Chapter 4

435 41 16
                                    

Fokus Sunghoon beralih saat sekretaris kepercayaannya masuk. Ia menatap penuh minat pada lembaran kertas di tangan bawahannya itu. Ia menerima kertas yang sudah ditunggunya sejak lima hari yang lalu. Membaca dengan seksama semua isinya. Namun merasa tak puas dengan semua yang terlampir di sana. Semua data diri dan riwayat hidup Nara. Hampir 90% sudah ia ketahui.

"Hanya ini?" tanya dengan nada tak puas.

"Hanya itu informasi pribadi yang kami temukan tuan"

"Tak ada yang lain?"

"Sebenarnya ada yang lain... tapi saya tak yakin tuan"

"Katakan"

"Hhm rumornya nona Nara menghilang selama dua tahun bersama sahabatnya. Tak ada yang pernah berkontak ataupun bertemu dengan keduanya. mereka benar-benar hilang selama dua tahun tanpa jejak. Ada yang bilang mereka terjerat hutang dengan beberapa tengkulak, ada juga yang bilang salah satu dari mereka ada yang dihamili lelaki tak bertanggung jawab. Tapi saya akan memastikan apakah itu benar atau tidak tuan"

"Aish! pastikan itu secepatnya atau gajimu ku potong!" ujarnya melempar lembaran kertas tersebut.

Pikiran Sunghoon semakin pusing. Sudah lima hari ini pikirannya hanya dipenuhi oleh Nara, Nara dan Nara. Pertemuanya beberapa hari yang lalu sangat berbekas di ingatannya.

Senyuman manis yang ia pamerkan, tubuh indahnya yang terlihat bugar, wajahnya yang semakin cantik. Gadis itu tampak hidup dengan sangat baik lebih tepatnya terlihat bahagia, berbanding terbalik dengan dirinya.

Hal itu semakin membuat dirinya ingin menghancurkan Nara. Ia tak akan membiarkan dirinya saja yang hancur. Kalau ia hancur maka gadis itu juga harus hancur.

"Kau tak boleh tersenyum seperti itu sayang. Tak boleh..." ujarnya lirih dengan tawa yang tampak mengerikan. Ia mulai menyusun rencana buruk untuk menghancurkan Nara.

"Sebentar lagi, mari saling berpelukan dalam keterpurukan Nara" dengusnya.

.
.
.
.
.

Aku melihat lembaran dokumen yang baru saja dikirim ke kantor. Memilahnya sesuai dengan tanggal dan membacanya satu persatu.

"PSH Grup?" ujarku memastikan pengirimnya apa benar dari perusahaan itu. Ternyata benar, itu dari perusahaan Sunghoon.

Aku kembali memasukkan dokumen itu. Jay mungkin sudah menunggu di dalam. Aku memasuki ruangannya dan memberikan beberapa dokumen yang sudah ku baca.

"Ada dari PSH Grup?" tanyanya dengan semangat dan aku hanya mengangguk.

"Ah akhirnya Nara. Ayah pasti bangga padaku" ujarnya tampak senang sembari membaca surat kerjasama yang sudah ditanda tangani."Penerusnya sepertinya sangat loyal" senyumannya tak luntur sama sekali.

"Kenapa?" tanyaku penasaran.

"Kau tau betul berapa kali perusahaan kita meminta kerjasama dengan perusahaan mereka. Hanya dengan menjalin kerjasama dengan mereka perusahaanku akan berkembang pesat Nara. Sangat susah meyakinkan mereka, bahkan ayah sudah menyerah tapi akhirnya sekarang mereka setuju juga" ujarnya bangga dengan kerja kerasnya kali ini.

Aku hanya terdiam di tempat, termangu membayangkan nasibku ke depannya. Tak menutup kemungkinan aku dan Sunghoon akan lebih sering bertemu.

"Nara!"

Suara Jay menyadarkanku dari lamunan."Y-ya?"

"Kau sakit? kalau sakit pulang saja lagi pula jadwal hari ini tak terlalu padatkan" tawarnya tampak khawatir dengan keadaanku.

Aku menggeleng. "Aku baik-baik saja Jay, aku hanya berpikir makan apa nanti siang, ya-ya itu" namun Jay tampak tak percaya.

"Aku keluar dulu, kalau ada yang dibutuhkan panggil saja" ujarku pamit sebelum Jay kembali mencercaku dengan berbagai pertanyaan.

Sweet Liar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang