2

227 16 0
                                    

"Makasih ya Pak udah mau ngantar Wulan pulang." ucap Wulan saat sampai didepan rumah.

Pak Aan membuka helm nya dan tersenyum lebar. Mengacak pelan rambut Wulan yang sudah sedikit berantakan akibat tidak menggunakan helm dalam perjalanan pulang tadi.

"Sudah berapa kali saya bilang? Kalau diluar sekolah, jangan panggil Bapak. Kita hanya selisih 4 tahun Wulan."

"Maaf ya Pak, eh maksudnya Kak. Wulan cuma belum terbiasa."

"Iya gak papa, mungkin kalo diluar sekolah kita juga bisa bicara dengan bahasa yang tidak terlalu formal. Risih gue." Aan tertawa lebar.

"Oke deh kalo itu maunya Kakak hehe. Kalo gitu Wulan eh gue masuk dulu ya."

"Tunggu. Pinjem handphone lo bentar." pinta Aan.

"Buat?" tanya Wulan sambil memberikan handphone nya pada Aan.

Aan mengotak-atik handphone Wulan. Mengetik beberapa huruf, lalu mengembalikan handphone pada pemiliknya.

"Ntar malam gue line ya, see you." pamit Aan lalu mengenakan helm dan menancap gas.

***

"Tur, gue tidur duluan ya. Ngantuk nih."

"Hmm."

Wulan beranjak meninggalkan ruangan belajar--ya itu yang dikatakan oleh Dhea-- dan membiarkan Fatur yang masih sibuk mengerjakan lebih tepatnya menyalin pr Biologi.

Fatur dan Wulan memang sekelas, bahkan sebangku. Kenapa mereka bisa sebangku? Ntahlah.

Sebenarnya Wulan masih kesal pada Fatur. Bahkan tadi sepanjang waktu mereka disekolah, Wulan mendiamkan Fatur. Tidak ada percakapan diantara mereka, dan membuat Wulan terpaksa pulang sendiri. Untung saja ada Aan, yang menawarkan untuk pulang bersama dan tentu saja tidak ditolak oleh Wulan.

Dan tadi, selesai mereka makan malam, Fatur ingin meminjam pr pada Wulan, dan hanya ditanggapi acuh oleh Wulan. Dan mulailah Fatur berbicara berbagai kemungkinan yang menurut Wulan tidak logis seperti, kalo lo gak minjemin pr berarti gue gak ngerjain? Dan gue bakalan gak naik? Terus keluarga gue malu, dan ngebuang gue ke kampung, dan lo sendirian disini gak punya temen. Dan membuat Wulan terpaksa meminjamkan pr nya.

Drrtt..

Getar handphone membuat Fatur menghentikan aktivitasnya. Fatur mengernyitkan kening, mengingat handphone nya sedang di charge. Jadi ini handphone siapa?

Aan : hey Lan, lagi ngapain?

Sebuah line masuk dari Aan. Aan siapa? Batin Fatur.

Fatur mengetik beberapa kata, kemudian menekan tombol send.

Wulan : lagi ngerjain tugas, kamu?

Fatur tahu ia salah, tapi dia juga kepo dengan teman Wulan yang bernama Aan ini. Gebetan Wulan kah? Atau pacar Wulan?

Aan : haha tumben pake kamu. Jangan bilang lo kerasukan.

Wulan : ah apaan sih.

Aan : lo malem besok kemana?

Wulan : gak kemana-mana.

Aan : nonton yuk?

Just read.

"Sial, siapa ni cowok? Kalo kayak gini nyolong start namanya!" Fatur menggeram frustasi.

Fatur membuka aplikasi line, dan menghapus chat nya dan Aan.

***

"Lan lo ngerasa aneh gak sih sama PPL itu? Kok ngeliatin sini terus ya?" tanya Tia.

"PPL mana?"

"Itu loh yang dibelakang lo."

Wulan menolehkan pandangannya, menuju ke arah yang Tia maksud. Disana, ia mendapati Aan yang salah tingkah dan berjalan meninggalkan kantin.

"Kak Aan maksud lo?"

"Iya eh wait. Siapa tadi lo bilang? Kak?"

Wulan menyemburkan jus jeruk yang ada dimulutnya. Refleks terkejut,menyadari bahwa ia salah bicara atau mungkin memang dia yang sedikit jorok?

"Ah apaan sih, gue bilang Pak bukan Kak. Telinga lo bermasalah nih." alih Wulan.

"Perasaan tadi bener deh gue denger lo manggil Pak Aan dengan sebutan Kak. Jangan bilang...." ucap Tia menggantung dan memberikan tatapan -gue-tau-ada-yang-lo-sembunyiin.

Kriingg!!

"Udah ah masuk kelas ntar telat." ucap Wulan lalu menarik tangan Tia menuju kelas mereka.

***

Pendek ya? Ngestuck parah nih :( ada saran buat gimana next nya? Komen aja yaa

WULANDARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang