"Sudah tenang?" tanya Jungkook. Kini mereka tengah duduk di taman dengan tangan saling bertautan.
"Sudah, tapi jangan lepaskan tangan Tae! Tae masih butuh."
"Aku sedang marah kepadamu, Taehyung-ah. Kau melanggar ucapanku."
"Maaf."
"Itu tidak mengubah kenyataan kalau kau sudah hampir pingsan di jalanan seperti tadi. Walaupun kau sudah melanggarnya, aku harap untuk ke depannya kau tidak melakukan kesalahan seperti ini lagi. Jangan pernah berkeliaran di luar saat malam hari. Kau bahkan tidak membawa obat."
"Aku lupa, hyung. Biasanya aku sudah sampai rumah sebelum langit gelap. Tapi hari ini, Sajangnim membawa kami untuk penyambutannya. Aku tidak bisa menolak. Aku pikir aku bisa pulang sebelum langit gelap, tapi ternyata aku salah."
"Jangan lakukan ini lagi, Taehyung-ah. Aku tidak sanggup melihatmu merasa kesakitan seperti itu lagi."
"Hyung, kau yakin kau tidak ada di masa laluku?" tanya Taehyung tiba-tiba.
"Aku sudah mengatakan ini sejak awal."
"Hmmmm. Hyung mengatakan kalau hyung hanyalah orang asing yang tidak sengaja bertemu dengan Tae. Tapi, kenapa Tae begitu bergantung kepada hyung? Rasanya Tae begitu candu, sulit untuk melepaskan. Aneh saja rasanya jika kita tidak pernah saling mengenal di masa lalu. Tapi, setiap kali Tae tanya, jawaban hyung selalu sama. Bahkan nama hyung saja Tae tidak pernah tahu. Hanya nama Lapin yang selalu Tae ucapkan kepada hyung."
"Kau yang memberikanku nama menggelikan itu."
"Hyung memiliki gigi seperti kelinci dan itu terlihat kalau sedang tersenyum. Sayang sekali hyung sangat jarang tersenyum. Dan Lapin itu adalah kelinci dalam bahasa Perancis. Kenapa hyung tidak mau memberi tahu nama hyung kepadaku?"
"Sudahlah, sepertinya nama Lapin juga tidak terlalu buruk."
Taehyung mengulum senyumnya pelan. Dia tahu kalau percuma saja dia menanyakan itu. Pria yang dia panggil dengan nama Lapin hyung itu tidak akan pernah mau memberitahu namanya. Ah, bukankah itu sudah menjadi kesepakatan mereka setahun yang lalu sejak pria itu masuk ke dalam hidupnya?
Flashback on
Taehyung meremat dadanya begitu kuat. Ada sesak yang menyeruak di sana, seolah mengatakan hei kau melupakan sesuatu. Taehyung terus berusaha untuk mengingat apa itu, namun tetap saja dia tidak bisa mengingatnya.
Taehyung terduduk di tanah taman dekat Sungai Han dengan tangan merogoh ke dalam tas, seolah sedang mencari sesuatu. Dia mencari obatnya, namun dia tidak menemukan apapun.
Taehyung menarik napasnya kasar, berusaha menghilangkan sesak itu, namun tetap saja tidak bisa. Bahkan rasa sesak itu semakin menyiksanya. Air matanya turun. Dia kembali menangis. Menangisi sesuatu yang dia sendiri tidak tahu apa itu. Jadi, satu-satunya hal yang bisa Taehyung lakukan saat ini adalah menutup matanya rapat-rapat. Dia berusaha menghilangkan pandangannya dari malam hari, dari gelapnya langit.
Tapi sampai kapan? Dia tidak sanggup untuk berdiri lagi. Jika dia membuka matanya dan melihat langit yang gelap, berhadapan langsung dengan malam hari, rasa sesak itu akan semakin menyakitkan. Haruskah dia memejamkan matanya semalaman di sini? Hei, ini tempat terbuka.
"Kau tidak apa-apa?" Suara seorang pria yang terdengar khawatir masuk ke dalam pendengaran Taehyung. Tubuh Taehyung semakin bergetar. Pikiran negatif mulai mengganggunya. Siapa pria itu? Apa dia penjahat? Taehyung penasaran namun enggan membuka matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIGHT AND MEMORIES [KOOKV & JINV]
FanfictionTaehyung sangat membenci malam, atau lebih tepatnya takut pada malam. Dia tidak bisa melihat langit malam. Setiap malam tiba, dadanya selalu sesak dan dia menangis tanpa tau penyebabnya. Ada yang seolah dia lupakan, tapi dia tidak tau itu.. Dia men...