2 Chasing The Deadly

23 3 2
                                    

Nilai sempurna dalam pelajaran matematika, kimia, hingga fisika. Pada dasarnya, Peter adalah laki-laki yang sangat pintar---sebut saja dia jenius. Kegiatan apapun yang sedang dia lakukan diam-diam di balik meja, mulai dari menonton video tentang dirinya sebagai Spider-Man di YouTube atau memainkan gadget berupa kacamata bernama E.D.I.T.H yang Tony Stark berikan padanya, dia selalu berhasil menjawab berbagai pertanyaan rumit yang mendadak gurunya lontarkan.

Peter memang terkadang sibuk dengan pemikirannya sendiri, terutama mengenai hal yang bersangkutan dengan identitas rahasianya sebagai Spider-Man, pahlawan yang ramah tetangga. Biasanya, dia sibuk memutar otak demi menemukan ide tentang kombinasi serangan yang keren atau racikan jaring baru yang jauh lebih kuat dan praktis. Tapi sekarang, memikirkan tentang seorang gadis yang membiarkan rasa penasarannya kelaparan? Ini adalah hal yang tidak biasa.

Peter sedang mencorat-coret bukunya ketika Ned, seorang teman dekat, menyadari kalau dia tidak kunjung mengatakan sesuatu sejak sekitar setengah jam yang lalu. Cukup aneh, Ned sangat yakin kalau hobi laki-laki itu bukanlah menggambar. Di kelas seni kemarin, bahkan gambarannya sama sekali tidak berada di jajaran gambar terbaik---dia mendapat nilai C.

"Bagaimana tentang bank kemarin? Belakangan ini mereka suka merampok bank." ucap Ned sambil berbisik, mencoba untuk membuka obrolan meskipun guru kimia mereka sedang menjelaskan materi di depan kelas.

"Ya, ya, baik-baik saja. Aku dapat mengatasinya." Peter mengangguk-angguk, "mereka hanya ingin uang. Semua orang ingin uang." balasnya.

Ned mengerutkan dahi, dia tahu pasti kalau laki-laki berambut coklat bergelombang itu tidak sedang memikirkan sesuatu yang bersangkutan dengan perampokan bank kemarin dalam benaknya. Menjadi salah satu dari dua teman dekat yang dia miliki, Ned tentu saja dapat menebak apa yang sedang laki-laki itu pikirkan.

"Kau yakin tidak ada hal di luar nalar yang terjadi?" tanyanya.

Mendengar pertanyaan tersebut, Peter mengerutkan dahi. "Kenapa, Ned? Kenapa bertanya seperti itu?" katanya.

Ned mengalihkan pandangannya ke papan tulis. "Tidak. Kau hanya sedikit aneh. Mungkin kau kelelahan."

Peter menggelengkan kepala, dia tidak mengucapkan apapun untuk merespon. Laki-laki itu lebih memilih untuk bungkam dan kembali fokus pada pulpen serta buku tulisnya. Apapun yang sedang dia gambar, sepertinya berkali-kali lipat jauh lebih menarik dan seru dibanding mendengarkan atau meladeni ocehan orang lain.

"Lelah dalam pikiran~"

Ned tiba-tiba berbisik tepat di telinga sambil menunjuk kepalanya sendiri. Peter hanya bisa bergidik ngeri, yang Ned katakan terdengar sangat konyol dan menggelikan.

Penasaran akan sesuatu yang membuat teman dekatnya lupa diri, Ned beringsut mendekat untuk melihat apa yang sedang Peter corat-coret di atas bukunya. Tapi, yang terjadi detik selanjutnya adalah Ned yang tiba-tiba berseru 'oh' kencang seolah dia mendadak mendapat pencerahan. Hampir seluruh teman sekelasnya serentak memutar kepala dan melirik sinis padanya, tapi dia hanya tersenyum canggung dan tidak menghiraukan hal memalukan tersebut seperti biasanya.

Peter mungkin tidak pandai menggambar, tapi Ned dapat mengenal dengan jelas kalau yang ada di dalam bukunya adalah sketsa sebuah belati.

Belati berwarna hitam dengan bentuk yang sangat unik.

"Oh, kau sudah tahu kabar tentang senjata aneh yang tersebar di penjuru kota?" ucap Ned.

Laki-laki bertubuh gemuk itu hanya ingin memastikan. Tapi tanpa dia sadari, pertanyaannya justru berhasil menarik seluruh perhatian yang teman dekatnya miliki.

"Senjata aneh? Senjata seperti apa?" tanya Peter.

Ned menunjuk buku tulisnya yang terbuka lebar di atas meja. "Belati. Sama seperti gambaranmu." katanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Deadly WeaponTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang