Rimon POV
Hari yang sangat tidak menyenangkan itu menurutku, hari saat aku sakit. Rasanya badanku sangat lemah dan tidak bisa melakukan apa-apa.
Bangun dari tempat tidur untuk sarapan saja rasanya dunia berputar. Sungguh sangat tidak nyaman. Mataku terasa berat dan hal itu membuat aku terpaksa terkapar di kasurku seharian.
Tetapi hari itu sudah berlalu, sekarang aku sudah cukup sehat. Begitu aku membuka mata pagi ini langsung kusiapkan sarapan dan bersiap kembali ke sekolah. Rasanya tidak sabar untuk kembali bertemu teman-temanku.
Kukayuh sepeda penuh semangat ke sekolah. Udara pagi yang segar memang sangat menyenangkan. Sampai di sekolah aku langsung menuju kelas.
Yah kukira hari ini adalah hari yang cukup berat, ternyata memang benar. Pelajaran di sekolah tak tampak semenarik biasanya hari ini. Dan sialnya pelajaran terakhir merupakan hal yang paling tidak menyenangkan.
Seharusnya pelajaran terakhir adalah IPA, pelajaran kesukakaanku, tetapi karena Bu Roxy sakit pelajaran yang menyenangkan itu diganti. Setelah menunggu guru datang selama beberapa menit, terlihat secercah pantulan cahaya dari kepala kinclong guru IPS sekolah kami, Pak Hanan. Teman-teman sekelasku memucat seketika, ketika beliau berkata,
"Keluarkan selembar kertas, kalian bisa catat 50 soal yang saya berikan untuk dikerjakan sampai bel pulang sekolah nanti."
Dengan malas sobek bagian tengah bukuku yang malang, untuk selanjutnya menjadi neraka yang mengurungku sampai jam pulang sekolah.
Wus.. Bagaikan angin lalu aku sudah berada di taman gula-gula. Tunggu.. Taman gula-gula? Sial aku bermimpi. Dan ini mimpi dimana aku sadar kalau aku memang sedang bermimpi. Oh.. ayolah! Hei, bisakah aku bangun sekarang? Bangun! Bangun! Aku tidak akan tahan kalau aku mendapat amukan lampu taman, Eh.. maksudku Pak Hanan.
Tiba-tiba telingaku terasa sakit dan panas. Seketika dunia gula-gula yang indah berubah menjadi tatapan mengerikan Pak Hanan yang tengah menjewer telingaku.
"Aduh, maaf Pak Hanan! Saya habis sakit, Pak. Tadi tiba-tiba pusing terus ketiduran. Aduh..duh.."
Kataku seraya mengiba dan memegangi telingaku yang agak memerah karena dijewer.
"Halah! Alasan saja. Saya cukup kecewa dengan kamu hari ini, Rimon. Keluar dan basuh muka! Tidak ada murid yang boleh tidur saat pelajaran saya." kata Pak Hanan seraya kembali ke meja guru dan melanjutkan dikte soal.
Langsung aku melesat ke kamar mandi. Kubasuh muka cepat-cepat agar tidak ketinggalan dikte. Sial, kenapa aku tadi ketiduran! Buang-buang waktu saja. Kuangkat wajahku dan kukeringkan dengan sapu tangan. Ah, segarnya!
Swoosh.. Sekelebat bayangan hitam melintas dibelakangku. Salah satu pintu kamar mandi berderit dan terbuka. Seorang murid dengan wajah rusak penuh luka bakar dan baju compang keluar. Bukannya lari, aku malah terpaku di depan wastafel. Hei, lari! Apa yang kau pikirkan?
"Boo!"
Seketika itu aku melesat secepat kilat. Wow, aku belum pernah berlari secepat ini. Jujur saja dalam olah raga akulah yang terburuk.
