Sahabat

3.6K 77 2
                                    

Haerin Pov

Tidak, Danielle adalah sahabat ku, tidak seharusnya aku memiliki perasaan padanya, perasaan lebih dari sahabat. Tapi aku yang bodoh ini justru menaruh perasaan terlarang tersebut padanya.

Danielle dan aku sudah bersahabat dari semenjak kita masih anak-anak. Rumah ku dan rumah Danielle bertetanggaan. Dan ibunya Danielle, tante Ningning bersahabat dekat dengan ibuku, Karina.

Jadi wajar saja jika aku dan Danielle bisa bersahabat. Karena memang orang tua kami pun sama, seperti kami.

Usia ku dan Danielle berbeda satu tahun, Danielle lebih tua satu tahun dari ku, tapi walaupun begitu, aku tidak pernah mau memanggilnya dengan embel-embel kakak, aku selalu memanggilnya dengan namanya saja tanpa embel-embel kakak di depannya.

Ya walaupun Danielle jauh lebih tua dari ku, tapi aku pikir aku jauh lebih dewasa darinya. Danielle sangat manja, dan juga sangat polos, terkadang hal itu membuatku kesal, karena harus menjaganya ekstra karena jika tidak, pasti pacarnya Jay, bisa saja merusaknya.

Aku jelas tahu, laki-laki seperti apa Jay itu. Selain playboy, Jay juga merupakan pembuat onar di kampus. Entah rayuan seperti apa yang sudah di lakukan laki-laki itu hingga berhasil membuat Danielle mau menerimanya.

Padahal sudah beberapa kali aku memperingatkan Danielle, kalau Jay bukanlah laki-laki yang baik, tapi Danielle yang sudah termakan rayuan laki-laki playboy itu, masih enggan mengakhiri hubungannya.

Tapi tidak apa-apa, selama aku masih di sisi Danielle, bisa aku pastikan laki-laki itu tidak akan bisa berbuat apapun pada sahabatku Danielle.

Danielle itu cantik, malah pake banget, pinter bahasa inggris, nilai ulangan bahasa inggrisnya selalu sempurna, sudah begitu Danielle juga orang yang ramah, murah senyum dan anaknya sangat aktif, tidak seperti ku yang mageran dan irit senyum.

Danielle dan aku memang mempunyai sifat yang sangat bertolak belakang. Tapi kami saling melengkapi dan jarang berselisih paham. Karena Danielle yang selalu mengalah, jika aku sudah marah.

Ya, aku merasa sangat beruntung memiliki sahabat sepertinya. Hingga aku menginginkan hubungan ku dengannya bisa menjadi lebih dari sahabat. Aku memang serakah, tidak cukup menjadi sahabat Danielle, aku menginginkan dia seutuhnya.

Aku memang jahat, terkadang aku memanfaatkan keadaan untuk bisa dekat dengannya, bahkan bisa menyentuhnya.

Danielle yang polos, tentu dia tidak akan berpikiran buruk tentang ku, dia hanya menganggap sentuhanku padanya wajar, karena memang aku sendiri yang mengatakannya padanya. Dan anehnya, Danielle percaya saja. Tentu saja hal itu membuatku menjadi kecanduan, karena tidak mendapat penolakan dari Danielle.

Gadis itu memang teramat polos. Dan aku jahat karena sudah memanfaatkan kepolosannya tersebut.

Seperti saat ini, Danielle menginap di apartemen ku, aku memang tinggal di apartemen milik orang tua ku, yang kebetulan berada tidak jauh dari kampus tempat ku menuntut ilmu. Aku jarang pulang ke rumah, lebih sering tinggal di apartemen. Dan Danielle sudah sering menginap di apartemen ku ini.

Danielle sedang memasak makan malam untuk kita berdua. Dan aku yang melihatnya sedang fokus memasak pun tidak tahan untuk tidak mendekatinya.

Aku mengambil kesempatan, memeluknya dari belakang. Sesekali bibir ku mengecup area lehernya yang terbuka. Salahkan Danielle, yang memakai baju tidur yang terbuka, memang gadis itu sangat suka memakai pakaian yang sering kali membuat siapa saja yang melihatnya ingin menerkamnya hidup-hidup, termasuk aku.

Walau aku sedang menciumi area lehernya, Danielle masih tidak terganggu dengan kegiatan masaknya, gadis itu masih tampak sangat fokus.

Semua sentuhan yang ku lakukan padanya, selalu Danielle wajarkan, jadi jangan heran jika dia terlihat biasa saja, dan terlihat seperti sudah terbiasa, karena memang begitu.

Menuju Tak Terbatas‼️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang