Desir ombak mengalun seirama, udara terasa sedikit dingin, tetapi relung hati gadis kecil itu terasa sangat hangat.
Dia sedang menunggu kepulangan ayahnya sembari memeluk boneka beruang kecil usang pemberian sang ayah.
Bibir itu tidak berhenti menyunggingkan senyum dan semakin melebar ketika gadis kecil itu melihat siluet sampan kecil tengah menepi dengan seorang pria di atasnya.
"Bu, liat itu ayahhh!"
Teriaknya kegirangan sambil mulai berlari ke bagan menuju tempat sampan mengikatkan tali tambang. Lelaki yang dipanggilnya ayah terlihat tersenyum melihat kedatangannya.
"Hati-hati Ruumi."
Sang ayah merendahkan tubuhnya sejajar dengan gadis yang dipanggil Ruumi itu kemudian memeluknya. Terlihat dari kejauhan ibu sang anak mengintip dari jendela rumah.
Ayah Ruumi berjalan sambil menggendong Ruumi di antara dua bahunya, membawa gadis kecil itu masuk ke dalam rumah.
"Assalamualaikum." sang ayah memasuki rumah, disambut dengan senyuman singkat dari sang ibu.
Ruumi segera turun dari gendongan ayah dan kemudian duduk di atas dipan yang sudah disediakan untuk menunggu sarapan bersama keluarga.
Ruumi tahu bahwa setiap ayah pulang, ibu akan memasak masakan paling enak dan mewah yang pernah dimakan Ruumi dalam enam hari, karena ayah hanya akan pulang sehari dalam seminggu.Ruumi tidak tahu kenapa ayah hanya pulang sehari dalam seminggu, saban sabtu pagi ayah akan pulang kerumah dan kembali pergi sorenya.
Ibu tidak pernah meminta ayah untuk tinggal lebih lama lagi di rumah.
Ruumi selalu bingung dengan hal itu, tetapi Ruumi tidak pernah bertanya, karena kedatangan ayah setiap minggunya adalah hal yang paling dinantikan Ruumi.Ayah Ruumi punya perawakan tegap tetapi tiap perlakuan dan tutur katanya sangat lembut. Jenggot tipis menghiasi dagu ayah dan pandangannya sangat teduh.
Ruumi sangat suka ketika ayah menatapnya sambil mengajari bagaimana cara memasang umpan ikan yang baik.
Ruumi suka memperhatikan bagaimana cara ayah berpakaian, dari baju yang selalu dilipat dibagian lengan hingga celana panjang yang selalu berada di atas mata kaki.
Dan satu lagi, ada topi kebanggaan yang selalu ayah kenakan di kepalanya, warnanya putih dan tidak ada bundaran di depan kening.
"Ayah―assalamualaikum itu apa artinya?"
Ruumi bertanya suatu ketika dengan mata hazel yang berkedip lucu. Mata teduh itu menatap Ruumi sejenak, dan kemudian tersenyum.
"Assalamualaikum diucapkan ketika kita bertemu dengan seseorang―" Ayah menggulung lengan bajunya "―dan kemudian dijawab dengan Waalaikumsalam, yang artinya keselamatan atas kamu."
Mata Ruumi berkedip beberapa kali berusaha mencerna perkataan ayahnya.
"Kenapa ibu tidak pernah menjawab apa yang ayah katakan dengan waalaikumsalam?"
Hening sejenak.
Ruumi bahkan bisa mendengar suara tarikan nafasnya sendiri.
Mata teduh itu menatap Ruumi lagi. Ruumi berkedip lucu menunggu jawaban, lengan ayah bergerak mengusap lembut rambut Ruumi.
"Mungkin ibu menjawabnya di dalam hati." Sahut ayah.
Ruumi kecil pada waktu itu hanya mengangguk mengiyakan.
"Apakah Ruumi boleh menjawabnya dengan lebih keras dari yang dilakukan ibu yah?" Tanyanya.
Ayah Ruumi mengangguk dan mengusap rambut Ruumi lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAVES ✔️
ContoSetiap perpisahan pasti menyakitkan. Setiap ikatan yang terputus pasti meninggalkan luka. Seberapa besar pun gelombang yang datang, Aku pasti akan menemukanmu. - Waves