Dan memang benar, terburuk. Mendekati persimpangan antara kelas dan perpustakaan kutabrak tumpukan buku tua berdebu. Apa?! Bukan, maksudku Jade yang membawa tumpukan buku tua berdebu.
"Iiiih! Rimon apa-apaan sih kamu! Main tabrak aja!"
"M-Maaf, Jade. A-Aku buru-buru." kataku seraya menumpuk buku yang jatuh berserakan karena kutabrak tadi.
"Buru-buru atau habis di kejar setan? Larinya secepet kilat gitu." Katanya seraya tersenyum jahil.
Sejak kapan dia tau kalau..
"Hey, Rimon! Cuma bercanda kok. Jangan pucet gitu dong!" Katanya lagi.
Kubantu Jade membawa buku-buku tadi ke perpustakaan. Yah.. hitung-hitung amal dan bisa mengurangi jam pelajaran Pak Hanan. Xixixixi..
Sampai di kelas aku kembali menerima hujaman soal-soal matematika. Sial, karena aku terlalu lama keluar kelas Pak Hanan memberiku 20 bonus soal yang harus diselesaikan hari ini. Terpaksa aku tinggal lebih lama di sekolah. Bahkan, kakak-kakakku dan anggota club sudah pulang.
Setelah kuselesaikan semua soal. Aku bergegas mengumpulkan tugas itu dan segera pamit pada Pak Hanan yang setia menemaniku hingga semua soal yang ia berikan kuselesaikan dengan baik.
Kuambil sepedaku yang terparkir di dekat ruang pemilahan sampah.
Sepi..
Terdengar suara nyanyian yang merdu. Wow, seperti suara dari surga! Tampaknya berasal dari ruang pemilahan sampah. Wait?! Ruangan ini selalu dikunci ketika teman-teman club sudah pulang, kasihan sekali orang ini terkunci di dalam.
Kutempelkan telingaku ke daun pintu ruang itu. Suara nyanyian yang sangat merdu mengalun indah. Tetapi semua kembali hening ketika suara itu hilang.
Kurasakan tendangan seseorang tepat mengenai perutku. Aku mundur beberapa langkah. Kupegangi perutku yang terasa nyeri karena tendangan tadi.
Tak mungkin dia yang melakukannya..
Kutepis berbagai dugaan anehku dan kuberanikan menatap orang yang menendangku.
Kosong.
Tidak ada siapa-siapa..
Kurasakan angin dingin membelai tengkukku. Pijakkanku serasa goyah. Tanah yang kupijak serasa bergeser dan aku jatuh pada sebuah ruang bawah tanah dengan lantai dan dinding batu.
Kurasakan kepalaku berdarah dan badanku lecet dan terluka.
"Hei! Ada orang disana? Tolong, aku jatuh dalam ruang bawah tanah dan tubuhku luka-luka!!" Teriakku.
Pandanganku mulai pudar dan kepalaku terasa sangat sakit, ketika ada seseorang berdiri di bibir lubang tempatku jatuh.
"Tolong!" Rintihku dengan sisa-sisa kekuatan yang kumiliki.
Orang itu tampaknya hanya tersenyum -dengan senyuman yang tampaknya keji- lalu menjentikan jarinya. Seketika tanah menutup kembali seperti sedia kala dan tinggalah aku sekarat kehabisan darah ruang bawah tanah.
***
Hai, readers! Trims udah mau baca sampai chapter ini. Kalian luar biasa *author terharu* Gimana ceritanya? Semoga tidak mengecewakan =D. Bantu support author ini dengan comment kritik dan sarannya juga vote untuk yang mau berbaik hati menambah semangat author. Terima kasih^^
Salam Sendal Swallow
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Hope
RandomRamon, Ramen, dan Rimon, 3 saudara kembar yang barusan masuk ke sekolah Jenius High School. Awalnya mereka mengira kalau sekolah kali ini akan aman, tentram, dan damai. Tetapi perlahan-lahan masalah datang silih berganti. Akankah mereka bisa mengata...