Petikan senar gitar dari jari panjang nan lentik seorang lelaki didalam ruang keluarga membuat sang kakak berdecak kesal. Sudah dua jam adiknya menyanyi tak jelas dan juga memetik senar gitar secara asal-asalan. Entah sedang suntuk atau bagaimana yang jelas wajah Elang berbeda dari biasanya.
"Putus cinta?" Tanya Dipta sembari membuka minuman kalengnya.
"Gak, lagi males aja sama Bunda." Sahut Elang cukup santai, Dipta menaikan sebelah alisnya sedikit heran. Tumben sekali ada acara drama anak kesayangan dengan ibunda ratu. Elang memang anak kesayangan bukan tanpa sebab juga orang tuanya memperlakukan Elang lebih spesial.
Bocah berusia delapan belas Tahun itu sejak kecil memiliki fisik lebih lemah dari kakaknya. Hujan-hujanan sedikit sakit, salah makan sedikit sakit, bahkan kelelahan juga sakit. Itu semua katanya karma karena dulu Sruni pernah berbicara tentang kondisi fisik seorang anak yang memang gampang sakit seperti Elang. Entah memang karma atau bagaimana Dipta sendiri kurang paham yang jelas Dipta sangat menjaga Elang sampai saat ini. Dia rela menaiki motor saat musim hujan demi Elang bisa naik mobil ke sekolah agar tak terkena air hujan.
"Kak, kemarin kok aku lihat Kak Fara pergi sama temen cowoknya? Kakak tahu gak?"
"Tahu," sahut Dipta pelan. Walaupun sebenarnya dia tak tahu lantaran kesal dengan Fara, dia bahkan menghabiskan waktu berdua bersama Lilith semalam.
"Dip, nginep, kan?" Tanya Sruni yang baru datang dari belanja sayuran.
"Enggak, mau bantu temen pindah kos." Dipta terlihat sangat santai walaupun didalam hatinya merasa khawatir dengan keadaan Lilith yang katanya anak pemilik kos mesum.
Niatnya memang Dipta akan menginap dua malam untuk menemani ibunya. Tapi karena ada keadaan mendesak jadi ya seperti sekarang, dia tak jadi menginap. Dipta sebenarnya ingin langsung pulang dan ikut ke kos Lilith setelah mendapat kabar dari Erwin. Tapi nasi sudah jadi bubur dan dia sudah duduk manis di kediaman orang tuanya saat mendapatkan chat dari Erwin.
"Temen siapa? Bukannya temen deket kamu udah punya rumah sendiri? Gak mungkin juga temen jauh karena Papa tahu kamu orangnya males berurusan kalau gak deket banget." Sahut ayah Dipta yang mulai penasaran. Bahkan Sruni yang hendak masuk dapur saja kembali dan duduk disebelah anak bungsunya.
"Ada lah, emang semua temenku kalian harus tahu?" Kilah Dipta mulai berdiri untuk kembali ke rumahnya sendiri.
"Cewek ya pasti." Tebak Elang dengan alis naik sebelah, bibirnya menyunggingkan senyum tipis menggoda kakaknya. Ekspresi terkejut Dipta menjadi jawaban bahwa apa yang dikatakan Elang benar adanya.
"Selesaikan hubunganmu dulu dengan Fara baru memulai yang baru. Takutnya orang baru bakalan kena cap buruk padahal dia gak salah."
"Iya, Yah." Gumam Dipta pelan.
"Berarti beneran cewek, Kak?" Tanya Sruni antusias.
"Hem, yaudah aku balik ke rumah dulu. Kalau ada resep baru yang haru aku coba telepon aja jangan dikirim. Kasihan Elang, musim ujan sekarang." Elang tersenyum lebar mendapat perhatian dari kakaknya.
~~~
16.30 ... Lilith sudah mulai merapikan meja kerjanya sebelum pulang. Walaupun masih setengah jam lagi tapi Lilith sudah bersiap karena pekerjaannya selesai semua sebelum jam 4 tadi. Dan kini saatnya santai menunggu jam pulang.
"Nginep dimana lo?" Tanya Lena dengan tatapan mata masih fokus pada layar komputernya.
"Rumah Mas Erwin sementara, lusa gue pulang mau bilang sama Bapak Ibu kalau pindah." Jawab Lilith sangat santai. Mulutnya terus mengunyah keripik kentang dan tangannya sibuk membalas pesan temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Khayalan Lilith?
RomanceBerkisah tentang gadis ceria, sangat ramah, supel namun sedikit nyablak. Dimana gadis yang berusia dua puluh empat Tahun dan dikejar kata 'kapan nikah' dari sanak saudara, tetangga dan juga rekan kerja. Sampai, gadis tersebut bermimpi bertemu lelaki...