Prolog

5 1 1
                                    

Diana merapihkan jilbab nya yang sedikit berantakan karena tertiup angin, ia sekarang tengah berdiri di hadapan pagar rumah yang menjulang tinggi bersama Ayah di sampingnya yang sedang menekan bell beberapa kali.

Setelah pintu gerbang di buka oleh seorang penjaga disana akhirnya mereka pun melangkahkan kaki untuk masuk, Diana hanya mengekor di belakang Ayah nya karna tak tahu harus berbuat seperti apa, jika mengingat perkataan ayahnya tadi katanya Ia diundang untuk makan malam bersama di kediaman teman masa kecil ayahnya.

"Agra! Lama sekali ya kita gak ketemu! Apa kabar?" sapaan antusias langsung terdengar begitu mereka memasuki rumah yang cukup megah ini.

"Alhamdulillah baik Dirga, kamu sebaliknya bagaimana?"

Setelah menyalami teman Ayahnya itu, Diana hanya terdiam memperhatikan interior rumah disaat para bapak bapak di depannya ini tengah bersapa ria.

"Ini neng Diana? Masyaallah cantiknyaa"

Diana menoleh saat namanya disebut, ia bahkan terkejut dengan seorang wanita paruh baya yang masih tampak anggun itu tengah berdiri di sampingnya.

"Hehe iyaa tante" Diana hanya tersenyum kikuk serta menyalami wanita di depannya yang ia tebak adalah istri dari teman Ayahnya.

Setelah beberapa saat berlalu, kini Diana tengah duduk di Salah satu kursi meja makan yang cukup luas ini dengan berbagi hidangan lezat yang tersaji di hadapannya, Diana hanya fokus memperhatikan makanan di depannya hingga langkah kaki seseorang yang turun dari tangga mengalihkan atensinya.

"Maaf lama om, tugas Gahar baru beres" lelaki bertubuh tinggi yang menyebut dirinya sebagai Gahar itu menyalimi tangan Agra, Ayah Diana seraya tersenyum manis.

Tatapan mereka sempat bertemu namun keduanya langsung mengalihkan tatapan dengan gelagat tersipu.

Jika boleh jujur, Diana rasanya ingin menjerit melihat lelaki bernama Gahar tersebut, dilihat dari atas hingga bawah sungguh tipe lelaki yang Diana idam-idamkan. Rambutnya yang tersisir rapi seperti baru habis mandi, garis rahangnya tegas, hidungnya bangir, jari tangan nya lentik, dan.... wangi parfume nya yang semerbak sampai menyapa indra penciuman itu, Semuanya Diana suka.

Setelah menghabiskan hidangan utama hanya diselingi dengan percakapan para orang tua, akhirnya mereka memutuskan untuk memakan hidangan pencuci mulut dengan di iringi perbincangan perbincangan santai.

Diana hanya ikut berbincang sesekali ketika memang dia di libatkan dalam topik pembicaraanya, berbeda dengan Gahar yang tampak sangat pandai menyusun kosakata yang keluar dari bilah bibirnya untuk masuk keperbincangan para orang tua.

Pada akhirnya Diana hanya asik menyantap satu potong Cheese Cake yang diberikan Bunda Gahar tadi dengan tenang sampai akhirnya-

"Jadi gimana Diana tanggapannya untuk anak saya?" Dirga, Ayah dari Gahar tiba tiba melontarkan pertanyaan yang sukses membuat Diana terbatuk batuk.

"Gimana om?" Diana bertanya memastikan jaga jaga jika pendengarannya yang bermasalah.

"Ayah kamu belum bilang ya?" kali ini bunda dari Gahar yang membuka suara sambil mengelus tangan Diana lembut.

"Jadi tujuan utama kita malem ini memang untuk mengenalkan kalian, kami sangat berharap kalian bisa lebih dekat satu sama lain" tutur Ayumi, Bunda Gahar dengan senyuman yang masih ia pertahankan.

"Yaa istilah jaman dulunya sih, di jodohkan" sambung Dirga seraya tertawa dengan Arga.

"Kita daritadi nungguin Gahar buat mulai percakapan tapi malah anteng aja tuh anaknya, dasar cupu banget kalo soal cewe! padahal dia yang mau" jelas Ayumi setengah mengomel sambil menatap Putra nya yang hanya bisa tersenyum sambil menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal.

Jika kalian mengira Diana akan kecewa terkejut hingga marah, kalian salah besar karena pada kenyataanya ia tengah mati matian menahan untuk tidak lompat lompat kegirangan dan mengucap terimakasih kepada Ayahnya seribu kali.

EunoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang