Vibrator

136K 504 10
                                    

Siang itu begitu terik. Sinar matahari menyorot gedung besar tempat di adakannya sebuah lomba cheerleader tingkat SMA. 

Saraswati atau biasa dipanggil Saras adalah salah satu siswi SMA yang mengikuti lomba tersebut. Kini dia dan beberapa anggota tim cheerleader lainnya baru saja melakukan pemanasan. 

"Huft, aku merasa sangat gugup kalau lawan tanding kita dari SMA ternama itu," kata Aulia. Dia juga jadi salah satu anggota cheerleader. 

"Yeah, kau benar. Duh, jadi gugup nih gua. Mana sekolah kita baru pertama kali ikut lomba lagi," sahut yang lainnya jadi gugup.

"Kenapa kalian cemas begitu? Bukannya ini akan menantang. Aku saja tidak sabar untuk turun ke lapangan dan memainkannya!" Siti, sebagai kapten tim basket cewek pun memberikan semangat kepada timnya.

Diam-diam Saras pun berpendapat sama. Meski tim cheerleader sekolah mereka itu baru ngikut lomba dan penampilannya tak sebagus pemain cheerleader dari sekolah lain, namun Saras merasa begitu tertantang untuk memenangkan kejuaraan, dan mengalahkan sekolah lain.

Membayangkan hal itu membuat Saras bersemangat.

Saras pun meminta ijin ke toilet sebentar. Dia berdiri dan memisahkan diri. 

Namun saat sudah sampai dekat toilet, sebuah tangan tiba-tiba membekapnya dari belakang.

"Hmmpt!" seru Saras tertahan karena terkejut.

Saras melirik mendapati seorang lelaki yang sedang menyeringai lebar. "Ikut denganku sebentar!"

Tanpa menunggu respon Saras, cowok itu menyeretnya paksa ke arah toilet pria. Saat itu di toilet memang sedang sepi. Semua orang sibuk menonton perlombaan.

Cowok itu mendorongnya masuk ke salah satu bilik toilet. Tidak lupa untuk mengunci pintu di ruangan sempit itu.

"Kak Leon apaan sih? Saras kan malu masuk toilet cowok," kata Saras.

Leon itu adalah kakak tirinya Saras. Usia mereka hanya beda dua tahun. Saras kelas satu SMA dan Leon duduk di kelas tiga SMA. Hubungan kakak adek mereka berdua itu sabenarnya sedang tidak baik.

"Diem deh lo! Udah berani ya ngomong begitu sama aku!" Leon menoyor dahi Saras yang langsung terdiam ketakutan. 

Kehadiran Leon benar-benar merusak mood-nya. Seharusnya Saras tidak pergi ke toilet sendirian.

"Trus kaka mau apa?" gumam Saras melihat Leon menghimpitnya ke dinding toilet yang dingin.

"Kakakmu yang baik ini ingin memberikan hadiah karena kamu bisa ngikut lomba ini." Seringai Leon melebar. Tangannya mencengkram rahang Saras. Mendapati tatapan ketakutan dari adik tirinya itu malah terlihat mengasikan bagi Leon.

"Ssh! Sakit. Lepas, kak," cicit Saras mendesis merasakan cengkraman keras dari tangan Leon yang besar. Kedua tangan Saras berusaha melepas cengkraman itu, tapi sia-sia karena kalah tenaga.

..
.

(Adegan 18 plus.. jadi diskip. Kalo mau versi lengkapnya ada di karya karya. Linknya di bio)

..
.



"Ahh, ja-janganhh..lakukan inih. Aku ti-tidak akan uhh, kuatth!" Sekali lagi Saras berusaha memohon. Apalagi getaran vibrator di bawah sana mulai lebih heboh. Leon tadi memencet tombol ke level hard.

Saras berjalan dengan tertatih-tatih mengikuti langkah cepat Leon melewati lorong. Lengannya dicengkram kakak tirinya ntu untuk berjalan lebih cepat.

Leon yang merasa sedikit kasihan pun memelankan getaran alat dalam tubuh bawah Saras ke mode easy lagi.

Membuat Saras lumayan lega. Meski alat dalam tubuhnya masih saja bergetar kecil. Tiap langkanya jadi terasa lebih berat.

Tak lama kemudian mereka sampai di tempat loker tim cheerleader mereka berkumpul.

"Saras, kami baru saja ingin mencarimu. Pertandingan tim kita akan segera dimulai." Siti si kapten cheerleader menghampiri. Mengerutkan dahinya saat melihat Leon yang sempat menggandeng tangan Saras. Tapi Leon langsung pergi begitu Siti datang.

"Hump." Saras hanya menggumam lirih. Ia meremas sisi roknya sebagai pelampiasan dari rasa menyiksa ditubuhnya. Meski getaran benda dalam sana begitu pelan, tetap saja Saras merasa tidak nyaman. Berjalan saja rasanya susah. Ia tidak bisa membayangkan untuk ngikut lomba dengan keadaan seperti ini. Belum lagi, mungkin saja Leon tiba-tiba menaikkan getaran benda itu ketika ia tampil nanti.

Saras tidak bisa membayangkan ia akan mendesah-desah di tengah lapangan dan menjadi pusat perhatian. Pasti itu sangat memalukan. 

"Kau tampak sakit. Apa kau baik-baik saja?" tanya Siti melihat wajah Saras yang memerah dan mengucur banyak keringat. Padahal mereka belum memulai lomba. Tapi Saras malah terlihat lelah.

Saras hanya menggeleng kecil, membuat Siti menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Eh, btw, itu tadi kakakmu bukan? Kak Leon?" tanya Siti memutuskan tuk mengganti topik pembicaraan.

"Ahh, iya." Saras mati-matian menahan desahannya ketika merasakan getaran vibrator dalam lubangnya bertambah cepat.

Siti mengerutkan keningnya. Tapi mencoba tuk bersikap biasa-biasa saja. Lagipula si Siti itu lagi kepengen menanyakan sesuatu. "Kakakmu itu udah punya pacar belum? Dia ganteng ya, hehe. Comblangin dong, Ras."

"Ngh, Siti," panggil Saras tak tahan ingin cum. Perlombaan memang akan segera dimulai tapi Saras gak bisa ikut lomba kalau dia begini. 

"Uh, Aku agak sedikit tidak enak badan, nih. Bisa tolong gantikan aku dengan pemain cadangan?" Saras memutuskan untuk tidak ikut bertanding. Dalam keadaan seperti ini tentu saja sangat mustahil untuknya berkonsentrasi ngikut lomba. 

Siti terdiam. "Duh, giman ya. Anggota kita itu pas-pasan. Cadangannya juga cuma ada Juminten. Kan kau tau sendiri si Juminten itu mainnya suka gak bener."

"Nghh, iya sih tapi—"

"Sudahlah, kamu bertahan ya. Cuma sebentar aja kok kita mainnya," kata Siti gak bisa ngertiin Saras yang kini tampak gak karuan.

Saras menutup mulutnya ketika mengalami klimaks. Celana dalamnya jadi basah. Dan getaran vibratornya pun kembali ke mode easy.

"Ngh, aduh. Gimana inihh."

.
.
.

.
.







.
.


.





Budak Kakaktiri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang