Chap.1 DRAMA PINDAHAN

346 36 8
                                    

Hari kepindahan gue dipenuhi drama, hinaan, makian, pokoknya semua kebencian gue dengan keluarga baru papa keluar hari ini semua.

18:54

Gue diem di kamar, gak mau keluar, sampai gue laper untuk makan malam sekitar jam tujuh. Gue kira gue bisa makan sendiri dengan tenang, tapi ternyata mereka bertiga, Papa, Tante Miranda, dan Ray lagi duduk di meja makan menunggu gue. Meja itu penuh makanan yang belum kesentuh dan mereka duduk dengan anehnya, menatap gue turun dari tangga dan tersenyum sumringah.

"Gue pengen makan di kamar aja" Jawab gue dan jalan ke dapur untuk ambil makanan sendiri.

"Kami nungguin kamu lho Merlin" ucap si Tante Miranda.

"Gue gak minta ditungguin ya. Gue juga gak minta di terima disini. Gue terpaksa tinggal disini dan gue minta kalian abaikan aja gue selama gue disini" bentak gue kasar.

"Kok kamu gitu Mer" Ray berdiri "Mami dan Papa udah nyiapin banyak makanan, duduk nungguin kamu disini. Kami menahan lapar demi kamu, demi makan malam bareng pertama kita"

Si Ray berdiri kaya pahlawan untuk ngebela mamanya. Menunjukkan muka sok perkasa dengan busung dada yang terkesan nantangin. Ditambah gaya bicaranya yang sok lembut dan baku,ngebuat gue makin kesel.

"Gue udah bilang, gue gak minta ditungguin. Kalian makan ya makan aja lah"

Tante Miranda berdiri dari duduknya dan menunduk diam sambil mengambil nasi serta lauk lengkap ke piring. Papa berusaha nenangin gue dengan kata-kata "udah nak, udah nak, tenang nak, tenang nak". Dan si bajingan Ray menatap gue dengan muka sok sok kecewa.

Ngapain kecewa Ray? Lo bukan abang gue, bukan siapa-siapa. Gue gak punya urusan untuk jadi anak yang baik di rumah ini.

"Ini Merlin, mami ambilin makanannya ya" Tante Miranda memberikan nasi lengkap ke gue.

"Halah!!" Gue tepis tangannya sampai nasi dan piring itu jatuh "Sok baik Lo, Mami - Mami - Mami apanya? Sampe kapanpun elo itu cuma istri papa, bukan ibu gue."

"MERLIN!!" Papa membentak gue dan kelihatan menahan Ray biar gak marah.

Gue berdiri mengepal tangan, gemetaran, dan melihat ketiga orang gila di depan gue ini menatap gue dengan muka ngeselin. Seolah gue penjahat, seolah gue pengganggu, seolah gue gak tahu terima kasih.

"Papa gak pernah perduliin Merlin dulu" ucap gue murka.

"Papa lebih sayang sama Ray" sambung gue dan menunjuk anak itu.

"Papa lebih milih pelakor ini daripada Merlin" gue tunjuk Tante Miranda.

"Keluarga bangsat" maki gue.

"Aku gak bakal anggap Ray saudara"

"Aku gak bakal anggap Tante Miranda ibu"

"Dan bagi aku Papa udah mati semenjak papa pergi ninggalin aku dulu"

Ribuan makian gue keluarin, marah, kesal, sedih semuanya keluar.

Gue gak tahu harus berterima kasih atau gimana karena untungnya mereka gak melawan dan jujur itu bikin gue lebih tenang. Kalau aja satu dari mereka ada yang berani melawan gue mungkin bakalan gue gampar sampe palanya jatoh.

Gue balik ke kamar dan langsung membanting pintu begitu masuk.

Gue menangis dan membekap diri dengan bantal.

Gue menangis dan membekap diri dengan bantal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Merlin Kumbang dan Anak-Anak DurhakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang