Chapter 5 [Evaluasi]

264 9 0
                                    

Setelah perginya Anya, Alea langsung saja menghampiri Zoe yang masih meringkuk di kandang anjing milik Anya. Semakin hari kondisi Zoe memang semakin memprihatinkan seiring dengan perubahan fisik yang dia alami. Perasaan bersalah mulai timbul pada laki-laki itu. Alea mulai menyesal sudah merekomendasikan Zoe pada Anya. Mengingat Zoe adalah tulang punggung keluarga nya membuat Alea semakin merasa bersalah.

"Zoe, bertahan sedikit lagi ya? Aku bakal bawa kamu pergi dari sini. Aku juga bakal coba buat kembaliin kondisi kamu supaya bisa balik jadi manusia seutuhnya." Ucap Alea yang kembali berusaha menenangkan Zoe.

Posisi Zoe sekarang ialah meringkuk dan membelakangi Alea. Sebisa mungkin Alea memberikan afeksi positif hingga perlahan Zoe kembali tenang.

"Gimana caranya kak? Zoe takut... gimana kalau setelah ini ternyata kak Anya ga mau ngasih penawar itu dan malah jadiin Zoe ajang pamer dia ke sesama ilmuan lain. Lebih parahnya, gimana kalau sampai media tau soal ini? Keluarga Zoe gimana kak..." air mata yang sedari tadi di tahan pemuda itu akhirnya luruh juga. Zoe tidak akan menyangka hidupnya akan berakhir seperti ini. Ini adalah keputusan terburuk semasa hidupnya.

"Kakak yang bakal cari caranya. Apa yang dilakuin Anya ini udah kelewatan. Dia ga mikir efeknya bakal jadi kaya gini, dan ini terlalu menyalahi aturan." Tutur Alea yang mulai kesal. Alea sendiri sedari awal sudah berusaha yakin pada keputusannya untuk mempercayai Anya, tapi setelah semuanya terjadi, Anya malah berubah menjadi orang yang egois seperti ini.

"Selama kakak cari caranya, kamu mau janji kan? Janji ya buat jangan bikin rusuh, kakak takut Anya malah berbuat yang lebih kasar dari yang tadi. Kayanya emang ada yang beres sama Anya, dia keliatan beda dari terakhir kali kita ketemu pas reuni SMA." Lanjut Alea.

"Kakak juga hati-hati ya, Zoe ada perasaan ga enak soal kakak sama kak Anya." Pesan Zoe khawatir. Zoe memang hanya mempercayai Alea di sini. Karna melihat Anya saja Zoe sudah takut.

"Iya Zoe, kamu tenang aja." Timpal Alea yang kini mulai tersenyum. Senyum yang tercipta di bibir Alea itu sontak menular pada Zoe karena posisi mereka yang sekarang saling berhadapan.

Keduanya pun sama-sama menikmati momen ini bersama. Alea benar-benar baru sadar jika Zoe ini sangat manis. Senyuman nya yang menonjolkan gigi kelinci baru nya itu menambah kesan imut. Telinga yang ikut tumbuh beberapa hari lalu juga terlihat bergerak pelan. Mungkin akan aneh saat membayangkannya, tapi percayalah bahwa Zoe adalah sosok manis yang menyerupai seekor kelinci yang imut.

"Eh tunggu deh, kayanya kakak kenal seseorang yang bisa bantu kita." Ujar Alea tiba-tiba setelah momen manis mereka barusan.

"Siapa kak?" Tanya Zoe penasaran.

"June! Dia salah satu anggota BIEP yang aku kenal. Siapa tau dia bisa bantu kita buat bebasin kamu dan nangkep Anya? Eksperimen ini udah jelas ilegal, Anya bisa dituntut dalam kasus ini." Jawab Alea sembari fokus dengan ponselnya. Wanita itu seperti sedang mencari-cari sesuatu dalam Benda pipih tersebut.

"Tapi kak, bukannya kakak juga bakal kena ya? Dan bisa jadi aku nanti bakal kesorot media juga." Ucap Zoe khawatir. Bukan hanya dirinya yang takut keberadaannya tersorot kamera, tapi juga takut Alea akan ikut terseret dalam kasus ini. Apalagi Alea cukup berperan aktif dalam berjalannya eksperimen.

