chapter 24

2 1 0
                                    

"Jane... Jane!"

Jene tersentak dan menatap ke arah suara. "Mm..." Jane mendesah dan menyandarkan punggung ke sandaran kursi.

"Memikirkan apa? Kenapa diam?" Tanya Mone dengan nada penasaran. "Daris?" Tuduh Mone dengan senyum smirk.

"Itu juga." Jawab Jane tanpa pikir panjang.

Mone menahan tawa dengan menutup mulutnya. "Janeee.... you're serious... dengan ucapanmu?"

Jane mengerjap terkejut dengan lengkingan suara Mone, "Hah! apa? Barusan bertanya apa?"

"Kamu melamun, tadi aku bertanya kamu mikir Daris? Kamu jawab dengan santai, itu juga." Mone menahan tawa geli di perutnya.

Jane merona menangkup pipi dengan kedua telapak tangannya. "Anggap kamu tidak mendengar yang barusan." Bisik Jane dengan mata memohon.

Mone berdehem, berpura pura memandang ke sekeliling ruangan, "Baiklah-baiklah, aku akan menganggapnya angin lalu, tapi mau bagaimana lagi aku sudah mendengarnya." Goda Mone dengan senyum tipis.

Hening.... Mone menangkap raut wajah Jane yang sedikit bingung. "Tanyakan padaku, tanyakan sesuatu jangan memikirnya seorang diri."

Jane mengaduk-ngaduk minumannya dengan pelan lalu mengadah ke samping. "Daris orang yang seperti apa menurutmu? Dia terlihat sangat berpengalaman dalam memberi perlakuan terhadap wanita, apakah dia seorang playboy. Aku tidak ingin salah mengartikan perlakuannya. Author tetap menempati posisi pertama di hatiku, aku takut jika menggantikan posisinya dengan Daris tapi dia tidak memiliki rasa yang sama dengan ku."

"Jadi sekarang kamu mengakui ada sedikit rasa terhadap Daris?"

"Sedikit, baru sedikit!"

"Daris bukanlah orang seperti itu, kata playboy tidak pantas melekat di dirinya. Seumur hidup, aku aku hanya meliat ia memberi perlakuan istimewa hanya ke pada dua wanita, tidak lebih. Mereka~"

Alis Jane berkerut, "Jelas dia playboy, dan dua wanita" Sela Jane.

Mone mendengus, "Huh. Jane dengarkan penjelasanku dahulu, jangan memotong kalimatku. Perlakuan itu hanya untuk tante Rossa dan Adele adiknya."

Jane tersipu malu dengan praduganya sendiri, Ada sedikit rasa senang menduduki hati Jane saat ini.

Suasana bertukar senyap. Jane mengalihkan pembicaraan, "Kamu tahu Mon, aku bisa mati berdiri jika kamu sedikit saja telat sampai, apa tante Rossa seperti itu? Blakblakan, ramah, bahkan terlalu ramah menurutku.

"Memang" Sahut Mone sambil mengunyah kentang goreng dengan santai dan mencondongkan tubuhnya sedikit ke arah Jene dan berbisik "Kamu berutang padaku."

Jane tersenyum dan balas berbisik, "Aku tahu."

"Tante akan mengatakan apa yang dipikirkannya tanpa ragu, dan tanpa memikirkan tempat dan memikirkan orang lain yang mendengarnya. Tapi kamu jangan khawatir, tante adalah orang yang sangat penyayang." Mone mengedipkan matanya.

Jane mengangguk mendegar penjelasan Mone, ia di kejutkan dengan nada pesan masuk di atas meja. Jane melirik nama yang muncul di layar, Daris. Disaat bersamaan Exel menghampiri mereka. Mone sempat menangkap nama pemilik yang muncul, ia hanya berpura-pura tidak melihatnya. Jane tidak langsung membuka, Jane melirik kedua temannya yang sedang sibuk mengobrol. Karena ia tau saat ini teman di sebelahnya lebih penasaran dari pada pemilik handphone. Ia menunduk hanya mengintip, bibirnya melengkung tersenyum.

"Kenapa menatap, tidak ingin membacanya?" Bisik Mone menggoda.

Jane mendengus, menyipit menatap Mone, ia merasa tidak ada gunanya menyembunyikan ini dari Mone, "Daris hanya mengabarkan ia sudah di rumah, tidak ada lain." Sargah Jane. "Lanjutkan obrolanmu dengan Exel." Jane berjalan menuju toilet dengan membawa handphone

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang