saya bisa, konsekuensinya buat kamu apa? Hm?" . . . WARNING ⚠️ Kalau kalian suka sama ceritaku, tolong ramaikan juga ya, terimakasih... • Sebelum baca, jangan lupa follow...