Rosi Sang Rose

16 3 1
                                    

[Selasa, 26 Februari 2019]. Tepat satu tahun yang lalu dimana aku melihat senyummu yang paling indah. Senyum yang tak pernah kulihat semasa hidupku. Namun, takdir... . Belum selesai Rio menyelesaikan tulisannya, ia dikejutkan oleh tepukan di bahunya.

"Hey Bro". Somad, sahabat Rio dari kecil. Sosok yang selalu ada untuknya, mungkin layaknya buku diary kedua Rio.

"Lo masih mikirin dia? Udah satu tahun masih belum juga move on? " tanya Somad heran melihat buku diary kecil di tangan Rio.

"Ini bukan soal move on atau engganya Bro. Ini soal mengenang. Mengenang bukan berarti gabisa move on kan?"

"Seindah apa emang dia buat lo Yo?"

"Sangat indah Mad. Layaknya mawar berduri di dasar jurang. Indah, langka, dan hanya orang berani saja yang bisa memetiknya. Ah lo kaya gatau kisah gue aja Mad." Rio menghela napas mengingat senyum itu. Somad hanya menyungging senyum mendengar penjelasan sahabatnya itu, yang sebenarnya sudah ia ketahui.

Dalam deburan ombak di pantai, pohon kelapa melambai-lambai seolah mendatangkan kenangan satu tahun lalu. Angin sepoi menerpa kulit kecoklatan Rio seakan memaksanya mengingat kembali kejadian beberapa tahun silam.

***

Somad sangat senang mengetahui sahabatnya itu akhirnya bisa menjuari lomba pidato yang bertahun-tahun bersaing dengan orang yang sama. Rosiana Indah. Anak SMA N 1 Pancasila yang terkenal pandai dan ramah. Dia adalah saingan Rio dari SMP hingga ia memasuki SMA N 2 Sakti. Rio sangat ingin mengalahkan Rosi dalam lomba pidato tingkat SMA tahun ini. Karena Rio sadar ia selalu menjadi juara 2 baik ketika ia SMP maupun SMA tahun sebelumnya. Ia sangat bahagia saat mengetahui dirinya Juara 1 lomba pidato tersebut. " Hai. Kamu Rio ya? Kenalin aku Rosi dari SMA N 1 Pancasila. Selamat ya atas kemenangannya." Kisah mereka dimulai dari perkenalan singkat ini.

Setelah perkenalan itu, akhirnya mereka menjadi teman baik. Tak jarang mereka bertemu di cafe untuk berbagi pengalaman ketika lomba atau hanya sekadar minum teh bersama. Walaupun gadis ini terkenal dengan pribadi yang ramah, tetapi tidak sembarang dia bergaul dengan lelaki. Bahkan bisa dikatakan kalau Rio lah teman laki-laki pertama Rosi. Rosi begitu menyukai puisi, syair, dan kata mutiara. Sedangkan Rio sangat menyukai menulis ketiganya. Tak heran jika hubungan mereka semakin dekat setiap hari. Rio tak segan menulis puisi, syair, atau kata mutiara untuk Rosi teman perempuannya itu.

Minggu ini, Rio mengajak Rosi bertemu di cafe biasa dekat rumah Rosi. Tentunya membutuhkan keberanian yang cukup bagi lelaki pendiam ini mengajak bertemu seorang perempuan yang dikaguminya itu. Pasalnya, selama ini pertemuan mereka adalah atas kemauan dari Rosi. Tidak seperti biasanya yang membicarakan mengenai tulis menulis atau puisi, Rio mengatakan hal yang membuat Rosi tercengang.

"Rosi Sang Rose. Rose adalah mawar. Indah dan harum. Tak jarang insan manusia melambangkan cinta dengan mawar. Berduri memang. Menyakitkan pula. Namun, duri tajam itulah yang menjadi ketertarikan tersendiri setangkai mawar. Rosi adalah mawar. Mawar berduri di dasar jurang. Indah, langka, dan penuh tantangan. Tantangan bagi seorang pemberani untuk memetiknya. Aku, layaknya seorang pemberani mungkin tak pantas untuk memilikimu. Namun, aku berhak untuk menyatakan bahwa aku mencintaimu. Rosi."

Dengan sepenuh hati Rio membacakan puisi yang susah payah ia rangkai untuk Rosi. Lelaki pendiam sepertinya tak mungkin merasa biasa saja setelah mengungkapkan perasaannya. Tangannya bergetar memegang kertas kecil seperti contekan puisi yg ia buat. Pun saat memberikan mawar kepada pujaan hatinya itu. Tak seperti Rosi yang biasanya tertawa lepas, kali ini Rosi hanya bisa menangis bahagia mendengar perkataan Rio yang berhasil menyentuh hatinya itu.

"Aku mungkin tidak bisa berpuisi untuk membalasmu. Tapi aku yakin kali ini aku tidak salah pilih orang." Jawaban singkat nan tersirat dari Rosi cukup membuat Rio paham benar maksud darinya. Rio sangat bahagia mendengar jawaban pujaan hatinya itu.

[Minggu, 14 Juli 2013]. Momen ketika secara tiba-tiba aku menjadi lelaki pemberani. Momen pertama aku mengungkapkan perasaanku. Momen singkat namun bermakna. Momen tersirat hubungan kita. Rosi Sang Rose.

Kilil's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang