Newborn

118 26 2
                                    

Dia tidak tahu siapa pemuda itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia tidak tahu siapa pemuda itu.

Dia tidak tahu mengapa pemuda tersebut menginginkan dirinya sebagai pengantin.

Dia juga tidak tahu alasan si pemuda bisa membawanya dari reruntuhan kebakaran.

Dia tidak tahu apa-apa.

Masih banyak kebingungan yang ada di kepalanya. Namun, dia mungkin hanya akan mendapatkan beberapa jawaban saja. Itu pun diperoleh karena keberuntungan. Pemuda itu melarangnya bertanya sebagai salah satu syarat dari pilihan hidup bersamanya.

Si pemuda memberinya nama baru. Bae Irene katanya. Seolah-olah dia kehilangan ingatan padahal nyatanya tidak. Seakan-akan dia menghapus masa lalunya. Bukan berarti dia tidak setuju. Toh dia tidak punya kerabat lagi. Yang dia tahu kedua orang tuanya sama-sama anak tunggal. Dia tidak punya kakek atau nenek, semua sudah meninggal. Jadi ketika hanya tersisa dirinya sendiri dan pilihan menghapus masa lalu muncul, dia tidak keberatan.

Tadinya dia berpikir bahwa si pemuda seumuran dengannya. Walau setelan pakaian yang melekat meneriakan hal yang berbeda. Jarak umur mereka terpaut empat tahun. Dia mengetahuinya dari helaian kertas yang diberi si pemuda untuknya.

Pemuda itu bilang dia harus mempelajari banyak hal. Termasuk hal dasar tentang dirinya.

Dibanding hal dasar, yang tertera di kertas tentang si pemuda kebanyakan memuat preferensi ataupun selera pribadi. Dia hanya tahu nama dan tahun kelahiran. Sisanya perihal yang harus diingatnya untuk memahami keinginan si pemuda.

Di lain halaman terdapat silsilah atau kerabat yang masih hidup. Namun, Sehun belum membolehkannya membaca bagian tersebut.

"Oh, kau harus memahami dengan benar tentangku. Halaman tentang kerabat bisa ditunda." Itu katanya seraya membalikkan kertas ke halaman awal.

Jadi, dia membaca ulang secara berkala sampai setiap kata melekat dalam otaknya. Pemandangan keduanya yang duduk diam hanyut dalam bacaan bukan hal yang asing. Dirinya di kasur sementara Sehun di sofa tunggal yang didekatkan padanya. Hal itu menjadi rutinitas sampai dirinya yang belum pulih hingga perlahan membaik dan sekarang mampu berjalan.

Seiring kondisinya sehat kembali, agenda membaca tersebut kini berganti tempat. Sehun bahkan sering mengajaknya jalan di sore hari. Tak jarang juga dia merasa pemuda itu sedang mengujinya.

Pernah suatu ketika Sehun membawanya ke toko perhiasan dan butik untuk mengepasan baju pengantin. Itu adalah kali pertama dia keluar dari kediaman si pemuda. Dan kali itu pula dirinya menyadari betapa melimpahnya kekayaan Sehun. Dia sama sekali tidak berpikir demikian sebelumnya karena rumah yang ditinggali pun terkesan sederhana dan sangat tradisional, bukan mansion megah yang biasanya dimiliki konglomerat. Memang ada yang mengurus rumah seperti tukang kebun, koki, ataupun bibi yang merapikan isi rumah. Baginya hal itu sama sekali tidak mengindikasikan seorang konglomerat, karena sejauh yang dia tahu banyak orang kelas menengah yang menyewa urusan rumah seperti itu.

Mafia Don || Hunrene [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang