Am I allowed to like you, or will you be disgusted by the idea?
Tidak. Tunggu, itu terlalu jauh. Meski sah-sah saja sebab Iva Bellona mudah sekali jatuh cinta akhir-akhir ini. Tampan sedikit, suka. Disenyumin sedikit, suka. Apalagi kalau ditoleh, diajak mengobrol seolah-olah ia memang eksis dan bukan sekadar pelanggan yang perlu disenyumin demi tip. Hatinya bakal berdegup dan, begitulah, dia jatuh cinta sesaat pada para pria tanpa nama itu.
Bukan kali pertama dia bilang pada sahabatnya, setelah menyadari rasa kesepian karena tak ada yang menemaninya sehari-hari.
"Kamu ada teman yang bisa dikenalin, nggak?"
Ada satu dua, kata Juli, tetapi bahkan sebelum Iva dan pria-pria ini sungguhan bertukar kata—masih sekadar bertukar foto-foto terbaik untuk ditaruh sebagai keset "Welcome", para pria itu mendadak tak berkabar.
Sejak saat itu Iva tak pernah foto lagi. Kalau foto atau difoto, masker harus dipasang. Kalau ia telanjur masuk di potret seseorang, Iva menyumpahi si fotografer seumur hidup. Ia juga bertekad untuk pakai cadar kelak saat resepsi pernikahan biar tak perlu khawatir. Dan ia sangat panik acap kali disuruh foto ulang untuk kartu tanda anggota perpustakaan per tahun.
Jika ia diminta fotonya untuk diperkenalkan ke orang baru, Iva menolak. Lebih baik ia saja yang menolak sekarang daripada ditubi-tubi rasa sakit karena, lagi-lagi, para pria menghilang setelah melihat fotonya. Sahabatnya menyerah dan tak lagi mencarikan seseorang untuk diperkenalkan.
Masalahnya, Juli menikah hari ini. Dan Iva sudah bolak-balik ke toilet gedung untuk memastikan kelebaran bibir yang pas biar senyumnya tidak muncul separuh saja dan terlewat miring, lantas mengingat sudut wajah yang pas sesuai tutorial seorang selebgram—dia bukan Dua Lipa yang bisa difoto dari sisi mana saja tanpa masalah. Miring ke kiri lima derajat, senyum selebar-lebarnya sampai giginya terlihat, dan jangan sampai kerutan matanya terlihat dipaksakan ....
Ya ampun.
Foto doang.
Saat terdengar suara MC yang memanggil para bridesmaid Juli untuk berkumpul foto, satu detak jantung Iva lolos. Mampus. Ini dia. Bukannya Iva mau menjadikan dirinya pusat problematika pada pernikahan Juli, tetapi ini perkara krusial. Dia akan naik ke panggung, berdiri bersanding dengan ratu sehari dan sederet bridesmaid yang tak pernah takut difoto, dan sebagian mata tamu yang tidak sedang makan bakal mengawasi mereka. Lalu senyum cheese, dan detik-detik dari para fotografer mengangkat kamera sampai lampu flash lewat, itu terasa sangat lama. Iva tersiksa di sana. Ia khawatir senyumnya kian jelek seiring mikrodetik yang berlalu. Ia takut membuat foto ini sedikit ternoda akibat senyumnya yang janggal. Ia takut bakal menjadi sosok yang dianggap patokan oleh para bridesmaid lain karena ada sosok yang lebih aneh daripada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Lens
RomanceIva Bellona trauma difoto, sampai-sampai dituduh merusak acara pernikahan sahabatnya! Tuduhan itu datang dari Pradipta Gardapati, fotografer sekaligus saudara ipar Juli, sang sahabat. Combo sempurna dari orang yang menyebalkan dengan profesi paling...