D I A

111 31 8
                                    

Jane duduk di birai jendela lantai dua kamarnya, Ia menikmati pemandangan kanvas malam. Hawa dingin akibat hujan yang baru saja reda tidak menghalanginya duduk berlamaan. Jane sangat menyukai aroma khas hujan yang terasa nyaman dan menenangkan, sambil melantunkan sepenggal lagu milik Alexander, IDK You Yet dengan petikan senar gitar kesayangannya.

"How can you miss someone you've never met? Cause I need you now but I don't know you yet."

"But can you find me soon because Im in my head? yeah I need you, but I don't know you yet."

Dari kejauhan, yang tampak hanya lukisan gelap yang tak terhingga luasnya, "Hai Moon, mengapa engkau sendiri disana? dimana perginya mereka malam ini, ya.... bintang kecil yang selalu setia menemanimu, biasanya kalian tidak terpisahkan, apa mereka meninggalkanmu berkencan? Ooo jangan bersedih, ada Jane yang akan menemani Moon malam ini, tersenyumlah sedikit."

"Mau mendengar sedikit kisahku, malam ini aku sangat merindukan sosok seseorang yang belum pernah aku jumpai, seperti apakah warna bola matanya? apakah dia pecinta kopi pahit seperti diriku, ya jika ia lebih suka yang manis juga tidak masalah, heheh.... Tapi aku yakin kami memiliki hobi yang sama, ya dia gemar membaca, dari mana aku mengetahuinya? dia seorang penulis, seorang penulis pasti suka membaca, benar, kan Moon? diammu akan aku artikan sebagai persetujuan."

(~_^)

"Bagaimana aku sangat merindukan seseorang itu Moon?"

Tok-tok

Terdengar ketukan pintu dari arah luar kamar

"Jane, boleh Ibu masuk?"

"Masuklah, Bu."

Jane segera turun dari tempat duduk nya semula, ia menghampiri Ibunya dengan bersila di lantai sambil merebahkan kepala kepala ke pangkuan Ibu yang duduk di sudut tempat tidur .

"Ibu membawakanmu segelas susu hangat, minumlah sebelum keburu dingin, setidaknya Ibu juga ingin di temani olehmu, Ibu merasa cemburu pada Bulan itu yang kamu tatapi dan temani untuk berbagi kisah."

Jane tertawa kecil mendengar gombalan kecil yang keluar dari mulut Ibu, seakan kuping jane terbakar.

"Waw, sejak kapan Ibu segombal ini, aku seakan baru mengenal sosok baru Ibu, belajar dimana Bu?" Jane tertawa kecil.

"siapa lagi kalu bukan ayahmu ."

"Di mana sekarang Ayah Bu?"

"Ayah sudah terlelap, dan kamu jangan lari dari permasalahan, bagi kisahmu" celetuk Ibu!

"Tidak Ada yang istimewa Bu, Jane hanya menemani my Moon yang merindukan seseorang, seperti Jane yang juga sedang merindukan seseorang saat ini."

"My Moon? Sejak kapan kamu mengklaim bulan itu milikmu? Bulan itu satelit Bumi, yang berarti ia tidak bisa menjadi milik seorang individu, melaikan dia milik seluruh penghuni Bumi."

"Sejak malam ini!" Heheh candaku.

"Apakah rindu semenyakitkan ini Bu? Padahal Jane tidak mengenal sosoknya." Jane berkesah sambil meneguk susu hangatnya

"Rindu? jangan rindu Jane, rindu itu berat, biar Ibu yang merindukan menggantikanmu bila kamu tidak sanggup menampung rasa itu lagi" Goda Ibu.

"Ibu! Jangan bercanda, Jane serius" Jane mengelitik perut Ibunya hingga kewalahan.

"Apakah kamu ingin mengklaim seseorang itu seperti kamu mengklaim Bulan itu?"

"Tidak Bu, Jane hanya ingin menjadi Moonnya, menjadi teman malamnya, menjadi penerangnya di saat bintang tidak tampak dari kejauhan."

"Di mana seseorang itu?

"Di dalam media ini, di novelweb ini Bu."

"Hah? Ibu tidak paham maksud dari Jane."

"Dia seorang penulis Bu, terkadang Jane ikut merasakan kesedihan, ikut tertawa melaui cerita yang disampaikan, seakan Jane menjadi tokoh cerita itu."

"Waw, dia penulis yang berhasil membawa penikmatnya tenggelam dalam tulisannya. Menurut Ibu sangat normal untuk merindukan seseorang, bukankah kita makhluk social? Jane tidak perlu berusaha menghindari perasaaan itu, atau cobalah Jane memulai menulis sesuatu, mana tahu kalian berdua akan dipertemukan sebagai dua penulis, Ibu tau tulisan-tulisan mu, mengapa Jane tidak mencoba menulis sesuatu di aplikasi itu, buat dirinya tertarik dengan tulisannmu."

"Wah! Bu! Mengapa tidak terpikirkan sebelumnya oleh Jane, Ibu is the best, muach muach muach." Jane menciumi seluruh wajah Ibu.

"Jane cukup, wajah ibu penuh dengan lembab bibirmu, Ibu jijik!"

"Wuah kejamnya Ibu, apakah benar Jane anak kandung Ibu?" merasa tak terima dengan statement jijik itu.

"hahahah ibu hanya menggoda Jane"

"Hehe, Jane tau itu Bu"

"Baiklah, Ibu harus kembali ke kamar, Ayahmu pasti merindukan pelukan Ibu."

"Good night Bu."

"Good Night to Jane" tidak lupa ibu mengecup pipi Jane.

"Good night too someone there, bisik kecil Jane sambil menatap layar handphoe."

Tak lama kemudian masuk notifikasi chapter terbaru dari penulis Author yang dibicarakan, seketika Jane lebih bersemangat membuka kelanjutan cerita, rasa rindu pun terbalaskan melalui tulisan Author. Ia bangkit dari lamunannya, kembali bersila membaca di birai jendela. Air matanya tanpa sadar tumpah membasahi pipi Jane.

"Mengapa engkau kesepian Thor? Siapakah yang meninggalkan luka di hatimu, boleh aku menggantikan posisinya? Lamun Jane." Setelah membca jane langsung membri vote untuk ceritanya, tidak lupa mengetik komen cerita.

"Malam Author, wah cerita mu tidak pernah mengewakan ku, bisakah kamu mengirimkan tisu untuk ku, author harus bertanggung jawab sudah membuatku menangis, heheh.. good night Author"

Ting...

Notifikasi balasan dari Author "Good night too reader, maap tisu di rumahku sudah habis, bahu ku mau?" Goda si Author.

Ketik pesan:  Authorrrrrr, culik boleh?

Balasan Author:  Gak! Kaburrrrrrrrr, heh

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang