"Beritahu kakek bahwa aku datang kemari." Ujarnya kepada penjaga pintu ruangan Teyius. Kini Li Hyan sedang bersama Hanwon yang berdiri di belakangnya satu langkah.
Pintu itu pun terbuka dan Hanwon tetap menunggu di luar sementara Li Hyan melangkahkan kakinya melewati pintu ruangan itu yang kemudian kembali tertutup.
"Li Hyan, sudah lama sekali rasanya sejak kakek bertemu dengan mu. Kau semakin gagah saja. Kemarilah, duduk di sini. Kebetulan kakek sedang bersantai." Ucap Teyius yang duduk di kursi panjang dan empuk. Disertai jendela besar yang tinggi dari sisi sampingnya menyuguhkan pemandangan halaman istana Zalieros yang indah dalam suasana pagi yang sejuk.
Li Hyan hanya tersenyum.
"Apa kakek berbohong padaku?" balasnya di saat ia sendiri sibuk memikirkan rasa sakit pada telapak kakinya. Li Hyan kemudian duduk di kursi yang berhadapan dengan Teyius.
Teyius mengerutkan keningnya yang semakin berkerut.
"Maksudmu?"
"Orang-orang istana membicarakanku bahwa aku semakin menggemaskan dari hari ke hari. Sebaliknya, kakek mengatakan bahwa aku semakin gagah saja."
"Yang benar saja, kau menggemaskan dari mananya? Bahkan suaramu saja semakin memberat."
"Yah begitulah yang mereka bilang." Jawab singkat Li Hyan.
"Kakek, aku memiliki permintaan untuk kakek."
"Hm, begitu? Kau minta itu nanti saja, kau tidak ingin menikmati pemandangan ini sejenak?"
Teyius sembari menggerakan telapak tangannya ke arah jendela besar yang berada di samping berniat menunjukkan Li Hyan pemandangan itu.
Li Hyan menoleh sejenak ke arah pemandangan tersebut. Memang indah, namun ia tak berniat berlama-lama di sana. Ia kembali menghadapkan wajahnya ke pada Teyius, perasaan gelisah yang ia rasakan terus mengganggunya. Ia tersenyum dan berujar, "ada Hanwon menungguku dari luar, aku harus cepat-cepat kembali. Apa kakek tidak kasihan dengannya?"
Teyius tersenyum dengan omong kosong cucunya. Ia tahu betul bagaimana watak Hanwon, anak itu tidak akan pernah mau merepotkan Li Hyan.
"Oh, dia sudah kembali?"
"Iya, dia sedang menunggu dari luar pintu bersama penjaga lainnya."
"Sudah sepatutnya dia menunggu, bagaimana kabarnya? Sampai kapan ia di sini? Apa kau akan mengusirnya lagi?"
Li Hyan terkekeh dengan pertanyaan retoris dari kakeknya, memang benar ia tidak akan membiarkan Hanwon terus bersamanya. Dia pasti akan menggangu rencananya lagi.
Lagipula dirinya jarang sekali keluar dari kediamannya, jadi untuk apa Hanwon terus bersamanya?
"Aku juga tidak tahu. Tapi apakah kakek tidak kasihan dengannya? Hanwon pasti lelah berdiri terus, tidak ada kursi di luar." Li Hyan terus-terusan menjadikan pengawalnya sebagai alasan. Walaupun di luar sana, Hanwon santai-santai saja.
"Dia bisa menahannya." Jawab Teyius.
"Kakek jahat."
"Seharusnya tidak." balas Teyius.
"Nanti akan ku adukan ke Hanwon tentang ini, bahwa kakek sangat tega."
Teyius terkekeh.
"Kau ini kekanakan sekali," ujarnya sebelum meminum secangkir teh yang memang sudah ada di atas meja di antara mereka berdua.
Li Hyan menatap secangkir teh di depannya sejenak. Ia ikut mengambil secangkir teh itu lalu meminumnya habis dan kemudian mengembalikan cangkir itu di atas meja dalam keadaan kosong. Selanjutnya, Li Hyan menatap dengan tajam ke arah Teyius. Tatapan yang menunjukkan bahwa ia sedang serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Dandelion
JugendliteraturVisualisasi: - Li hyan: Bright - Hanwon: Win - Jinseki: Kim Seokjin - Zanse: Xiao Zhan - Juka: Wang Junkai - Yuno: Lee Ro Woon Disclaimer - Ini non-bl, ya. ☺️ - Kerajaan fiksi Cuman, dibaca aja dulu.. siapa tau nyantol ;) Jangan lupa untuk vomment...