1. Dokter IGD Tampan dari Masa Lalu

1.2K 187 33
                                    

Pukul setengah satu dini hari, suara sirene ambulans yang datang ke kompleks perumahan ini sampai membangunkan beberapa orang tetangga dekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul setengah satu dini hari, suara sirene ambulans yang datang ke kompleks perumahan ini sampai membangunkan beberapa orang tetangga dekat. Sebagian besar di antara mereka bahkan sampai keluar dari rumah untuk mencari tahu gerangan apa yang terjadi. Tubuh Alka terbujur lemas di tempat tidur tandu yang digotong dari lantai dua rumah Bunda menuju lantai dasar, lalu didorong menggunakan roda menuju dalam ambulans seolah tak menunjukkan tanda kehidupan. Bunda yang sejak tadi hanya bisa menangis histeris, kini bergelayut di pelukan Arshi. Bagaimana tidak, beliau-lah orang pertama yang memergoki Alka sedang terbaring di lantai kamarnya dengan kondisi badan kejang-kejang dan mulut berbusa, ketika hendak menunaikan salat tahajud. Kemudian Bunda berteriak sekeras-kerasnya hingga membangunkan Arshi, yang lalu menghubungi Pak RT yang rumahnya terletak di gang belakang rumah untuk memanggil ambulans.

"Keluarga pasien diminta ada satu orang yang ikut ke dalam ambulans," perintah petugas medis yang menangani Alka.

"Saya saja Ners," ucap Arshi mengajukan diri. "Tapi tunggu sebentar, saya mau ambil beberapa barang dulu."

Arshi memutuskan untuk ikut masuk sebab Bunda rasannya tak cukup kuat setelah melihat kondisi Alka. Dengan tergesa, Ia beranjak masuk kamarnya sejenak untuk mengambil barang berharga seperti dompet dan ponsel yang dimasukkan ke dalam tas, tak lupa sebuah jaket, kemudian berpindah ke kamar Alka untuk mencari ponsel dan dompet anak itu. Ekor matanya tidak sengaja menangkap tiga strip obat penurun panas yang bisa dibeli secara bebas di pasaran, tergeletak di ranjang Alka, tetapi ia tidak ingin berpikir macam-macam saat ini. Adiknya harus segera mendapa pertolongan. Arshi menemukan ponsel Alka di meja belajar dan dompet si bungsu di tas sekolahnya. Alka memang masih sekolah kelas 12. Jarak usia antara mereka terpaut sepuluh tahun sebab kehamilan Alka memang diluar rencana Bunda. Tetapi, ada untungnya juga dengan selisih umur yang jauh ini, Arshi jadi bisa membantu Bunda membiayai sekolah Alka setelah ia lulus kuliah dan bekerja.

Arshi masuk ke dalam ambulans bersama dua orang perawat yang sibuk melakukan tindakan pada Alka. Sayup-sayup, ketika mobil bergerak menjauh, Arshi mendengar desas-desus tetangga yang tidak sengaja tertangkap pendengaran di sela-sela lolongan sirene.

"Alka bunuh diri," ucap salah satu ibu.

"Astaghfirullah hal adzim!"

Arshi memejamkan mata sejenak, meski rasa kantuknya telah lama hilang sejak ia berlari keluar rumah dengan kaki telanjang tanpa sandal menuju rumah Pak RT demi meminta bantuan. Hanya itu yang bisa ia pikirkan, sebab di rumah ini mereka hanya tinggal bertiga; Bunda, Arshi, dan Alka, setelah Mas Arfi menikah dan tinggal sendiri dengan keluarga kecilnya. Bapak mereka telah lama berpisah dari Bunda karena KDRT dan perselingkuhan. Mungkin itu sebabnya, Arshi masih melajang di usianya yang sudah dua puluh delapan tahun. Rasa trauma akan kegagalan rumah tangga mungkin tidak pernah menjadi topik perbincangan di keluarga ini, meski begitu perasaan tersebut menetap dalam batin Arshi tanpa bisa dihindari.

Dalam waktu kurang dari lima belas menit, ambulans pun tiba di rumah sakit. Keuntungan tinggal di kota kecil seperti ini adalah dekat dengan fasillitas-fasilitas umum seperti rumah sakit, pusat perbelanjaan, hingga stasiun. Arshi turun bersama petugas lain lalu turut mengikuti ke mana adiknya dibawa.

Breadcrumbing #NANOWRIMO 2024Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang