Kelas mpls berlalu dengan cepat, jadi anak-anak baru diperbolehkan pulang.
Jam masih menunjukkan pukul 10 pagi.
"Sekolah apaan pulang jam segini?" Sunoo mengomel sembari mengikuti langkah Ni-ki yang lebar lebar, "HOY, PELAN DONG!"
"Lama sih."
Ni-ki udah ngebatin dari tadi soalnya bekel dia ketinggalan di meja makan rumah dan sekarang perutnya lagi orkestra. Tujuannya abis ini cuma pulang, makan abis itu tidur siang.
Dia capek banget hari ini meskipun gak ngapa-ngapain.
"Ayah lo belum jemput nih." Ni-ki mengedarkan pandangan ke jalan raya. Biasanya Om Solon itu ngaret ngejemput mereka, kalau nggak mancing ya pushrank sampai sore.
Bisa mati kelaperan sia-sia ini nanti.
"Coba telepon." ujar Jungwon, ditangannya ada satu plastik es teh — Bumi panasnya bukan main.
Sunoo ngangguk paham aja, dia ngetik sesuatu di hape nya sebelum ngangkat kepala lagi, "ga diangkat. Kayanya mancing deh.'
"Ayah ni mancing mulu, ikan aja gak pernah dapet." Seru si pipi gembil.
Mau telepon Papa Jake atau Papi Jay juga nggak mungkin, mereka berdua ada rapat yang gak bisa ditinggal.
Dari pada ngerepotin, yaudah, gak ada pilihan lain.
"Nyegat angkot ajalah."
[ SUPER PAPA ]
Bener aja, mereka bertiga naik angkot — udah nggak peduli gimana penampilan mereka abis desek desekan sama beragam orang, yang penting sampai rumah dengan selamat.
"Udah mah naik angkot, cuma diturunin didepan komplek." gerutu Jungwon.
Padahal cuma bayar lima ribu, itupun hampir dimintain potongan harga sama Sunoo — dia ngerasa mahal banget padahal yang naik angkotnya kan ga cuma dia?
"Daripada jalan kaki."
"Jalan kaki sehat?" kilah si mata mirip kucing.
Ni-ki noleh males, "Lo aja, gue ngga. Udah laper banget mo pingsan—"
"—Lah elu udah balik?!"
Dia heran aja ngeliat Ricky sama Junghwan lagi asik main catur di pos ronda. Kok bisa dua anak ini pulang duluan dan udah santai-santai seolah gak punya beban hidup. Bukannya lanjut jalan pulang, Ni-ki justru balik arah dan nyamperin dua anak gabut tadi, lupa sama rasa laper yang melanda sampe bikin ulu hatinya nyeri — malah ikutan nongki.
"Gue nebeng bapaknya Junghwan." balas Ricky kalem tanpa noleh — tekadnya menggebu-gebu buat menang duel catur sama anak semata wayang Pak Jihoon itu.
Junghwan ketawa pelan, di pangkuannya ada satu bungkus gede kacang kulit — dia makan sendiri, sedangkan Ricky masih fokus natap pion catur.
"Tadi gue liat om solon bawa alat pancing banyak." buka Junghwan tiba-tiba. "Ga gue panggil soalnya orangnya lagi telponan."
"Bapaknya Sunoo emang orang sibuk."
"... sibuk mancing."
Ni-ki berdecak, direbutnya bungkus kacang tadi dari pangkuan Junghwan — memutuskan ikut makan berdua, terlanjur males jalan pulang.
"Omong-omong, bocah yang disebelah lo tadi namanya siapa? pas baris di lapangan."
Ni-ki noleh penuh tanda tanya, "Gyuvin?"
Ricky ngangguk, "gue sering liat dia di pasar atom, sama maminya."
"Ngapain?" tanya Junghwan ikut penasaran.
"Gatau, jualan cilok kali."
CTAK!
"Tmi banget mana ga penting." Ni-ki udah beneran dongkol.
"Balik sono ganti baju, terus nanti kesini lagi." titah Junghwan, agak ngerasa heran kok ni anak nggak kegerahan pake seragam dilapisi Hoodie item siang bolong begini.
Ni-ki geleng pelan, dibilang udah terlanjur mager dia tuh.
Ditengah fokusnya ke papan catur, Ricky tiba-tiba menunjuk Ni-ki — cowok pirang itu anaknya memang random, sepaket bareng Junghwan, Jungwon dan Sunoo. "Lu tau ga? kemarin nintendo ngeluarin seri baru."
Omong-omong, mereka suka banget sama video game.
"Edisi baru yang warnanya biru ijo itu gak sih? lucu kaya permen karet." balas Junghwan menimpali.
Wah, ini sih berita besar.
[ SUPER PAPA ]
"Langsung mandi, Jagoan." Jake baru pulang — bahkan baru banget ngelangkahin kaki ke dalem rumah pas ngeliat Ni-ki lagi goleran pasrah diatas karpet ruang tengah.
Mana belum ganti baju dan lepas sepatu.
"Abis itu gapapa tidur, istirahat." ujar Jake lagi, harap harap anaknya itu mau ngubah posisi dan lekas ke kamarnya.
Nihil.
"EH PA!"
Jake jalan dari arah dapur kemudian duduk di sofa samping Ni-ki, "Kenapa?"
Cowok itu ngulurin hape nya yang nampilin iklan nintendo terbaru — speknya sih sama, cuma beda seri aja.
"Kan kamu udah punya?"
Lah Jake inget si iki udah punya, orang yang ngebeliin juga dia. Tapi emang sih seri ini jauh lebih bagus, warnanya soft gitu.
"Denger denger edisi baru, loh."
"Oh iya? apa bedanya?"
Ni-ki natap sang papa berbinar, "warnanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPER PAPA | Ni-Ki
FanfictionPunya anak dan jadi orang tua itu banyak banget tantangannya! Setidaknya itulah yang dirasakan sama sosok papa muda bernama Jake Sim ini. Single parent emang gak mudah, tapi setidaknya dia punya dua teman yang bernasib sama; ialah Jay dan Solon.