7. Hidden Jealousy

388 22 3
                                    

Luna berjalan pelan setelah keluar dari lab UI, entah kenapa hatinya merasa tak tenang, dia menggeleng tidak habis pikir, bagaimana mungkin dia berakhir terlibat dalam urusan dengan Bara seperti ini?

Untuk keluar dari gedung, satu-satunya jalur yang dapat digunakan adalah melewati koridor yang melintasi ruang lab Desain Thinking. Itu artinya Luna harus melewati Desain Thinking sekali lagi.

“Loh? Ada Andrio?” Gumaman halus terlepas dari bibir Luna ketika ia menyadari kehadiran Andrio, pacarnya itu duduk di salah satu meja di ruang Desain Thinking, disana juga masih ada ketiga sahabatnya dan keempat sahabat Bara.

Luna dengan langkah riang mendekati Andrio. Dia berbisik, “Cium,” katanya sambil menawarkan pipinya pada Andrio, senyuman manis turut menghiasi wajah cantik itu.

Andrio tersenyum geli, tanpa ragu, dia mengecup pipi kiri gadisnya.

“Bentar ya, aku mau ke temen-temen ku dulu.” Ia melangkahkan kakinya ke meja Lauryn, yang terletak hanya dua meja dari meja tempat Andrio duduk.

Luna dengan suara yang hampir terdengar seperti bisikan, bertanya, “Guys, Andrio tau gue habis nemuin Bara?”

“Menurut lo?” Lauryn balik bertanya.

“Menurut gue Andrio tau karena lo pada ngasih tau, iyakan?”

Dengan nada tak terima, Lauryn melemparkan umpatan, “Enggak lah sialan banget lo.”

Sierra menimpali, “Gini-gini juga kita mah masih punya hati, mana mungkin setega itu sama sahabat sendiri.”

“Iya Luna. Untung aja gue sayang sama lo, kalau enggak mah udah gue aduin ke si Rio, biar perang sekalian,” kata Cassie dengan nada lembut sambil memasang wajah sok imut.

“Lah, Bar? Udah selesai jadi babu dadakannya?”

Luna melihat ke sekitarnya saat suara serta tawa Rion dan suara langkah kaki terdengar. Matanya dengan cepat menangkap sosok Bara yang mendekat dari arah lab UI.

Luna tidak ingin terlalu percaya diri, tetapi saat ini dia merasa Bara sedang memperhatikannya. Lelaki itu menatapnya sejak tiba di ruang Desain Thinking. Dan Luna sadar apa arti tatapan itu, seolah ada hal yang ingin lelaki itu bicarakan.

“Woi Bray. Ngapa dah dateng-dateng udah bengong aja?” Itu suara Franco.

Luna sekali lagi menyadari akan sesuatu hal, dia dengan cepat memalingkan pandangannya dari Bara dan mengarahkannya ke Andrio.

Sekilas, gadis itu melihat Andrio memandangnya dengan tatapan penuh makna. Luna yakin, Andrio tau jika dirinya dan Bara baru saja keluar dari lorong yang sama dalam waktu yang berdekatan. Andrio sadar, mereka berdua baru saja keluar dari lab UI.

~o0o~

Luna ingin segera keluar dari situasi yang memprihatinkan ini. Ia tidak tahan lagi dengan pandangan tajam dan bisikan-bisikan yang mengikuti langkahnya bersama Bara di koridor.

“Mau kemana, Bar? Kita ke studio foto kan?” tanya Luna saat Bara melangkah ke arah lain, sekarang mereka berada di luar gedung, panas matahari yang menyengat di siang hari seperti ini membuat Luna bawaannya ingin marah-marah saja.

“Ke gedung SC dulu.”

“Ngapain?”

“Ambil jersey di ruang ganti,” jawab Bara, matanya mengamati Luna dengan seksama. Dari ekspresi Luna, dia menyadari bahwa gadis ini tak terlalu tahan terik matahari di siang hari yang menyengat seperti ini.

“Ayo, bentar doang,” ujar Bara lagi, tangannya hampir menggapai lengan Luna, tetapi Luna lebih dulu melangkah pergi sambari tersenyum paksa.

“Ayo.” Gadis itu berjalan mendahului Bara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Two Loves, One LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang