Chapter 13

1.1K 131 25
                                    

eeaa chap baru

WARN!!
Adegan kekerasan
⚠️

Bukan BL

sorry for typo

Happy Reading

°

°

°

"Kerja bagus." Wanita dengan rambut merah menyala itu menyodorkan amplop cokelat pada dua pemuda didepannya.

"Thanks." Gentar, pemuda itu mengambil amplop yang disodorkan padanya.

"Kerjasama kita udah beres ya, kita mau pergi."

"Pergi saja, aku muak mendengar suaramu." Ujar wanita itu.

Gentar menukik alisnya, "Dih? Kumaha mun aing nyerenteng?"

Gentar sudah siap dengan kepalan tangannya, namun dihentikan oleh Sopan.

"Stop it, katanya mau beli pukis." Ucapnya.

Gentar berdecih menatap wanita didepannya, "Fucking bitch, bahkan penghasilan gue lebih gede daripada bayaran Lo."

Setelah mengatakan itu, Gentar menarik lembut tangan Sopan dan membawanya keluar dari ruangan itu meninggalkan sang wanita yang menyumpah serapahi dirinya.

———————————

Mata yang terpejam itu terbuka perlahan, menampilkan manik emerald yang tajam dan menusuk.

Tak perlu waktu lama untuk dirinya menyadari sesuatu yang terjadi padanya, dia berdecih merasakan tangan dan kakinya diikat pada kursi.

Thorn, lelaki yang selalu menunjukkan tingkah lucu itu kini bagai orang lain.

Mata yang selalu terang dengan binar ceria itu kini tergantikan dengan tatapan tajam yang mampu menusuk siapa saja yang melihatnya.

========

Jalanan yang ramai tak membuat Halilintar menurunkan kecepatan motornya, diikuti oleh Taufan yang juga menyetir motornya dengan kecepatan tinggi.

"IAN OY!" Halilintar menoleh kesamping kanan, menaikkan sebelah alisnya dibalik helm full face yang dia gunakan.

"MOBILNYA UDAH GAK KELIATAN, LO UDAH TAU KEBERADAAN MEREKA?" Teriak Taufan, Halilintar yang mendengar itu menghentikan laju motornya.

"Kok berhenti? Udah nemu lokasinya?"

"Gandeng pisan." Halilintar mengeluarkan ponselnya, ia mengutak-atik benda persegi itu mencari tahu sesuatu, sementara Taufan hanya diam menyaksikan.

[Gandeng pisan→berisik banget]

"Titik terakhir Gebi disini." Halilintar memberikan ponselnya pada Taufan.

Pemuda biru itu melihat dengan seksama layar ponsel yang menampilkan sebuah map atau peta, juga panah kecil dan lingkaran merah disekitarnya.

"Kok bisa dapet?" Pertanyaan Taufan dibalas seringai oleh Halilintar.

"Lupa? Kita masang GPS di sepatu masing-masing." benar, setiap sepatu milik mereka terdapat gps kecil dibagian bawahnya.

"Iya gitu? Kapan?"

SUNSHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang