Hari sudah siang tapi Bu Iyem tak kunjung datang kerumah, padahal Runi sudah masak banyak makanan untuk dimakan bareng Bu Iyem sama anaknya yang ganteng itu.
"Apa aku susul aja kali ya? Tapi nanti aku nya yang kesasar lagi, terus bikin repot Bu Iyem, gak-gak coba ditunggu sebentar lagi,” ujarnya setuju dengan apa yang ia ucapkan.
Dari tadi Runi terus mondar mandir di depan teras sambil menggigit kuku jarinya. Bu Iyem yang baru datang merasa tidak enak melihat majikannya yang sudah menunggunya terlalu lama.
"Kenapa berhenti bu? Ayo, sebentar lagi sampai loh,” ajak Manto.
Namun ajakan darinya malah dapat tatapan tajam dari ibunya, hal itu membuat mulutnya diam membisu. Ibunya mengkode untuk menyuruhnya segera pergi.
"Tapi bu...."
"Ck!" suara decakan Bu Iyem mampu mengusir pemuda jangkung itu."Bu Iyem! Ayo cepat kesini Bu, aku sudah masakin buat ibu sama si ganteng loh!" Ternyata kedatangan mereka berdua diketahui oleh Runi.
"Ganteng?" Ibu Iyem melirik ke putranya dengan wajah terheran-heran, memang dari segi mana gantengnya.
Manto yang paham apa yang dimaksud oleh Runi itu memilih untuk pergi saja, tak mau berurusan dengan majikan dari ibunya itu.
“Eh mau kemana kamu, tadi kan kamu dengar Mbak Runi bilang apa. Jadi ayo ikut ibu,” ajak Bu Iyem sambil menyeret tangan anaknya.
Dari balik kain yang menutupi matanya Manto bisa melihat Runi yang terus melambaikan tangan ke arah mereka terutama kepada dirinya, seketika tubuhnya merinding.
"Tolong lepaskan aku, Bu. Aku mending pergi saja, daripada male bertemu dengan gadis itu,” keluh Manto, padahal alasan yang sebenarnya itu bukan malu tapi Manto malas bertemu dengan Runi.
"Malu? Padahal mah kalau tetangga lagi hajatan kamu gak ada malunya tuh dateng nyariin ibu tau-taunya minta makan disana,” ucap Ibu mengucapkan fakta
Mendengar fakta tersebut dia cuman nyengir kuda karena itu benar adanya tapi itu dulu sekarang ya kadang-kadang.
-(Flashback)-
Di bawah tenda hajatan terlihat tamu-tamu sedang duduk santai menikmati makanan dan minuman yang sudah disajikan, mari kita mundur sebentar ke dapur, di sana berbanding terbalik.
Di sana lebih sibuk dan juga ramai orang-orang yang yang sedang memasak dan menyiapkan keperluan lain untuk buah tangan para tamu yang sedang kondangan.
Ditengah kesibukan itu semua tiba-tiba datang pria dengan kain yang menutupi matanya, dia celingak-celinguk mencari seseorang.
"Eh Bu Aya,” sapa Manto dengan ramah.
"Ya ada apa, to?" tanya Bu Aya."Lihat ibu saya tidak?" tanya Manto balik. Seorang ibu-ibu yang melintas membawa ayam yang sudah dipotong ikut bergabung di tengah percakapan Manto dan Bu Aya.
"Lagi cari daun jati untuk bungkus nasi,” celetuk ibu-ibu itu. Manto cuman ber oh ria.
"Ya sudah saya pulang dulu, Bu" ucap Manto berbasa-basi pamit pulang.
"Eh jangan pulang dulu, kamu pasti capek kan seharian ikut latihan. Jadi makan dulu sana,” perintah Bu Aya dengan ramah.
'Ini yang aku inginkan,’ (miring) bisik Manto tersenyum licik.
"Makasih banyak ya Bu, jadi gak enak saya,” ucapnya dengan wajah polos, padahal mah enak, kelihatannya malu-malu tapi ternyata hatinya malu-maluin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Hazel Eyes [END]
Historical FictionFIKSI SEJARAH 1. {Behind Hazel Eyes} 📍Pasca Kemerdekaan - Agresi Militer Belanda II Historical || Advanture || Romance Demi bisa mendapatkan pekerjaan, Runi rela melakukan perjalanan waktu ke Pasca Kemerdekaan 1945 hingga Agresi Militer Belanda II...