Chapter 7

32 20 7
                                    

***

Mone memejam, berbalik ke kiri, terlentang, berbalik kekanan dan akhirnya berakhir bersandar di sandaran tempat tidur memainkan pinggiran bantal guling. Sudah segala cara dilakukan untuk membuat dirinya lebih nyaman. Entah apa yang membuat suasana hatinya seperti gulungan benang wol yang kusut. Ia melirik jam di sudut nakas menunjukan pukul 22:45 WIB apakah mesih terlalu awal memejamkan mata? Lirihnya.

Ia mengingat lontaran terakhir Jane yang secara terang-terangan ingin mengenal Daris lebih dekat. 'Apakah ini? Apakah ini penyebab gangguan tidur malamku? Mengapa? Apakah hatiku bermasalah? Apakah tanpa disadari aku memiliki rasa? Siapa? Akuuu!!! Di antar mereka!!!' Ia menyangkal kemungkinan kecil akan gemercik gelitik hatinya saat ini, 'tetapi kenapa sekarang? Atau aku tidak siap berbagi? Tetapi kenapa? Bukankah mereka berdua sahabatku? Mengapa harus takut!' Mone bergelut dengan beberapa pertanyaanya sendiri tanpa menemukan jawaban. Ia mengacak rambutnya ke sembarangan arah.

Mone bangun dari lamunannya mengambil handphone di atas nakas melirik nomor yang akan dihubungi. Ia melirik dua nama, Exel dan Daris. Ia memutuskan Exel sebagai orang pertama yang dihubungi untuk bertukar kesah.

Tutt... Tutt...

Ponsel Exel bergetar, ia melirik panggilan masuk dari Mone. "Hai Mone, ada apa?" Exel langsung ke inti persoalan tanpa basa-basi. Ya, selama ini Exel selalu menjadi pendengar yang terbaik, ia selalu tahu karakter Si penelpon, yang tidak akan menghubungi jika itu bukan panggilan darurat. Mone selalu menghormati jam malam, dia tidak akan melewati garis kenyamanan lawannya. Namun bila ia dengan terpaksa melewatinya berarti ia butuh teman bercerita.

"Belum tidur?" Mone bertanya.

"Aku sedang berjalan kaki menikmati lukisan malam sambil menenteng belanjaanku." Exel berbohong. Ia ingin Mone tidak merasa terbebani karena mengganggu malamnya setelah seharian menghabiskan waktu di café. Padahal seluruh tubuhnya pegal sekarang dan ingin segera beranjak ke tempat tidur setelah membersihkan diri.

"Kamu berbohong?" Sidik Jane.

"apakah kamu CCTV berjalan? Apa buktinya aku berbohong?"

"Oh Mon... Tidak kah kamu lihat jam berapa kamu menelpon? Ini mendekati tengah malam, tentu saja sunyi di jam segini, apa lagi lorong menuju rumahku." Exel berjalan pelan ke dapur mengambil kantong plastik membuat suara gesekan di ujung handphone, aku sedang menenteng bungkusan, dan dengan pelan berjinjit ke kulkas mengambil minuman kaleng bersoda dan membuka nya di ujung handphone sehingga pemilik di seberang mendengar. "Ahh...nikmatnya soda berwarna cokelat ini, kau mau? Exel menawarkan dirinya menjadi tamu malam.

Setelah Mone cukup yakin dengan suara yang didengar, ia terdiam memikir apakah harus mengirim undangan malam. "Baiklah aku mau, bawakan aku cokelat, soda berwarna cokelat yang sama seperti milikmu, keripik kentang, beberapa mi cup! Stock cemilanku kosong. Lagi pula besok minggu, I'm off no work to do, mari berbagi cerita malam ini!" Pintanya.

"Kamu merampas semua isi belanjaanku, semua yang kamu sebutkan tersedia di kantong bungkusanku." Exel menahan tawa di ujung telepon, yang ingin menertawakan Jane setelah menangkap umpan kebohongan. "baiklah I'm on my way, just sitting there!"

"Whit pleasure, I'm waiting."

Rasa kantuk dan lelah Exel menguap semenjak ia tersangkut dengan obrolan ringan bersama Mone. Ia bergegas berganti pakainan yang santai, memakai jacket kulit, merampas kuci motor di atas nakas segera beranjak ke apartemen Mone. Sebelumnya ia singgah ke mini market untuk membeli beberapa pesanan Mone.

Satu jam berlalu

Exel melewai pos penjagaan, tentu saja ia dengan mudah melewatinya. Mone sudah mengabari sebelumnya ke pihak penjaga.

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang