Aku dan kesedihanku tidak akan pernah cukup menggantikan luka yang telah menggores kehidupanmu.
Di sinilah kini Bintang berada, di kamar apartemennya dengan keadaan paling menyedihkan. Kalah, terpuruk, jatuh ke dalam dasar lembah paling dalam. Begitu menyakitkan, ketika hatinya tidak bekerja sinkron dengan segala pemikiran logis yang dia miliki sebagai laki-laki.
Satu-satunya foto Bulan yang ada di ponselnya dengan ragu akhirnya pun dihapus. Ini harus berakhir. Tidak ada alasan lain baginya untuk terus mengingat perempuan yang jelas-jelas telah memiliki kebahagiaan yang lain.
Tidak ada cahaya yang menerangi ruangannya. Kegelapan seperti inilah yang dia butuhkan untuk menjernihkan segala perasaannya.
Selamat tinggal, Bulan ... Kalimat itu diucapkannya dengan mantap. Tanpa getar, tanpa keraguan.
***
Nanti jadi dinner bareng?
sebuah pesan whatsapp masuk ke dalam ponselnya. Tanpa perlu melihat siapa pengirimnya, Bintang tahu siapa yang repot-repot mengingatkan janji sederhana semacam itu.
"Di usia kamu yang sekarang, harusnya kamu itu sudah memiliki satu atau dua orang anak yang lucu-lucu ..."
Bintang membenarkan kalimat itu, harusnya di awal usianya yang sudah menginjak kepala tiga, dia memang sudah sangat pantas memiliki sebuah keluarga kecil yang bahagia.
Tapi bersama siapa pertanyaannya? Bersama Lana kah?
Karena yang dia tahu, memulai sesuatu dengan niat main-main jelas tidak akan berakhir baik. Meski hubungannya bersama Lana semakin baik... tapi dia tidak pernah tega, kalau harus menyakiti perempuan itu untuk kedua kalinya.
***
"Ayah .... Kak Bumi nih gangguin aku lagi," teriak Rayya dari kamarnya.
"Kan kamu yang gangguin aku duluan. Kamu yang hancurin lego aku."
"Aku nggak sengaja, Kakak!" Jawab Rayya gemas. Dia berlari ke kamar Reza dan Bulan, untuk mengadu. Di depan pintu kamar orangtuanya, Rayya melipat kedua tangannya. Dia menghentikan langkahnya, ketika melihat Reza yang tengah mengobrol bersama Bulan sambil mengelus perut Bulan.
"Kenapa, sayang? sini..." panggil Bulan.
Rayya berjalan dengan wajah masam. Pandangannya beralih pada perut Bulan yang semakin besar dan bulat. "Dede bayinya kapan lahir, Bun?" tanyanya cuek.
Reza dan Bulan saling melirik satu sama lain. Akhir-akhir ini Rayya memang super sensitif, apalagi kalau sudah menyangkut kehamilan Bulan. "Kata Dokter Eva sih bulan depan," jawab Bulan sambil merangkul bahu Rayya yang kini sudah berusia lima tahun. Bayi mungilnya itu kini sudah tumbuh menjadi anak perempuan yang pintar dan menggemaskan.
"Oh... kalau dede bayinya lahir, nanti Ayah sama Bunda nggak sayang lagi dong sama aku?" tanyanya.
"Tetep sayang dong," jawab Reza mantap. "Rayya selalu jadi anak kesayangan Ayah. Apalagi nanti jadi yang paling cantik di antara Kak Bumi dan dede bayi."
"Emang dede bayinya laki-laki?"
Bulan meraih tangan Rayya, "Pegang perut Bunda deh. Si dede suka nendang-nendang nih, kayaknya nanti mau jadi pemain bola."
Rayya tertawa dan tergelak. Dia menyentuh perut Bulan. "Dede bayinya lagi ngapain, Bun?" tanyanya penasaran
"Lagi dengerin suara kakak Rayya. Dia nggak sabar mau ketemu sama kamu."
"Beneran, Bun?"
Bulan mengangguk.
"Dede ... ini kakak Rayya. Nanti kalau udah besar main sama kakak aja ya! jangan main sama Kak Bumi, dia nakal..."
Reza tertawa melihat tingkah polos Rayya. Digenggamnya erat jemari Bulan, sebentar lagi rumah mereka akan semakin ramai dengan kehadiran anggota baru.
