Chapter 5

41 20 2
                                    

Tak biasanya, Jane terlihat sangat pendiam selama perjalanan pulang bersamanya. Mone melirik Jane yang tampak seakan memaksa memandang lukisan jalan menghindari tatapan meyidik Mone yang sedang menyetir. Biasanya mereka berdua akan berbagi cerita dengan salah satu berperan layaknya navigator dan satu berperan sebagai penyimak. Namun sekarang hanya hening yang menemani mereka. Entah mengapa Jane merasa cemburu dengan kedekatan Mone dan Daris. Padahal ia tahu, ia tidak berhak memiliki rasa cemburu itu.

Begitupun dengan Mone, entah mengapa ia bimbang dengan pertanyaan Jane di café barusan. Mengenai apakah sahabat dapat berubah menjadi saling memiliki atau perasaan cemburunya ketika Jane ingin mengenal lebih dekat Daris. Ia tidak tahu kata cemburu itu untuk siapa ditempatkan, yang jelas hatinya gundah sekarang. Rasanya akan aneh jika ia mengungkapkan perasaan yang dirasakannya barusan, Ia belum yakin.

Mencoba memecahkan keheningan, "Apa sebaiknya kita singgah ke MIxcue, tetiba aku sangat ingin melumat ice cream." Celetuk Mone.

Jane yang sadar akan tingkahnya segera memperbaiki suasana, "Baiklah sudah lama kita tidak menikmati makanan favorite kita."

"Kamu terlihat sedikit pendiam, bukankah barusan di café kamu baik-baik saja?" Mone menatapnya tanpa berusaha menyembunyikan rasa penasaran, 'Apakah aku melakukan kesalahan, seingatku aku tidak mengatakan sesuatu yang menyinggungnya.' Mone sangat menyayangi sahabatnya, tidak pernah sedikitpun terpikir menyakiti perasaanya.

"Ah ha ha," Jane tertawa garing. "Tidak ada apa-apa, aku hanya terlalu banyak mengeluarkan energi dengan tulisanku, terlalu hanyut mungkin. Sehingga tidak ada sisa untuk mengeluarkannya lagi, aku perlu segera merebahkan diriku."

"Apa kita batalkan saja menikmati ice cream? sepertinya kamu sangat membutuhkan suasana kamar." Saran Mone.

"Tidak perlu, mari kita nikmat ice cream segera, sudah lama kita tidak menikmati momen kencan dunia persahabatan."

"Yey!!! Kita kencan." Tekanan udara kembali normal menghangat di dalam mobil.

"Apa sebaiknya kita take away? Aku ingin menikmatinya di pinggir taman menuju rumahku." Sela Jane menyarankan.

"Ide bagus, sudah lama kita tidak menikmati senja di taman." Senyum Mone kembali terukir mengingat tempat favoritnya bersama Jane, ia mengangguk penuh semangat menyetujui ajakannya.

Matahari mulai menenggelamkan wajahnya perlahan, mereka berdua masih terhanyut di taman mengenang awal pertemuan di taman ini.

"Lihat pohon besar itu, gurat-guratan di batang menunjukan betapa tua usianya sekarang, mesih setia menemati waktu. Apakah kita akan tetap bersama hingga menua?" Mone bertanya sambil mengacak rambut Jane, terus berlari kecil meninggalkan Jane menghindari kontak mata sipit Jane.

Jane mengerucutkan bibir, rambutnya mencuat ke sana-kemari seolah tersengat aliran listrik. Jane mengejar ketinggalan. "Tunggu aku!!!"

"Pelan-pelan Jane, jangan sampai ice cream –nya jatuh. Kali ini kamu tidak akan mendapatkan penggantinya jika jatuh ke tanah." Mone berlari mundur ke belakang sambil menjulurkan lidah ke arah Jane. Belum sempat Jane membalas perkataan, ice cream mendarat di atas tubuh Mone. Mereka berhenti berlari dan tertawa saling memandang mengingat momen itu terulang kembali. Moment pertemuan Jane dan Mone.

***

The first meeting with ice cream

Mone sangat mencintai rasa ice cream. Ice cream pertama didapat dari guru UKS di sekolah dasarnya yang semula berawal dari gelutan antara Exel dan Daris. Ia sangat terkejut akan rasa dingin dan lumer di dalam tenggorokannya. Ia tidak pernah berkeinginan membeli ice cream yang dirasa mahal dan tidak mengenyangkan. Tetapi setelah ia jatuh cinta dengan rasa itu, Mone rela merogoh celengannya atau tidak pernah lagi menyisihkan duit jajan yang biasa di tabung untuk membeli ice cream setiap harinya dengan rasa yang berbeda-beda.

