Bab 54

202 2 2
                                    

Aku update yeyey
Kalian dari kota mana aja nih?

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian

Leo dapat melihat dengan jelas senyuman palsu dari Cherrina yang duduk di kursi pengantin.

Acara pemberkatan pernikahan sudah berlangsung dengan baik, kini tinggal acara-acara pengucapan kata "selamat" dan makan-makan saja.

Leo tidak suka dengan senyuman Cherrina saat ini, tetapi itu sudah menjadi keputusan bulat dari Cherrina. Selanjutnya Leo tidak bisa ikut campur. Wanita itu sudah mempunyai keluarga sendiri.

Ya, bukan Leo yang menikahi Cherrina. Cherrina memberi kesempatan pada lelaki yang berlaku bejat padanya. Awalnya Leo tidak memberikan izin, namun dengan berbagai upaya Cherrina menyadarkan nya, dan melihat usaha lelaki itu terhadap Cherrina, membuat Leo akhirnya mengalah.

Walau begitu, tak dapat dipungkiri, Leo sedikit merasa bersyukur, setidaknya ia bisa kembali melihat Mikha sebagai lelaki lajang.

Ahh Leo tahu keputusan nya beberapa minggu lalu membuat banyak pihak tersakiti. Bahkan hingga kini kedua orang tua nya tidak membalas pesan maupun mengangkat telepon dari nya.

Belum lagi kalimat papa nya selalu menghantui nya belakangan ini.

"Kamu sudah besar, bukan waktu nya lagi papa kekang kamu. Tapi kamu harus tahu, kamu benar-benar sukses buat papa malu sekaligus kecewa. Papa kecewa karena kamu menyakiti Mikha. Berapa kali harus papa katakan? Dia juga anak papa! Mulai sekarang, jangan anggap saya adalah papa kamu!"

Leo menatap langit-langit gedung pernikahan itu. Papa dan bunda nya kecewa berat pada nya. Ia bingung harus bagaimana. Belum lagi Mikha yang sudah jauh dari jangkauan nya.

Bagaimana kabar gadis itu? Apakah gadis itu makan tepat waktu. Apakah gadis itu baik-baik saja selama tidak ada dirinya? Atau gadis itu di bully tanpa sepengetahuan teman-teman Leo?

Apa Mikha sudah bertemu lelaki baru? Mikha termasuk incaran kaum adam! Yang paling penting. Apa Mikha kini sangat membenci nya? Ia bahkan belum memberi penjelasan pasti untuk Mikha.

Dilain situasi, kini tampak sepasang gadis dan lelaki yang sedang duduk diam di salah satu bangku taman belakang sekolah.

".. sampai kapan kita mau diem-dieman terus?" Tanya Revangga yang akhirnya membuka pembicaraan dahulu. Padahal tadi Zevannya yang lebih dulu memanggil nya untuk bertemu disini.

Revangga senantiasa menatap wajah cantik itu. Revangga menyadari kegugupan yang dirasakan Zevannya. Terbukti kini gadis itu sibuk dengan memilin jari-jari nya.

Revangga cukup menyadari. Sudah lama sekali mereka tidak duduk sedekat ini. Terbesit rasa menyesal di hati nya.
Tapi ia lebih penasaran. Apa yang ingin dibicarakan Zevannya hingga akhirnya mengajak nya bertemu?

Apa gadis itu juga merindukan nya?

Berbeda dengan rasa penasaran yang di pendam Revangga. Zevannya saat ini sedang merasa sangat gugup. Ia sudah menduga kalau dirinya tidak akan siap jika harus duduk sedekat ini dengan Revangga.

Namun walau begitu. Zevannya tetap masih sangat merindukan saat-saat bersama Revangga seperti dulu.

Melihat Revangga yang tampak baik-baik saja tanpa ada nya dirinya. Membuat Zevannya akhirnya membuat sebuah keputusan bulat. Ia tidak boleh terus-menerus hidup seperti ini. Jika Revangga bisa baik-baik saja .. bukan kah itu suatu tanda buat nya agar benar-benar mengikhlaskan lelaki itu?

"Aー be-begini .. sebelumnya aku ingin bertanya .. apa rumor tentang kamu sama anak kelas dua belas IPS itu benar?" Tanya Zevannya dengan gagap, dalam hati ia merutuki kalimat yang keluar dari mulut nya. Bukan itu yang ingin ia ucapkan!

Rumit.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang