Chapter Three: We're Officially Friends!

331 60 1
                                    

"Aku ingin melihat tubuhku." gumam Kaizen, kakinya tergantung bebas pada pinggiran rooftop.

Sudah satu malam semenjak roh dan badannya terpisah, Kaizen merasa kebingungan. Ia kira, ini adalah ganjaran sebab ia terlalu banyak dosa semasa hidup, namun Ethan menyangkal.

Sembari menikmati semilir angin, Ethan menutup payungnya, "Kau tau, terkadang kau harus melewati masa seperti ini untuk menjadi 'manusia'. Ini perjuangan."

Perjuangan apanya, Kaizen hampir mati.

Dua makhluk jadi-jadian itu kemudian berpindah tempat. Teleportasi Ethan rupanya berguna juga, lantas mengapa selama ini ia repot-repot berjalan kaki puluhan meter demi menjemput para roh?

Sejujurnya, Ethan masih free trial.

Roh yang dijemput kali ini merupakan seorang wanita paruh baya, cahaya diwajahnya cerah sekali, Kaizen sampai keheranan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Roh yang dijemput kali ini merupakan seorang wanita paruh baya, cahaya diwajahnya cerah sekali, Kaizen sampai keheranan.

Manusia disekelilingnya menangis, bergantian memeluk tubuh renta yang telah terbaring tenang diatas brankar rumah sakit.

Ethan menggandeng tangan si wanita sampai kedalam lift lantas beringsut mundur lalu perlahan lift itu memudar.

"Tugas selesai." Ethan menyoret salah satu diantara sebelas nama pada antrian dalam bukunya.

Dan Kaizen masih setia mengekori.

Mereka berdua berhenti didepan pintu Ruang ICU, Ethan melongok ke dalam, lalu memberi gestur Kaizen untuk mendekat.

Tubuh Kaizen terbaring koma dengan begitu banyak alat penunjang kehidupan menempel di badannya, wajah Kaizen pucat pasi sementara kepalanya dibebat kasa tebal. Hanya monitor detak jantung yang memecah keheningan di ruangan itu.

Ethan duduk di kursi tunggu tak jauh dari Kaizen, seolah memberi waktu pemuda itu untuk melihat tubuhnya sendiri sebelum pergi dari sana.

"Ethan."

"Kenapa?"

Kaizen terdiam, "Apa aku akan mati?"

Tak langsung menjawab, Ethan bangkit dari tempat duduknya. "Bagaimana menurutmu? Iya atau tidak?"

Merasa tidak ada jawaban, Ethan justru menarik lengan Kaizen, membawa roh itu ke dalam ruang rawat untuk mendekati tubuh koma-nya. "Cobalah masuk."

Sret!

"ARGH!"

Sekuat apapun mencoba, Kaizen tidak bisa. Ia terus menerus terpental hingga lelah kemudian mendudukkan dirinya pasrah dilantai.

Ethan tertawa, ia mengusak kecil rambut Kaizen lalu berjongkok didepannya, "naiklah, aku akan menggendongmu"

Monitor detak jantung Kaizen berbunyi nyaring, tanda bahwa pemuda itu perlahan melemah. Si Malaikat Maut berjalan keluar dari ruangan itu dengan Kaizen dipunggung, menembus badan para tenaga medis yang terlihat panik memeriksa setiap alat disana.

Kaizen menoleh, "Eth⸺"

"Tenang saja, tidak akan terjadi apapun."

Saat sudah berjalan cukup jauh, roh serba ingin tahu itu, bertanya kembali, "mengapa demikian?"

"Entahlah, mungkin karena aku Grim Reaper? alat-alat mereka mendadak tidak berfungsi saat aku mendekat, aku juga tidak tahu mengapa hal itu terjadi."

Selagi menunggu ramen-nya matang, Ethan menatap kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan besar Kota Seoul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selagi menunggu ramen-nya matang, Ethan menatap kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan besar Kota Seoul.

Sementara Kaizen, sedang asik larut pada lamunannya sendiri. Entah apa yang dipikirkan sebab ia menolak memberitahu sejak tadi.

"Ethan, apa kau punya teman?"

Malaikat maut itu melirik, "Kenapa?"

"Tidak, hanya ... sepi."

Alis Ethan berkerut heran, sedang membicarakan apa anak ini? apa manusia yang sedang koma selalu membicarakan hal aneh saat rohnya terpisah bebas dari badannya?

Ethan hampir melupakan ramen disampingnya, lantas dengan cepat ia mengambil wadah itu dan makan dalam diam.

"Kau punya teman?" tanya Ethan tanpa mengalihkan atensi pada langit malam didepannya.

Lama sekali sebelum Kaizen menggeleng, "Tidak. Mereka menganggapku ... orang aneh."

"Mereka bilang, aku cuma satu diantara sekian banyak manusia tidak beruntung yang hidup seperti pecundang, karena aku mengambil pekerjaan paruh waktu saat aku harus bermain dengan mereka."

Kaizen menghela nafas mengingat seluruh kenangan pahit yang ia jalani sepanjang hidup. Bahkan, saat ia berada di ujung ajal pun tidak ada teman yang bersedia mengunjungi. Kaizen hanya seorang diri.

"kalau begitu, mari berteman?" tawar Ethan.

"Maksudmu?"

Ethan menoleh dengan senyuman, dilihatnya raut wajah kaget Kaizen, "Kita, berteman. Setidaknya kalau kau mati nanti, kau punya sebuah kenangan untuk diingat."

Suasana Kota Seoul hari ini sangat baik, sebaik hati Kaizen yang akhirnya dapat tersenyum lebar sebab telah memiliki seorang teman sebaya, persis seperti apa yang diinginkannya pada hari ulang tahunnya.

Hari ini, Kaizen bahagia.

CHAPTER THREE : WE'RE OFFICIALLY FRIENDS!HEEJAKE | PG-13 | 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER THREE : WE'RE OFFICIALLY FRIENDS!
HEEJAKE | PG-13 | 2023

WAKE ME UP WHEN SEPTEMBER ENDS | HEEJAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang