Part 24

85 11 1
                                    

Tiba saat makan malam, aku sedikit terlambat karena harus memandikan Theo terlebih dahulu setelah berenang tadi.

"Ni, bawa Theo duluan ya. Aku mau mandi dulu. Aku menyusul," ucapku kepada Niall. Niall mengangguk lalu membawa Theo keluar dari kamarku.

"Mau Aunt Nat," ujar Theo sambil menunjukku.

"Aunt Nat mau mandi, Theo," ucap Niall. Aku tersenyum, "Theo dengan uncle dulu ya,"

Theo tersenyum lalu mengangguk. Aku segera masuk ke dalam kamar mandi.

Aku berjalan ke arah ruang makan di villa itu. Ruang makannya berada di dalam sebuah ruangan dan itu gelap.

Aku mengetuk pintunya, tapi tidak ada jawaban, "Apa aku salah ruangan ya?" tanyaku dalam hati, "Tapi tadi Haz bilang ruangannya yang ini kok,"

Aku memberanikan diri untuk membuka knop pintu. Dan saat kubuka,

"SURPRISE!"

Aku terkejut. Lampu dinyalakan dan semua orang berteriak.

"Happy birthday, Natasha," teriak mereka semua. Theo berlari ke arahku, "Up, up,"

Aku mengangkatnya dan membelai rambutnya. "Ah, aku saja lupa hari ini aku ulang tahun,"

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday Natasha, happy birthday to you," the boys bernyanyi. Bahkan sampai pecah suara.

"Make a wish, and blow the candle," ucap Niall sambil membawa kue ulang tahun di tangannya.

"I want to see my parents and be with these guys till the end of my life," batinku. Lalu aku meniup lilin itu dan diikuti tepuk tangan mereka.

"Apa kesanmu tentang surprise ini?" tanya Louis menggukan mic layaknya sedang interview

"Entah aku harus bilang apa. Aku sangat bahagia. Aku hanya seorang fans yang beruntung karena dapat kenal dengan kalian semua. Dapat pekerjaan di butik belakangan ini. Dan dapat merayakan ulang tahun ku yang ke 21 dengan kalian. Sekaligus bertemu keluarga kalian. Semua keluarga," ucapku terharu. Idola mu mengetahui tanggal ulang tahunmu. Bukan kah itu gila?

"Ini semua ide Niall. Sudah kubilang kan? Tidak ada ruginya mengidolakan Niall," bisik Liam. Aku hanya tersenyum, "Thanks,"

Malam ini malam terindah yang pernah ku miliki dalam hidupku. Aku beruntung sekali bisa mendengar semua tawa keluarga besar ini.

"Natasha," panggil Mom Joannah,

"Iya mom?" aku menghampirinya,

"Kau designer kan? Bagaimana design terakhirmu? Sudah berkembang?" tanyanya

"Suaranya terdengar seperti... Ah, tapi tidak mungkin. Hanya ilusi ku saja sepertinya," batinku. "Belakangan ini lebih baik, mom," ucapku lalu tersenyum.

"Oh. Syukurlah kalau begitu. Butikmu berkembang?"

Aku mengangguk, "Iya mom. Apalagi sejak aku menggunakan foto 1D di kaca. Butikku tambah ramai,"

Mom Joannah tertawa, "Iya, aku sudah lihat butik mu dari Louis. Menarik," komentarnya.

"Terima kasih mom," ucapku menyengir kuda.

"Oh iya Natasha, aku mau mengurus Ernest dan Doris dulu ya. Aku tinggal dulu. Nanti kita bicara lagi ya," katanya lalu berdiri,

"Iya mom,"

*

"And the tiger soun--"

"Nat," suara Niall terdengar dari luar pintu kamarku.

"Theo, aunt buka pintu dulu ya. Ada uncle Niall," Theo mengangguk.

Aku memutar knop pintu dan Niall berada di depan pintu kamar,"Masuk, Ni,"

Niall melangkah masuk ke dalam kamar, "Theo, Theo ke grandma dulu ya,"

"Kenapa?" tanya Theo.

"Uncle mau bicara dengan aunt Nat," ucap Niall.

"Bicara apa?" bisikku kepada Niall

Niall mengisyaratkan, 'tunggu sampai Theo keluar dulu'

Aku berakting sakit perut. Walaupun aku kasihan melihat Theo ditipu oleh uncle nya sendiri.

"Theo, aunt Nat sakit perut. Uncle mau obatin dulu," ucap Niall

"Oh, Aunt Nat sakit ya?"

"Iya, sakit Theo," kataku berbohong lagi. Akhirnya Theo di antar Niall ke kamar mom Maura dan kembali lagi ke kamarku sendiri.

"Jadi bagaimana kau dengan James?" tanya Niall.

"James? He's my ex," jawabku jujur sekaligus kesal.

"Lalu? Kau sudah move on dari Zayn?" lanjutnya,

Aku mengangguk, "Sejak OTRA dan Zayn keluar,"

"Lalu kau move on ke siapa?" tanya Niall penasaran.

"Louis," jawabku singkat, "Aku dulu membenci mu, sampai detik ini pun masih, tapi berkurang,"

"Why do you hate me?" tanyanya,

"Kau tidak jelas. Plin-plan sekali jadi orang. Aku tidak suka," ujarku jujur. Kesal.

"Sekarang berkurang karena apa?" tanya nya,

"Theo, your Mom and Dad," jawabku singkat,

"Theo brings joy," kata Niall sambil tersenyum,

"Sakarep mu lah," ucapku asal.

"Hah? Apa itu?" tanyanya bingung.

"Umm, itu bahasa dari Indonesia. Artinya up to you," jelasku,

"Oh, oke," kata Niall, "Oh iya, Nat,"

"Apa?" tanyaku

"Move on ke aku dong," pinta Niall sambil tertawa, "Kan Louis sudah dengan El,"

"Enak saja," balasku sambil mengulurkan lidah, "Never in a million years,"

"Natasha jahat ah," Niall mendorong pelan bahuku,

"Biarin," ucapku, "Sudah sana, aku mau tidur,"

"Okay, goodnight princess,"

"Hei, aku punya nama ya dan namaku bukan princess," omelku sambil tertawa.

"Yasudah, Natasha deh," jawabnya lalu keluar dari kamarku,

Tapi dia kembali lagi, "Theo tidak mau tidur denganku. Katanya mau denganmu,"

"Yasudah, dimana Theo?" tanyaku

"Aunt Nat," teriaknya sambil melambaikan tangan ke arahku. Aku mengangkatnya, "Sini, tidur sama Aunt,"

"Jangan nakal ya, Theo. I warn you," Niall memperingati Theo,

"Iya uncle," jawab Theo. Lalu Niall keluar dari kamarku.

Beberapa menit setelah aku mendongeng, Theo tertidur. Dan kuputuskan aku ikut tidur.

maaf ya kalo ceritanya agak gak jelas. Ga masuk akal. Gadanta.

Vomments needed. Thank you :')

Change Your Ticket 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang