Chapter 1

599 43 10
                                    

Seorang gadis bersetelan formal berjalan lamban manapaki sebuah jalan yang sedikit mendaki menuju rumah rooftop yang ia sewa selama tiga tahun belakangan ini. Ia tak sabar ingin membaringkan tubuhnya setelah lelah bekerja seharian.

Yah, posisinya sebagai sekretaris tak begitu indah seperti yang ia bayangkan. Tak ayal terkadang ia juga ikut lembur dengan atasannya seperti hari ini.

Sebenarnya atasannya sudah menawarkan tumpangan, namun ia menolaknya karena takut merepotkan. Padahal bosnya tergolong bos yang santai.

"Huft... kapan aku kaya?!" pekiknya sembari membaringkan tubuh lelahnya di kasur. Satu kalimat yang selalu Nara pertanyakan pada dirinya. Yah, bekerja sebagai pekerja kantoran selama tiga tahun ini dirasanya belum membuat kondisi finansialnya lebih dari cukup.

Bukanya tak mau bersyukur. Rasanya wajar baginya sesekali mengeluh di saat lelah.

Ia menatap bingkai foto di meja belajarnya. Menatap puluhan anak kecil yang tertawa dalam jepretan kamera. Ia membawa foto tersebut dalam pelukannya. "Nara yang kuat, aku bangga padamu"

Perlahan kedua mata itu tertutup, menutup hari yang lelah dan bersiap untuk hari esok yang tak dapat di prediksi.

.
.
.
.
.

Aku kembali berkaca sebelum berangkat, sekadar memastikan penampilanku. Rasanya penampilanku sekarang lebih baik setelah diangkat menjadi sekretaris baru selama sepuluh bulan ini.

'tak begitu heboh' pikirku. Kemeja polos bewarna biru muda, rok span bewarna putih gading dan sepatu heels senada dengan warna rok, tidak begitu buruk.

"Ah... cuacanya sangat bagus, ku harap juga hariku" ujarku melangkah menuju halte bus. Ya walaupun posisiku sudah menjadi sekretaris dengan gaji yang lumayan tak serta merta merubah kebiasaanku. Naik bus lebih murah dibandingkan naik taksi, bagaimanapun aku harus menabung untuk membeli sebuah apartemen beserta isinya. Hmm, kalau bisa juga sebuah mobil.

Aku membuka sedikit kaca jendela bus. Sekedar menghirup udara pagi yang segar. Aroma dari kelopak bunga musim semi yang ikut berterbangan karena angin menambah kesan segar di pagi hari.

Rasanya ada perasaan tersendiri ketika musim semi datang, antara senang dan sedih. Di musim ini pertama kalinya aku merasa hidupku sangat beruntung namun di musim semi juga aku merasa hidupku begitu hancur, terutama enam tahun belakangan ini.

"Aah... kenapa mengingat itu lagi Nara" ujarku membuyarkan lamunanku mencoba menghapus kenangan buruk itu.

Bus yang ku tumpangi berhenti di halte tak jauh dari gendung kantorku. Aku ikut turun dengan beberapa karyawan yang tampaknya juga bekerja di kawasan ini atau satu kantor denganku.

"Sekretaris Kim" panggil seorang pria berwajah manis berlari ke arahku yang baru saja turun dari bus.

"Yak Kim Sunoo jangan memanggilku begitu lagi" ucapku saat Sunoo salah satu rekan satu timku yang dulu sudah berjalan beriringan denganku.

"Memangnya kenapa?" tanyanya.

"Aku hanya belum terbiasa, lagian ini di luar kantor, jangan terlalu formal" ucapku sembari mengalungkan card holder milikku.

"Wah sudah hampir satu tahun kau menjadi sekretaris tuan Park dan kau belum terbiasa? Yah... kau begitu rendah hati" ucapnya membuat kami tertawa bersama.

Beberapa karyawan tampak membungkuk saat aku lewat. Posisi senior dan juga jabatanku sebagai sekretaris orang nomor satu di perusahaan ini membuatku sangat dikenali.

Aku menata dokumen yang tampak berantakan di ruang CEO sebelum kembali ke meja sekretaris yang berada tepat di luar ruangan ini.

"Selamat pagi tuan Park" ucapku sedikit membungkuk saat pimpinan perusahaan ini baru saja datang. Ia langsung duduk di kursi kebesarannya.

Sweet Liar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang