Bukan BL
°
°
°
Pukul 18.34 Halilintar baru saja menyelesaikan pekerjaannya, ia menyenderkan punggungnya ke kursi sebelum berdiri meninggalkan ruangannya.
Perjalanan yang tidak memakan banyak waktu, Halilintar sudah berada dihalaman rumah mewahnya.
Turun dari mobil kemudian masuk kedalam rumah, yang Halilintar lihat adalah keempat adiknya sedang berkumpul diruang tengah.
“Gak masak, Len?” Pertanyaan Halilintar membuat Gempa menoleh.
“Nggak. Rora pengen ayam geprek, dia lagi beli sama Aa,” yang dimaksud Aa adalah Taufan. Halilintar hanya mengangguk paham, kemudian dirinya melihat Solar yang tiduran di paha Thorn.
“Apa liat-liat?” Ujar Solar yang paham dengan tatapan Halilintar.
“Ppfftt..” Thorn menahan tawanya, Halilintar mendengus dan berjalan ke kamarnya sedangkan Gempa hanya menggelengkan kepalanya.
Cukup lama menunggu Taufan dan Blaze kembali, karena saat Halilintar tiba, Taufan dan Blaze baru saja berangkat.
Halilintar turun dan ikut menunggu bersama adik-adiknya, ia menidurkan kepalanya di paha Solar yang kini sudah duduk diatas karpet bulu.
“Masih lama, Len?” Tanya Halilintar, sejujurnya ia benar-benar sudah kelaparan.
“Bentar lagi kayaknya-”
“HELLOW EVERI BADI, AIM KAMING,” Ucapan Gempa terpotong oleh teriakan Blaze.
“Berisik! Bahasa inggris Lo noh, benerin,” Ujar Ice yang tidurnya terganggu.
“Pedih sekali ucapan blio ini,” Blaze duduk dengan dramatis disamping Ice yang terlihat sedang kesal.
”Nih,” Taufan membagikan paket ayam geprek dengan level yang berbeda pada Halilintar dan adik-adiknya, terkecuali Solar yang diberi paket ayam bakar.
Ketujuh bersaudara itu makan dengan lesehan diatas karpet bulu, TV yang menyala dan sedikit ocehan dari TTM membuat suasananya berisik namun hangat.
“Rora, mau coba dong,” Solar melihat ayam geprek milik Blaze yang terlihat menggoda.
“No! Gak boleh, punya Rora terlalu pedes,” Bukan Blaze, melainkan Gempa yang berbicara.
“Mau coba dikit, masa gak boleh,” Ujar Solar, nadanya terdengar kesal.
Mereka saling pandang, bukannya tidak ingin berbagi. Mereka hanya tidak ingin jika Solar sakit perut karena makanan mereka yang pedas, bahkan Thorn saja memesan ayam geprek level tiga.
“Sini, buka mulutnya,” Halilintar mengarahkan tangannya ke mulut Solar.
Solar membuka mulutnya menerima suapan dari tangan Halilintar, karena mereka memang makan menggunakan tangan.
“Enak, mau lagi,”
“Gak,”
“Dih, musuhan lah kita,”
“Coba bilang sekali lagi,” Solar bungkam tepat setelah Halilintar berbicara didepan wajahnya, ia memilih memalingkan muka.
”Udah kak, kasian Anya,” Ujar Gempa.
Halilintar menghela nafas pelan, ia mengusap rambut Solar dan berkata maaf. Semuanya kembali makan, termasuk Solar dan Halilintar.
_____“KALO MASIH GAK BANGUN, GUA PUKUL LU SEMUA PAKE PALU!” Terdengar suara gaduh dari lantai dua setelah teriakan itu menggema.
Gempa- oknum yang berteriak tadi memijat pelipisnya, bagaimana tidak marah? Ini sudah pukul enam pagi dan penghuni rumah ini belum ada yang bangun selain dirinya.
Beberapa saat kemudian, penghuni lain rumah ini turun bersamaan dengan memakai jas ataupun seragam.
“Anya mana?” Tanya Ice yang sudah duduk di meja makan, begitu juga yang lainnya.
“Disini,” Semua mata menoleh padanya, lebih tepatnya pada Solar yang berjalan pelan.
“Astaga Anya! Kamu kenapa? Apa yang terjadi?” Gempa berlari kecil menghampiri Solar, mengecek tubuh adiknya itu takut-takut jika terjadi sesuatu.
“Ah, itu.. waktu Mas Allen teriak, aku kaget terus jatuh dari kasur,” Ucapan Solar membuat Gempa merasa bersalah, seharusnya ia tahu jika Solar sangat mudah terkejut.
“Anya, nangis Nya,” Celetuk Taufan, berniat memanas-manasi suasana.
“Aa diem, mana yang sakit?” Terlihat raut khawatir dari wajah Gempa.
”Cuma punggung, Mas Allen gak usah khawatir,”
“Ayo makan,” Solar menggandeng tangan Gempa dan berjalan ke meja makan, Solar duduk diantara Taufan dan Blaze.
Semuanya memakan sarapan mereka, terkecuali Blaze yang hanya memakan potongan buah mangga.
Blaze adalah tipe orang yang akan sakit perut jika sarapan pagi, maka dari itu Gempa selalu mengupas buah untuk sarapan Blaze.
Setidaknya perut anak itu sudah terisi sebelum berangkat sekolah, Gempa juga memberi Blaze bekal untuk dimakan saat istirahat, walau lebih sering dihabiskan oleh Ice.
Selesai acara sarapan tadi, semua bersiap diruang tengah. Halilintar dan Gempa ke kantor, Taufan ke restoran, Blaze, Ice dan Thorn ke sekolah, sedangkan untuk Solar tetap berada dirumah menunggu waktu belajarnya.
To Be Continued
Yuhuu chap 1 nih, gimana menurut kalian?
Kalo seru kita lanjut buat chap 2 yaa.
yang direvisi↓
kakak → halilintar
aa → taufan
mas → gempavomen nya jangan lupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSHINE
FanfictionCerita tentang keseharian si bungsu Solar bersama keenam pawangnya yang posesif tingkat kuadrat. Rank #1 brocon #4 boboiboyelemental #4 fusion #1 boel WARNING ⚠️ -BROTHERSHIP AREA -BUKAN BL ATAUPUN SEJENISNYA -TYPO BERTEBARAN -HARS WORD -DON'T BE S...