"Ga papa, kakak bisa sewa pengacara mahal buat bebasin kakak di pengadilan. Lagipula, June itu juga temen kakak kok, dia pasti bisa bantu kakak. Yang penting sekarang adalah bebasin kamu dari sini." Ujar Alea menenangkan, bagi nya sekarang adalah kebebasan Zoe yang utama.

"Terus gimana sama penawarnya kak? Aku ga mungkin hidup kaya gini terus 'kan?" Tanya Zoe mulai bingung. Ternyata cukup rumit untuk pergi dari sini.

"Kakak bakal siapin itu juga, semoga aja penawar itu udah siap sepenuhnya. Tapi setelah ini kamu harus tinggal di desa dulu ga papa 'kan? Seenggaknya buat sembunyi dari sorotan media." Jawab Alea memberi saran. Zoe yang mendengarnya hanya mengangguk saja setuju. Setidaknya Alea masih sangat bertanggung jawab atas kondisi nya sekarang.

"Bentar ya, kakak coba hubungi June dulu." Tambah Alea lalu beranjak dan berdiri agak jauh dari posisi Zoe sekarang.

"Halo, June? Ini aku, Alea. Masih inget 'kan?"

"Halo, oh Alea? Inget, inget. Kenapa nih?"

"Gini June, kamu masih inget Anya kan?"

"Masih kok, masih. Ada apa nih?"

"Aku butuh bantuan kamu buat bebasin orang yang jadi bahan percobaannya Anya."

"HAH? Bahan percobaan? Orang? Anya jadiin manusia sebagai kelinci percobaannya?"

"Iya, dan sialnya aku harus jadi partner dia. Sekarang bingung gimana caranya lepas dari Anya yang sekarang kaya punya gangguan jiwa."

"Emang udah gila si Anya. Okedeh, aku bakal samapaiin ini ke ketua. Kamu kirim barang bukti sama lokasi lab nya ya, nanti aku dan tim bakal ke sana."

"Oke siap, kalau bisa secepatnya ya June. Aku udah ga tega banget sama Zoe."

"Zoe? Namanya Zoe?"

"Ah iya, Zoe Erlangga Putra namanya."

"Oke noted ya, nanti aku kabari lagi okey?"

"Okey, see ya June. Thanks btw."

"Anytime Lea."

Sambungan telpon pun terputus. Alea kemudian menoleh ke belakang. Ternyata Zoe sudah tertidur. Waktu terasa cepat berlalu. Saat melihat jam di ponselnya, ternyata sudah pukul 21.43 dan Zoe memang biasa tidur pukul 21.00 sampai 21.30 sementara sekarang sudah lewat jam tidurnya. Melihat mata yang biasanya penuh binar itu tertutup semakin menambah rasa bersalah Alea. Sekarang tekadnya adalah membawa Zoe keluar dari sini dan mengembalikan wujud asli Zoe.

Tak lama kemudian Alea ikut mengantuk dan memutuskan untuk tidur di depan kandang Zoe. Biasanya ia akan tidur di kasur yang letaknya di sebelah brankar Zoe, tapi kali ini Alea memilih untuk ikut tidur di lantai yang dingin itu.

Setelah 2 anak Adam itu terlelap tidur, Anya lalu datang dan membawakan beberapa makanan untuk Alea. Tak tega dengan posisi tidur temannya, Anya kemudian mengambil selimut yang ada di ranjang samping brankar lalu memakaikannya untuk Alea. Ketika hendak memeriksa kondisi Zoe, Anya malah dibuat salah fokus oleh dentingan notifikasi yang berasal dari ponsel Alea. Penasaran, Anya kemudian melihat siapakah pengirim pesan tersebut.

[Lea, aku udah bilang ke ketua dan tim. Kita bakal sampe ke sana besok sekitar jam 10 pagi]

[Aku minta tolong buat tetep stay di lab sampe jam 10 ya, biar semuanya cepet beres juga]

[Besok aku bakal kasih arahan juga buat kamu nanti bakal kaya gimana]

Tiga notifikasi pesan itu habis dibaca oleh Anya. Membaca pesan itu tentu membuat Anya murka. Teman yang selama ini ia percayai malah berusaha untuk menjerumuskan dirinya.

"Kamu ternyata mau main-main sama aku, Alea."

***

Experimen Gila Milik Anya ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang