14.TAMU ISTIMEWA

21 17 1
                                    

Cit menceburkan potongan tahu sutera ke dalam wajan sayuran dengan hati riang. Mama memasak beberapa menu makan malam. Mama memang pandai memasak, mulai dari masakan Indonesia dari seluruh Nusantara seperti rendang, mie Aceh, mpek-mpek, gudeg apalagi nasi goreng, bakso, mie ayam sampai Western food dan Chinese food, seperti malam ini mama membuat nasi hainan, bebek peking, sapo tahu dan aneka dimsum.

Entah siapa yang akan datang ke rumah dua lantai sederhana milik Kapten Mochtar Kivland Zein yang selalu dibuat naik darah oleh puteri sulungnya yang tak kalah pembangkang seperti sifatnya.

Terkadang Mochtar merasa bersalah pada kedua orang tuanya, mengapa dulu ia begitu nakal dan keras kepala. Kini ia baru menyadari, karma sedang berbalik mengerjainya. Ia memang tak dianugerahi anak lelaki yang ketahuan merokok di toilet, ketahuan nonton bok*p sampai berkelahi hingga orang tuanya harus mengobati anak orang berkali-kali.

Tapi Tuhan mengirimkan dua orang gadis istimewa dengan kelebihan dan kekurangan yang teramat jauh berbeda. Satu pemberani dan berjiwa pemimpin namun sering membuatnya naik darah, satu lagi menyejukkan hati, si penurut dan pemalu yang minus prestasi. Tapi ia selalu bersyukur karena memiliki kedua puteri yang sehat dari seorang isteri yang cantik, pintar memasak dan menjaga keluarganya dengan penuh kasih sayang.

Kini Zara telah menapaki semester keduanya di fakultas bisnis universitas bergengsi yang mati-matian ia biayai dengan menekan pengeluaran lain, seperti kebutuhan puteri keduanya yang terpaksa banyak mengirit demi sang kaka. Sebenarnya ia ingin sekali Zara menyelesaikan kuliahnya dengan baik. Masih teringat jelas dalam ingatannya, rasa bangga ketika Zara menyodorkan surat yang menyatakan jika ia diterima di beberapa kampus negeri melalui jalur beasiswa undangan.

Karena kecerdasan dan fisik yang mendukung, papa sempat memaksanya mendaftar taruni akademi militer untuk melanjutkan darah tentara dalam keluarganya, yang ditolak mentah-mentah oleh Zara. Papa juga sempat memaksa Zara mengambil kedokteran, agar kelak ia bisa menjadi seorang dokter tentara, atau menikah dengan seorang tentara. Namun lagi-lagi semua perdebatan itu hanya melahirkan pertengkaran dan diakhiri kengototan Zara pada pilihannya sendiri.

Meski ia tahu jika ia bukanlah anak yang berasal dari keluarga kaya raya yang benar-benar merdeka secara finansial, Zara justru memilih berkuliah di Institut Bisnis Indonesia kampus swasta yang cukup menguras biaya. Tak sampai di situ, belum juga selesai dengan pendidikan sarjananya, Zara malah dibuat galau akibat ulah coba-cobanya yang berbuah lulus beasiswa studi bisnis manajemen di Erasmus University Rotterdam.

Sepertinya Zara tak memberikan kesempatan pada Papa untuk berhenti menelan aspirin. Selain persoalan biaya guna mendukung beasiswa yang didapat oleh Zara, papa juga begitu berat hati jika harus melepaskan Zara berkuliah ke luar negeri sendirian.

Meskipun Zara terlihat amat cerdas dan keras kepala, ia tak yakin Zara dapat membawa diri dengan baik di negara orang dengan anger issue dan Princess syndromenya itu. Bagaimana pun cerdas dan beraninya seorang Zara, ia tetaplah gadis yang dikelilingi oleh ambisi dan ego. Sehingga dengan kedewasaan dan penguasaan diri Zara yang minimalis, Papa bertekad kali ini ia tak akan kalah dalam perdebatan dengan sang puteri.

"Ma udah cukup belum?" Cit menyendok secuil masakan dari wajan ke depan wajah Mama yang tengah sibuk membuat dimsum udang.

Mama mencicip sapo tahu karya Cit dan mengernyitkan dahi.
"Kayaknya keasinan deh."

"Masa si Ma?" Cit menyendok lagi namun Zara muncul dengan kaos oblong kebesaran dan rambutnya yang kusut berantakan.

"Kalo masakannya asin, itu tandanya Cit yang mau nikah."

"Hushh ngawur kamu Ka!" Mama menyuapkan dimsum hangat ke dalam mulut Zara, membuat Cit merasa puas karena mendapatkan pembelaan.

"Huha panas Ma."

PETERCANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang