----
"Gue bisa gila kalau terus kayak gini. Fix! Cukup sampe tahun depan, abis itu gue beneran resign."
Tidak ada satupun yang menanggapi keluhan Jizan yang tengah menggebu-gebu dan penuh kekesalan itu. Nadya asik bermanja-manja dengan kucing hitam yang diberi nama Milo itu di atas sofa. Lalu, ada Wigar yang juga sedang bersandar pada pinggiran sofa sembari memainkan gitar kesayangannya. Sementara itu, juga ada Sabian yang tengah sibuk memasak di dapur bersama Kahiyang.
Mereka sedang berada di apartemen Nadya. Kebiasaan yang sudah menjadi rutinitas di setiap akhir pekan. Jizan yang tengah sibuk dengan laptop di hadapannya pun semakin merasa kesal lantaran tidak ada satu pun yang menanggapi keluhannya. Jizan ini benar-benar sedang capek loh?!
"Lo semua dengerin gue nggak sih?" tanya Jizan mulai kesal. Wigar dan Nadya hanya menanggapinya dengan gumaman seadanya. Masa bodo dengan Sabian yang sudah pasti tidak akan peduli dengan situasi saat ini. Pria itu sudah pasti sibuk bermesraan di dapur.
"Anjing lo semua!"
Umpatan itu dibalas dengan gelak tawa Nadya. Ini bukan pertama kalinya Jizan mengutaran keluhannya terkait pekerjaan. Dan ini juga bukan pertama kalinya mereka mendengar ungkapan keinginan Jizan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan. Awalnya mereka selalu mencoba menenangkan dan memberi validasi, tapi karena terlalu sering, mereka jadi bingung harus menanggapi keluhan itu seperti apa lagi.
Pasalnya, keluhan itu hanya akan keluar ketika Jizan tiba-tiba mendapat perintah kerja dadakan di luar jam kerja seperti ini. Diluar itu, mana ingat dia pernah melontarkan rencana resign-nya itu. Jadi, mereka menganggap ini hal yang sudah biasa.
"Lain kali upgrade keluhan lo itu. Bosen gue dengernya." ujar Wigar dengan eskpresi jengah yang semakin mengundang tawa Nadya.
"Bacot lu!"
Kan. Makin ngegas. Ya beginilah Jizan kalau sudah mode senggol bacok. Semua kata kasar dan umpatan akan meluncur dengan mulus dari mulutnya itu.
Nadya bangkit dari duduknya, melangkah menghampiri Jizan dengan Milo di pelukannya. Gadis itu duduk tepat di sebelah Jizan, menatap layar laptop dan wajah Jizan yang mengisayaratkan penuh kekesalan secara bergantian. Nadya benar-benar dibuat geli dengan ekspresi Jizan yang mirip seperti anak kecil yang sedang merajuk karena tidak dibelikan mainan.
Jizan yang merasa diperhatikan semakin dibuat kesal. Pasalnya Nadya hanya diam duduk disampingnya sambil mentapnya dengan ekspresi meledek. "Mending lo balik ke sofa. Gue lagi nggak ada waktu buat ladenin cewek gila." ucap Jizan dengan sengit. Dan bukannya marah, Nadya justru semakin tidak kuasa menahan tawanya. Jizan bad mood total pemirsa.
"Zan, dibanding lo ngomel. Mending lo buruan kelarin deh. Enek gue liat muka suntuk lo."
Ya. Oke. Wigar semakin menyulut kobaran api dalam diri Jizan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Kita Delapan Belas Tahun
RomansaSetelah delapan belas tahun ... Beberapa orang cenderung akan sibuk dengan urusannya masing-masing. Sibuk mengejar impian dan ambisinya dan mulai kehilangan teman-teman terdekatnya secara perlahan. Tapi, hal itu tidak berlaku pada hubungan pertema...