Tau namanya, bukan berarti tau segalanya tentang dia, bukan?
******
Karena keributan yang Razi dan Felly lakukan di kantin, membuat ketujuh siswa itu terpaksa di bariskan di dalam ruang BK untuk di intograsi lebih dalam mengenai apa yang menyebabkan mereka membuat keributan di sekolah.
Pak Deru, selaku guru BK SMA Seuli tak hentinya mengusap kasar wajahnya karena sampai detik ini ia belum bisa menemukan titik terangnya mengenai siapa yang sebenarnya bersalah di sini. Sedari tadi, Felly dan Razi tak hentinya menyalahkan satu sama lain, dan tentu saja perdebatan kedua murid itu membuat kepala Pak Deru terasa sangat pusing. Pak Deru tidak tahu hal apa yang menyebabkan dua murid ini selalu bertengkar setiap saat.
Jika Pak Deru sedang memijat kepalanya karena pusing mendengarkan perdebatan antara Felly dan Razi, lain halnya dengan Adel dan Jessyln yang diam-diam memainkan ponsel yang mereka letakkan di bawah kolong meja. Kedua gadis itu kompak membuka salah satu aplikasi perbelanjaan online dan berdiskusi di dalam grup chatting yang berisi Felly, Jessyln, dan Adel.
Sementara itu, Vano, Sandi, dan Devan terlihat sedang mabar game online di bawah kolong meja. Daripada menatap wajah Pak Deru yang terlihat sangat menyeramkan dengan kumis yang melengkung dan brewoknya yang lebat itu, membuat Vano merinding sendiri, karena itulah mereka lebih memiliki untuk memainkan game online ketimbang melihat wajah seram dari Pak Deru.
Adi sendiri terlihat tengah tersenyum malu-malu saat menatap layar ponselnya, ia diam-diam tengah chattingan bersama pacarnya.
Beberapa murid itu bisa dikatakan sebagai manusia paling santuy. Bagaimana mungkin mereka bisa bersikap santai seperti ini padahal jelas-jelas mereka bisa saja di skors karena menyebabkan keributan di lingkungan sekolah.
"Lo yang duluan cari masalah sama gue!" gumam Felly dengan percikan api dikedua bola matanya
"Enak aja, lo tuh yang duluan narik rambut gue!" tukas Razi yang terlihat tak kalah kesalnya dari Felly.
"Gue juga ngga akan narik rambut lo, kalau lo ngga siram gue pakai air!"
"Tetap aja lo yang salah, dasar nenek lampir!"
"Ck, setampan apa lo sampai bisa bilang gue nenek lampir. Gantengan juga Chen Zheyuan daripada lo!"
"Kalian berdua ini bisa diam atau tidak, sih?" kesal Pak Deru dan berhasil membuat Felly dan Razi terdiam.
Tatapan tajam itu beralih, menatap enam siswa yang sedari tadi menundukkan kepala. Walaupun Pak Deru tidak melihat secara langsung. Namun, ia tahu jika keenam siswa tersebut sedang bermain ponsel.
"Kalian berlima, Bapak beri hukuman untuk menyapu halaman belakang sampai tidak ada lagi daun yang berserakan!"
"Dan kalian bertiga, cepat kembali ke kelas!" titah Pak Deru.
"Loh, kok cuma kita berempat yang kena hukum, Pak? Mereka duluan yang membuat keributan di sini," protes Razi. Ia tidak terima dengan keputusan Pak Deru yang lagi-lagi meloloskan ketiga gadis itu dari hukuman.
"Lo apa-apaan, sih! Kalian duluan yang cari masalah sama kita!" ketus Adel sembari menatap tajam wajah Razi.
"Jangan membantah!" teriak Pak Deru sembari memukul meja di hadapannya dengan kuat menggunakan penggaris kayu panjang yang selalu ia bawa ke mana-mana, bahkan pada saat tidur pun, Pak Deru akan meletakkan penggaris kayu itu di sampingnnya.
Tentu saja karena suara bentakan dari Pak Deru, membuat kelima cowok itu hanya bisa tertunduk lesu. Sementara Felly, nampak tersenyum miring saat matanya tidak sengaja menatap Razi yang juga sedang menatapnya. Felly tahu di sini bukan mereka yang salah, kelima cowok itulah yang duluan mengganggu ketenangannya, wajar saja jika Pak Deru hanya memberi mereka hukuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
FELLYSIA
Teen FictionKatanya, orang tua bertanggung jawab atas kesehatan mental anaknya. Namun, tidakkah mereka sadar jika orang tua-lah yang membunuh mental anaknya secara perlahan? Ini tentang kehidupan Felly, gadis cantik yang terkenal dengan perangainya yang sangat...