Kring! Kring!
"NI-KI!" Junghwan manggilin Ni-ki yang belum juga nongol, padahal biasanya jam segini anak itu udah duduk di teras, lagi pakai sepatu dan debat kecil sama papanya.
Ricky sama Gyuvin yang tiap ke sekolah boncengan naik motor, belok arah nyamperin Junghwan — Agak heran, nih bocah kok bisa hari selasa begini bolos, soalnya Junghwan ga pake seragam sekolah.
"Bolos ya lo." tegur Gyuvin spontan.
Junghwan cemberut, dia ngangkat sesuatu yang dibawanya. "Izin nih."
"Izin bolos."
"IZIN ADA ACARA KELUARGA."
Ganteng ganteng kok budek. Sebenernya dua-duanya sama aja.
Ni-ki tiba-tiba keluar dari dalem rumah, mungkin gara-gara dengerin dua anak adam lagi debat gak jelas didepan rumah orang pagi pagi buta begini.
"Nah, ngapa lu?" tanyanya ke Junghwan.
"Dia izin bolos" ulang Gyuvin.
Si tunggal Park udah males aja ngeladenin Gyuvin, kalau makin diladenin, makin darah tinggi. Nanti jadinya izin sakit, bukan acara keluarga.
"Nitip surat donggg!"
Ni-ki ngangguk, "Udah pergi sono."
"NGUSIR LU."
* * *
Kriyukk ...
Ni-ki yang lagi asik lesehan sambil mabar genshin sama Gunwook kaget, lah suara apaan tuh. Dia ngangkat kepala terus noleh — Sunoo cuma nyengir. Ini anak pasti belum sarapan.
Om Solon emang jarang ngasih sarapan ke Sunoo, palingan nanti uang jajannya dilebihin buat beli bubur atau nasi kuning di kantin. Kalau terlambat ya terpaksa nggak sarapan dan langsung makan siang. Beruntungnya, Sunoo bukan tipe bocah yang rewel, jadi, kalau ada makanan ya dimakan, nggak yaudah.
"Lo belum sarapan?" tanya Ni-ki, Sunoo geleng pelan. "Ga sempet, ayah bangun kesiangan."
"Kelas lo kosong kan? beli mie samping jembatan yok?" Ajak Ni-ki.
Dan, begitulah mereka berdua sampai di warung tenda kecil luar lingkungan sekolah ini. Sebenarnya cukup mudah akses untuk kemari, mereka hanya tinggal berjalan melewati pagar belakangan sekolah, lalu berjalan ke barat kurang lebih 50 meter. Kelihatannya memang jauh, tapi sebenarnya tidak — setidaknya untuk dua orang yang sedang kelaparan ini.
Omong-omong, sekolah mereka sedang mengadakan acara pameran, seluruh penghuni sekolah bebas keluar dan masuk gerbang hingga jam pulang.
"Ibuu, Indomi soto satu, pake telor. Minumnya es jeruk manis." pesan Ni-ki. Cowok itu kemudian nyenggol lengan Sunoo, "Mau apa?"
"Samain aja."
Ni-ki tertawa, bocah gembil ini rupanya sedang malu sebab beberapa anak kelas sebelas yang lagi makan soto dibelakang mereka, terlihat musatin atensi ke Sunoo. Lagipula, siapa yang gak tertarik sama cowok imut ini — Asal ga ketahuan Om Solon aja, bisa-bisa nanti mereka di sate.
Beberapa menit nunggu, Mi rebus pesanan keduanya datang. Ni-ki dulu sering kesini sama Ricky, jadi Ibu Sur — selaku penjual — udah hafal betul kesukaan anak tunggal Jake ini.
"Kok lama ga kesini?" tanya Bu Sur, agak keheranan juga soalnya dalam beberapa bulan terakhir, pertumbuhan Ni-ki pesat banget.
"Hehehe, Ricky tuh bu, sibuk mulu."
"Oh, sibuk apa emang?"
"Duel catur sama Junghwan."
Tok! Tok! Tok!
Dua orang polisi berpostur gempal, tiba-tiba masuk ke dalem warung dengan muka sangar. Kakel yang tadi curi curi pandangan ke Sunoo, mendadak menghilang kabur — Kalang kabut kayak lagi di grebek. Ni-ki sih nggak panik, orang dia cuma mau makan mie.
Baru dua suapan, salah satu polisi tadi negur mereka berdua. "Ini pasti komplotan anak tadi." Bales yang satunya.
Ni-ki noleh penuh tanda tanya. Maksudnya, dia?
"Kalian yang tadi tawuran didepan STM kan?!"
Jelas-jelas dia anak SMA.
Sunoo geleng panik, dia ngeraih lengan Ni-ki supaya ngejelasin yang sebenernya ke pak polisi itu — soalnya Sunoo juga bingung, ini sebenernya mereka ngapain kok kena tegur polisi.
"Lah, bukan pak. Lagi makan — eh, eh."
"Ah udah, banyak alasan. Ayo ikut bapak nemuin guru BK kalian."
[ Super Papa ]
Solon nepuk jidat begitu liat dua bocah tadi udah ada di ruang BK. Dua puluh menit yang lalu, Jake nge-chat dia gara-gara Sunoo sama Ni-ki masuk BK, paniklah Solon. Pasalnya, dia tahu betul anaknya itu nggak pernah aneh aneh, bahkan cenderung nolep karena jarang banget keluar rumah kayak Ni-ki ataupun Jungwon. Paling kenceng mah dia streaming musik kpop pakai sound system di kamar.
"Jadi begini Pak Solon, kami mendapat laporan bahwa ananda Ni-ki dan Sunoo terlibat dalam sebuah tawuran di lingkungan STM." Jelas Bu Karina.
Solon natap kedua anak remaja tadi lalu geleng pelan, "Ah, gak mungkin. Sunoo dikejar ayam aja panik, apalagi dikejar bocah bawa gir motor." bales Sang Ayah kalem.
"Tapi Pak—"
"Ni-ki juga gitu, Bu. Anaknya anteng, kalau sama bapaknya baru ngereog. Pasti dia males terlibat masalah sama anak STM, orang minta apa apa selalu dipenuhi sama bapak dia."
Ya, nggak salah juga sebenernya.
"Anak saya ini gak pernah bisa boong Bu, bocahnya kalo boong pasti pipinya merah kayak tomat. Udah ah, mau saya bawa pulang aja mereka, guru sama aparat negara kok gak jelas." Putusnya sambil nyamber tas Ni-ki buat dibawa keluar.
Emang bener kata Jake, mending pindah aja.
* * *
"Eh kalian belum makan, kan?"
"Beli mie rebus di warmindo sana yuk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPER PAPA | Ni-Ki
FanfictionPunya anak dan jadi orang tua itu banyak banget tantangannya! Setidaknya itulah yang dirasakan sama sosok papa muda bernama Jake Sim ini. Single parent emang gak mudah, tapi setidaknya dia punya dua teman yang bernasib sama; ialah Jay dan Solon.