ARES & APHRODITE
.
.
.
Ares hanya diam menikmati jalan padat merayap di jumat malam, gerak tangan dan kakinya adalah refleks yang sempurna saat berkendara, yang membuatnya kaget adalah ketika dia tidak mendapati persneling melainkan punggung tangan lembut milik adiknya,
tidak serta merta di tepis tangan Ditha melainkan menggenggamnya dan mendorongnya kedepan untuk menetralkan gigi ...
Lalu setelahnya baru melepas genggamannya pada tangan dan persneling mobil. Ditha tak terima, dia menarik kembali tangan besar kakaknya untuk dia genggam, Ares tersenyum, berusaha selalu berpikir jernih mengenai hubungan tak mungkin ini.
.
"Kau sungguhan suka pada Persefone ?"
.
"Menurutmu ?"
.
"Tidak !!!"
.
"Kalo gitu untuk apa bertanya ?"
.
"Hmmh ... kenapa sih kau seperti menghindar dariku ?"
.
"Menghindar dari perasaanku lebih tepatnya ..."
.
"Kenapa tidak jujur, bilang ke aku jika kau ada rasa "
Ares tersenyum kecut, menatap kearah kanan, melihat belasan motor antri di samping mobilnya
.
"Coba bawa motor tadi "
.
"Ares ..."
.
"Kakak ..."
.
"Ck umur kita cuma beda beberapa menit, dan kita baru beberapa minggu dipertemukan "
.
"Tapi itu tidak mengubah keadaan kau adalah adikku !"
.
"Ribuan kali aku berharap kita adalah bayi yang tertukar ..."
.
"Aku tidak suka sinetron ..."
.
"Sinetron itu juga gambaran kehidupan ...!"
.
"Ya ya ... Kehidupan rebutan suami, rebutan harta, rebutan pacar ... dan semuanya merusak mental "
.
"Aress ... sejak kapan suka bicara tentang mental ..."
.
"Aku mau pulang ke rumah mama, dia minta kau ikut, tapi sebaiknya tidak usah, aku akan berkendara cepat saja ..."
.
"Kalau begitu aku bisa susul naik pesawat, lebih cepat dan tak perlu wasting time ..."
.
"Terserah mu saja "
.
.
.
Keinginan Ares tidak terwujud, mama menyuruh Ares membawa Ditha bersama, bisa naik mobil, kereta, atau pesawat, dan Ares memilih berangkat jumat malam ini juga dengan mobil Ditha, tidak masalah bermacet macet di jumat malam, asalkan sabtu pagi sudah sampai rumah.
