i.

27 1 0
                                    

"Erina, kamu kok jadi gini sih?!" Kata Honiwa, teman Erina. "Aku jadi gimana, hah? Apa? Kamu iri aku independent sedangkan kamu senang di atur atur sama di manipulate cowo bad boys, iya?" Balas Erina marah. "G-Gila kamu ya!"

"Dasar kampungan. Aku gamau lagi temenan sama orang desa pikiran sempit kaya kamu lagi, Niwa. Mending kamu pergi deh daripada aku buang semua barang-barangmu..." Erina menghela nafas frustasi. "PERGI GA?!" teriaknya.

Niwa, pertama kali melihat sahabat kecilnya semarah ini kaget dan pergi membawa koper-koper nya. "Semoga... kamu kembali ke jalan yang baik ya, sobat lama." Bisik Niwa sebelum menutup pintu Di belakangnya.

"Persetan!"


Erina POV

"Erina...?"

"Erina???"

'Kayak ada yang manggil...' pikirku.

"Woi, Erina!" aku terdorong dari tempat dudukku, terjatuh di lantai. "Aduh!"

"Eh, maaf Eri. Kamu ga respon soalnya..." Ucap salah seorang temanku, Nami. "Oh, Nami ya..." aku menghela nafas lega, kukira aku dibully oleh kakak kelas, hadeh.

Padahal tadi udah siap baku hantam. :'v

"Sakit ga? Sini..." Nami mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri. "Thanks ya" sengirku. "Maaf, tadi aku lagi sibuk dengerin lagu."

"Lagu apa sih yang bisa buat kamu se-gak responsif itu?" Nami menggeleng kepala. "Kepo yhaaa" kataku sembari tersenyum iseng padanya. "Aku tadi dengerin lagu radiohead, haha. Pernah denger gak?"

"Gak tuh, pasti band underground ya?" tanya Nami, dengan nada suara yang monoton. "Eh... ngga terlalu, sih."

"Yaudahlah ya, mana aku tau. Habisnya kamu suka lagu-lagu rock emo gitu yg kayak cowok, sih." Nami menghela nafas. "Tuhkan, itu kenapa kamu ga bisa dapet pacar tau, Erina. Karena kamu tomboy."

Aku tau Nami temenku tapi ini cewek lama-lama ngeselin juga ya anjay.

"Lho, emang genre lagu yang bisa buat cowo suka sama kita itu apaan?" Tanyaku sedikit defensif. "Apa ya... kayak Taylor Swift kayaknya." Nami berpikir sejenak, "Oh iya terus lagu-lagu yang lembut gitu kayak lagunya Nadhif Basalamah."

"Iya ya? Oke deh." jawabku acuh tak acuh. "Kamu juga tuh kayak gak pernah join sirkel kita lagi... kamu tuh cantik tau, kalo dipoles dikit dan pinter interaksi ya bakalan dapet cowo kamu." Nami menjelaskan, sambil duduk di kursi di depanku. "Gimana ya... contohnya kamu bisa dapet kak Hiyori. Dia primadona sekolah tapi malah kamu putusin, aneh."

"Padahal banyak cewek mau ngerasain jadi kamu, lho..." Gumam Nami. "Yaudah sih, Na. Kalo lo mau sama kak Hiyori ya ambil aja."

"Mana bisa! Dia tuh mantan lu, Eri."
"Mantan atau bukan juga kalian kalo ditawarin jadi simpenan kak Hiyori manut manut aja." ujarku. "Kalian mana ada yang peduli sama gue. Iya kan?"

Nami terdiam sejenak. "Kok kamu bisa ngomong gitu sih, Erina? Kamu kok berprasangka buruk sama temenmu sendiri?" Nami beranjak dari tempat duduknya. "Tuh kan kamu belum move on. Masa kak Hiyori di mention dikit langsung kumat." "Kumat apa?"

Nami terdiam sekali lagi. "Er... Itu, lho... Kamu... autis kan?- Iya, autismu kumat, tuh!" Ucap Nami. "...Yaelah, katanya temen tapi nama penyakit mental gue aja salah."

Erina and Friends Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang