🌰23🌰

239 57 72
                                    

Dia benar-benar memanjat pohon itu, sehingga Runi yang di atas merasa ketakutan karena pohonnya berguncang sangat kuat.

"Huaa...anda turun cepetan dodol! Ini pohonnya goyang-goyang tau!" jerit Runi.

"Salah siapa kau tak mau menurut. Mengakhiri hidup bukanlah jalan keluar yang tepat, jadi cepatlah turun Nona Runi," perintah Fredy (Manto).

Ia tak jadi melanjutkan acara memanjatnya, pria itu memutuskan turun dan menunggu Runi dari bawah, Fredy (Manto) terus mendongak ke atas dengan berkacak pinggang.

"Lah siapa juga yang mau bunuh diri coba. Mie ayam masih enak tau, mana mungkin saga ngelakuin hal gila seperti itu," gerutu Runi dari atas pohon.

Dia mulai turun dari pohon rambutan itu, tak lupa tangannya mencomot segerombol rambutan di sana untung saja tak ada semutnya.

Fredy (Manto) yang mendengar jawaban tak terduga itu hanya bisa melongo tapi juga masih bingung juga. "Lalu kenapa kau memanjat sambil membawa tali segala?" tanya Fredy (Manto)

"Oh talinya tuh mau dibuat ayunan," jawab Runi.

"Apakah ayunannya sudah jadi?" tanya Fredy (Manto).

Bukannya menjawab Runi malah melirik sinis ke arahnya, "jadi gimana, kan tadi Tuan menyuruh saya untuk turun,” ocehnya.

Pemuda Belanda itu hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal, rasanya dia jadi tak enak hati karena tadi salah paham dengan apa yang dilakukan oleh Runi.

"Sudahlah, tiba-tiba saya gak ingin buat lagi. Sudah mending pulang aja lah,” ucap Runi meninggalkan tuan Anaphalis itu.

"Eh mau kemana kau? Jalan pulang kita di sebelah sana, Nona Runi~” tunjuk Fredy (Manto). Ternyata wanita itu salah mengambil jalan pulang.

"Cih, ternyata masih susah dikerjain ni orang," bisik Runi. Dia berjalan paling depan dengan wajah jengkel.

Pria itu malah tersenyum tipis melihat cara jalan Runi yang begitu cepat karena sedang ngambek, "maaf saja ya, saya sudah hafal trik yang kau buat,” jawab Fredy (Manto)


"Nona..." panggil Fredy (Manto) dari kamar mandi.

"Panggil Runi saja Tuan Fredy. Astaghfirullah berapa kali saya harus mengingatkan anda itu, kasian masih muda sudah pikun,” gerutu Runi, rasanya muak sekali dirinya terus dipanggil nona terus kayak putri kerajaan aja.

Tak mau ambil pusing gadis itu lebih memilih kembali ke teras untuk membaca koran pagi ini, “iya maaf, tolong ambilkan handuk di kamar saya," pinta Fredy (Manto) dari arah kamar mandi.

Rasanya telinga nya berdengung mendengar suara teriakan dari perwira Belanda itu. "Ck disitu kan ada Nyai Sri, kenapa gak suruh dia saja. Punya gundik dipakai atuh!" sergah Runi.

Sudah mempekerjakan Nyai dirumah kok tidak dipakai, jangan-jangan si Fredy (Manto) ini memakai jasa Sri hanya untuk kebutuhan ranjang saja.

Akhirnya suara dari Fredy (Manto) sudah tak terdengar lagi jadi Runi bisa tenang membaca koran sambil menikmati camilan dengan teh melati yang hangat.

“Loh kemana perginya biskuit coklat itu?" tanya Runi. Dia pikir semua camilannya dicuri nyatanya semuanya sudah pindah ke perutnya.

Behind Hazel Eyes [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang