Chapter 2

3.9K 300 13
                                    

Bukan BL

°

°

°

   Cuaca hari ini cukup panas, beberapa siswa yang sedang melakukan pelajaran olahraga di lapangan memilih berteduh dibawah pohon ataupun bolos ke kantin.

   Termasuk Ice, lelaki itu sedang berteduh dibawah pohon kersen dari teriknya matahari, tangannya memegang kipas angin otomatis yang selalu ia bawa kemana-mana.

   “Hah~ males banget,” Monolognya.

   “Pengen pulang,” Ice diam sebentar sebelum bangkit dari duduknya, bel istirahat sudah berbunyi dan ia akan pergi ke kelasnya menunggu sang kembaran.

   Kelas Ice kosong, tentu saja karena sebagian besar dari mereka berada dikantin. Ice merasa senang tentunya, ia duduk dikursi miliknya yang berada di baris kedua dekat jendela.

Tempat favoritnya.

   Tak lama orang yang ditunggu datang membawa kotak bekal dan botol Tupperware ditangannya, siapa lagi jika bukan Blaze.

   Blaze menyimpan kotak bekalnya diatas meja, ia membalik kursi depan agar bisa duduk berhadapan dengan Ice.

   Ice mengambil kotak bekal itu, membukanya kemudian memakannya. Isinya adalah nasi dengan nugget dan brokoli serta buah melon yang dipotong segitiga kecil.

   Sedangkan Blaze sudah sibuk dengan dunianya, bermain game. membuka sedikit mulutnya untuk menerima suapan dari Ice.

   “Coba sesekali lo abisin bekal dari Mas Allen, gak kasian sama dia?” Tanya Ice, ia kembali memakan bekal itu setelah menyuapi Blaze.

   “Bukan gak kasian, lebih berabe lagi kalo perut gue sakit, ujung-ujungnya Mas Allen juga bakal khawatir-”

   “-Yang penting gue makan walau sedikit,” Ujar Blaze.

   “Serah,” Ice merotasikan matanya malas, tetapi tangannya tetap menyuapi Blaze dengan telaten.

_____


Di mansion Anderson,

   Guru pertama yang mengajar Solar sudah pulang, kini dirinya sedang duduk di sofa ruang tengah. Menatap cemas pada pintu yang terbuka setengah, berharap guru keduanya tidak akan datang.

   Namun sepertinya saat ini keberuntungan tidak berpihak padanya, guru itu datang dengan senyum yang membuat Solar sedikit was-was.

   “Halo Solar, senang ketemu lagi,” Javas- guru kedua Solar itu tersenyum, mendudukkan tubuhnya dibawah sofa.

   “Ayo duduk disini, kita mulai belajarnya ya,” Javas menepuk tempat disebelahnya, matanya menatap Solar yang masih duduk diatas sofa.

   Mau tak mau Solar bangkit dari duduknya, ia memilih tempat yang sedikit jauh dari Javas. Solar ingin belajarnya segera selesai, lebih cepat lebih baik sebelum guru itu berbuat yang tidak-tidak padanya.

SUNSHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang