🐰
Brak
Pintu rooftop terbuka secara kasar, menampilkan Tian, Rangga dan juga Gala yang masuk dengan keadaan tergesa-gesa.
"VIN"teriak Tian mendekati Vino yang saat ini sudah terduduk di lantai rooftop dengan pandangan mengarah ke atas langit.
"Gue bukan pembunuh, bukan"ucap Vino lirih tapi masih bisa di dengar oleh mereka.
"Vin Lo kenapa?"tanya Rangga melihat keadaan Vino yang begitu kacau"
"Pembunuh" ucap terakhir Vino sebelum kehilangan kesadarannya .
"Vin WOY bangun"ucap Tian panik saat melihat Vino yang kehilangan kesadarannya, ditambah matanya yang tak sengaja menatap ke arah tangan kiri Vino yang penuh dengan darah, semakin membuatnya panik.
"Ke UKS woy"ucap Gala langsung membantu menggotong Vino menuju ke UKS.
Sepanjang koridor menuju UKS Tian dkk di buat khawatir karena darah dari pergelangan tangan Vino yang tak kunjung berhenti, beruntung tadi bel masuk sudah berbunyi sehingga semua murid sekarang sedang melakukan pembelajaran jadi koridor sepi.
"Tidak apa-apa dia hanya kelelahan, saya juga sudah membalut lukanya jadi tidak perlu khawatir" ucap dokter yang menangani Vino di UKS.
Ketiga teman Vino akhirnya bisa bernafas lega saat tau keadaan dari Vino.
🐰
Vino keluar dari UKS saat bel tanda pulang sekolah berbunyi, sebenarnya ia sudah akan kembali ke kelas sedari tadi tapi temannya berkata untuk tetap di UKS dahulu.
Vino berjalan menuju parkiran yang saat ini terlihat lumayan sepi, hanya tersisa beberapa motor dan juga siswa maupun siswi yang menunggu jemputan baik dari orangtuanya maupun supirnya.
Vino mulai menaiki motornya memasangkan helem full face yang tergantung di sepion motor, motor sport tersebut mulai melaju meninggalkan area parkiran dengan kecepatan tinggi tanpa mempedulikan umpatan dari pengendara lain.
"Bagus jam segini baru pulang, darimana saja kamu? Bukannya pulang malah main gak tau aturan"
Baru saja memasuki ruang tamu Vino sudah di suguhkan dengan pertanyaan tak mengenakan dari sang Opa.
"Maaf"ucap Vino singkat, dia malas berdebat sekarang.
"Dasar tidak berguna"sarkas sang Opa, sedangkan Vino hanya melenggang pergi tanpa menghiraukan sang Opa.
Vino merebahkan tubuhnya sebentar di atas kasur, memandang langit-langit kamar berwarna putih, pikirannya melayang ke kejadian tadi pagi di rooftop.
Pembunuh
Pembunuh
Pembunuh
Brakk
Vino membanting gelas yang berada di atas naskah, kata kata Vano tadi siang terus berputar di otaknya.
Vino memutuskan untuk mengganti baju kemudian turun ke bawah untuk membersihkan Mension ingat sekarang ialah yang harus membersihkan Mension, lebih baik ia segera membersihkannya dari pada ia di jadikan samsak oleh kedua orangtuanya.
Sekarang sudah pukul 6 sore Vino sudah selesai dengan segala pekerjaan rumahnya, ah dan satu lagi mulai sekarang ia juga di larang untuk ikut makan bersama keluarganya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEVINO || END
Подростковая литератураOrang bilang memiliki saudara kembar itu menyenangkan. namun itu tidak berlaku bagi Devino Leonardo Alexander hanya karna kembarannya Devano Leonardo Alexander yang lahir 5 menit lebih tua darinya dia jadi diasingkan oleh keluarganya, hanya karena i...