***
"Mas ... nggak bisa tidur," kata Bulan saat dia beberapa kali mencoba mengganti posisi badannya.
Reza menyalakan lampu tidur. "Kenapa? Laper atau haus?" Sudah menjadi kebiasaan Bulan, yang tiba-tiba lapar di tengah malam saat kehamilannya masuk tri semester ketiga.
Bulan tersenyum, meski Reza sudah terlelap tapi ketika dia memanggilnya, Reza langsung sigap dan bangun. "Laper. Pengen makan mie aceh."
"Lagi?" tanya Reza tidak percaya. Ini sudah keempat kalinya Bulan meminta dibelikan mie Aceh.
"Iya ... tapi kalau kamu nggak mau beli, yaudah nggak usah. Aku bikin mie goreng aja."
"Emang rasanya sama mie goreng dan mie Aceh?"
"Bedalah, Mas. Tapi kan judulnya sama-sama mie."
"Yaudah ... aku masakin mie goreng aja ya."
"Tapi maunya mie Aceh," ucap Bulan pelan.
Reza mencubit pipi Bulan yang semakin tembam. Jika kehamilan pertama dan kedua berat badan Bulan hanya naik beberapa kilo maka jauh berbeda dengan kehamilannya yang ketiga... berat badan Bulan naik hingga 15 kilo. Bahkan dokter sudah menyuruh Bulan untuk diet karbo tapi Bulan masih saja suka melanggarnya.
"Kan udah malem, makan buah aja ya. Besok siang aku beliin deh mie Acehnya," bujuk Reza.
Wajah Bulan merengut, sama persis seperti Rayya jika keinginan anak itu tidak terpenuhi. Tapi Bulan ingat pesan dokter Eva yang melarangnya makan tengah malam, demi kebaikan dirinya dan juga bayi dalam kandungannya. Akhirnya dia menyerah. "Yaudah ... tapi beneran besok beli."
"Iya sayang. Besok aku beli dua porsi buat kamu."
"Satu aja, Mas. Nanti nggak abis."
"Satunya buat aku kalau gitu. Sekarang tidur ya ..."
"Pinggangnya sakit, Mas ..." kata Bulan lagi setelah Reza merebahkan tubuhnya.
"Mau dipijit?"
"Mau... tapi kamu nggak capek? kan tadi seharian kerja."
Reza tersenyum, lalu dia mengambil minyak kayu putih. "Kamu kan hamil anak aku, Bun. Cuma mijit aja sih masalah kecil."
"Mas ... kalau kayak gini, aku mau deh hamil lagi. Enak dimanja terus sama kamu," Bulan tertawa.
"Aku yang nggak tega ngeliat kamu. Perut kamu udah gede begini, terus ngurus aku, Bumi dan Rayya."
"Nggak apa-apa, kan udah tugas aku."
"Dan juga tugasku yang harus membuat kamu nyaman dengan kehamilan kamu."
"Makasih ya, Mas." Selesai Reza menggosok punggungnya.
Reza menarik selimut Bulan dan mematikan lampu tidur. "Aku yang makasih karena Kamu mau menjadi ibu dari anak-anakku." Dikecupnya kening Bulan dengan sayang. "Sekarang tidur ya. Jangan mikirin mie Aceh atau mie goreng lagi. Aku aja yang kamu pikirin."
***
Haiiiii... ada yang kangen sama mereka??? adaaa, jawaban aku yang kangen,hehehe...
Penasaran sama Lana? nanti dia ada di versi buku.
Dan part ini khusus buat di wattpad aja ya readers :)
Sekedar info, Pre Order Over The Rain segera dibuka. Siap-siap yaa yang mau ikutan (Siap-siap nabung maksudnya,hehehe)
Update selanjutnya, aku infoin tentang Pre Order Over The Rain dan Langit Malam yang akan muncul dalam satu novel. Nggak sabar nunggunya :D
Selamat hari minggu ya, selamat berlibur,muaaah :*
*kisskiss*
Asharliz
KAMU SEDANG MEMBACA
Over The Rain
Roman d'amourWARNING : KONTEN CERITA INI SUDAH DIHAPUS UNTUK PROSES PENERBITAN. "Kesalahan terbesarku adalah memercayakan hatiku padamu." Sekuel dari Langit Malam