Sudah up ya...
Yang nungguin kelanjutannya sini kumpul...
Jangan lupa bagi bintang-bintang...
Happy reading and enjoy....Wanita itu setengah tergesa menuruni tangga. Dengan heels setinggi 12cm tak membuat langkah Belva menjadi pelan sebab wanita itu sadar ia terlambat sekarang.
Tujuan kakinya saat ini tentunya meja makan. Tempat dimana seluruh keluarganya berkumpul untuk melakukan rutinitas bersama di pagi hari.
"Mi, aku berangkat ya...!!!" Kata Belva mendekati Clarissa sembari mengecup lembut pipi kanan kiri ibunya.
"Loh enggak sarapan !??" Tanya Clarissa kebingungan.
"Nanti aja di hotel." Jawab Belva sembari dengan sibuk mengenakan arloji di tangan kirinya.
Dua pasang mata yang ada disana mengamati Belva baik-baik. Bahkan Raka sudah sangat gatal untuk menegur anaknya sebab tak sedikitpun Belva meliriknya pagi ini. Sedangkan Barra hanya mengamati dengan wajah datar tanpa ingin ikut campur.
"Kamu udah 3 hari dirumah selalu saja ada alesan untuk enggak sarapan bareng dan makan malam bareng." Interupsi suara berat itu membuat Belva mengalihkan perhatiannya kearah Raka.
"Bukan gitu pi-"
"Terus kenapa !??" Sela Raka cepat.
"Aku ada tamu di hotel." Jawab Belva.
"Sepagi ini !??" Tanya Raka memastikan anaknya tidak hanya sekedar memberi alasan.
"Iya, aku ada janji breakfast sama dia.. Makanya aku buru-buru sekarang."
"Siapa tamunya !??" Desak Raka.
"Ada pi, temenku. Dia datang dari Canada semalem."
"Udah yaa aku buru-buru. Papi kalau enggak percaya suruh cek Om Risky atau Om Yusuf aja nanti ke hotel."
"Bye pi." Secepat kilat Belva juga mengecup pipi Raka, hanya satu sisi saja. Dan tanpa menghiraukan apapun langkah wanita itu kian tegas meninggalkan rumahnya.
Ia benar-benar diburu waktu sekarang. Seharusnya Belva sudah berjalan menuju hotel 30 menit yang lalu. Tapi justru wanita itu tidak bisa datang tepat waktu pagi ini.
"Kok aku enggak dicium...!!!" Seru Barra.
"Enggak boleh, dosa." Sahut Belva semakin menjauh.
"Coba ngobrol sama dia." Kata Raka membuat Clarissa perlahan mengalihkan pandangan padanya.
"Apa karena aku paksa dia pulang terus dia protes dengan bersikap seperti ini. Belum sekalipun kita duduk bareng makan malam ataupun sarapan sama dia." Ucap Raka melanjutkan.
Barra yang sadar jika papinya jadi lebih sensitif pagi ini bergegas menghabiskan sisa makanan dipiringnya. Tak lupa ia juga menghabiskan susu yang tinggal setengah gelas.
"Kamu juga buru-buru !??" Tanya Raka saat mendapati anak terakhirnya mulai menggendong ransel di salah satu bahu.
"Hehee,, aku mampir ke pom dulu soalnya pi. Motorku tangkinya perlu diisi." Jawab Barra beralasan.
Barra sudah terlalu hafal diluar kepala. Jika salah satu saudaranya berbuat ulah dan membuat papinya berkomentar macam-macam sudah bisa dipastikan yang lain akan terkena imbasnya juga.
"Berangkat dulu ya mi." Barra melakukan hal yang sama seperti Belva. Mengecup singkat pipi putih mulus ibunya yang nyaris belum terlihat garis keriput.
"Hati-hati."
"Iyaa."
"Aku berangkat ya pi." Berbeda dengan Clarissa. Barra jarang mau mengecup pipi papinya saat berpamitan. Lelaki itu lebih memilih menyalami Raka dan mengecup punggung tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO, BELVA !
ChickLitKetika mimpi yang sudah dia gantung tinggi-tinggi harus secara paksa terjatuh. Semua yang seharusnya bisa mengalir layaknya air, nyatanya tak semulus kata pepatah. "Oke, kali ini Belva ikuti kemauan papi lagi." jawabnya lemah tak bisa membantah. Dil...