Pernah suatu hari ia sakit karena terlalu keseringan menikmati ice cream, ia mendapat larangan selama sebulan penuh oleh dr yang menanganinya. Mone dapat menahan godaan itu hanya dalam sepuluh hari kedepan. Selanjutnya ia menjadi pencuri waktu ulung yang menikmati ice cream seorang diri di taman menghindar sorotan CCTV. Ia tanpa sengaja menyengol Mone yang sedang berayun di ayunan sewaktu melintas taman saat mengendarai skuter dengan satu tangan dan tangan satunya lagi memegang ice cream.

Bug!!!

Jane kecil terjatuh menimpa ice cream di atas tubuh kecil Mone, kedua mata bertemu. Dan awal persahabatan di mulai dari insiden kecil.

                                                                                                           ***

Ya, sekarang kedua mata mereka bertemu lagi. Momen sederhana itu terulang kembali, Jane terjatuh saat mengejar Mone. Kaki kanannya tersandung dengan kaki kirinya hingga terjatuh menimpa Mone kembali.

"Ha... ha... ha" suara tawa mereka memecah keheningan.

Mone segera sigap memeriksa keadan Jane. "Ada yang sakit? Kakimu baik-baik saja? Tanganmu ada tergores?" Mone menyidik seluruh tubuh Jane, wajah khawatirnya tidak dapat disembunyikan.

Sudut mulut terangkat menahan senyum melihat rasa kekhawatiran yang dilontarkan, "Aku baik-baik saja, lihat dirimu sediri! Ada goresan di sikumu, kemarikan lenganmu!" Jane segera menarik lengan Mone sebelum sempat tanda izin diberikan. Dengan pelan Jane menghembus pasir halus yang menempel. Mone diam mematung menikmati perlakuan Jane. "Sudah, tidak ada yang perlu terlalu dikhawatirkan, hanya luka kecil. Sebaiknya kita mengkhawatirkan ice cream yang mencair di atas pasir." Jane mengerucuti bibir dengan kitten eyes merasa bersalah.

"Apa perlu kita mengganti yang baru?" Mone menatap hangat orang di depannya menyarankan.

"Tidak! Mari kita singgah kerumahku segera, membersihkan lukamu dengan cairan anti septic NaCL."

"Kita pulang!" Mone tergagap mengiyakan. Mereka berjalan ke arah Mobil untuk segera beranjak meninggalkan taman.

Sesampainya di depan gerbang rumah, handpone berdering di saku. 'Suatu kebetulan, aku membutuhkan pertolongan kecil untuk kabur sesaat.' Mone melirik ke layar dan membukanya, kemudian ia menatap Jane dengan rasa bersalah. "Maaf Jan, sepertinya aku tidak jadi singgah, ada file berkas yang harus kuserahkan keatasanku segera! Ia memintanya malam ini. Goresan ini akan kubersihkan segera sesampainya di rumah." Sebenarnya itu hanya spam yang masuk. Maaf Jane, aku berbohong, untuk sementara aku harus menjernihkan pikiranku.'

Jane tidak dapat menahan Mone lebih lama bila sudah menyangkut pekerjaan. "Baiklah, hati-hati di jalan." Bisik Jane sambil memberikannya pelukan hangat sebelum turun dari mobil. "Kirim foto luka yang sudah dibersihkan, aku tahu kamu suka menyepelekan hal kecil. Aku sedikit tidak percaya ucapanmu!" Jane menyipit meragukan Mone.

"..."

Hening, Jane menunggu jawaban Mone.

"Oke-oke jan jan, see you soon." Mone segera menghidupkan mesin mobilnya, melaju dengan pelan. Meninggalkan bayangan mobil yang perlahan memudar dari tangkapan retina Jane.

"Malam ibu, aku sudah makan di luar bersama Mone, aku ingin membasuh tubuhku segera." Belum sempat ibu menyuruhnya singgah makan, ia sudah tahu lontaran kalimat yang akan menghamburnya dan segera memotong percakapan ibu.

Ibu hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah sedikit keras kepalanya. "Apa perlu ibu mengantarkan susu hangat ke kamarmu?"

"Sungguh? Baiklah dengan senang hati Jane akan meneguknya nanti." Jane berlari kecil ke arah ibu memeluknya hangat dan berbisik 'I love you moms, muach.' Jane segera berlari ke atas setelah meninggal jejak kepemilikan di pipi kiri-kanan ibu.

Satu jam berlalu.

Mone juga belum mengabarkannya, rasa penasaran mengomporinya untuk segera mengirim pesan singkat segera.

Jane: Mana foto yang janji akan dikirim

Mone: (Dibaca)

'Sial aku lupa.' Mone lupa akan goresan kecil yang didapatnya. Segera ia berlari ke arah kotak P3K mengambil hansaplas untuk menutupi lukanya dan segera mengambil gambar melalui handphone.

Mone: He he sudah kubereskan, ini dia. Jane mengirim gambar hasil tangkapan kamera handphonenya.

Jane: Tato yang imut. Selamat malam, aku ingin memimpikan my Author.

Mone: selamat malam Jan jan, sleep tight

Jane : (Dibaca)

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang