Bersama di dapur, Li Hyan menoleh ke arah Hanwon yang berada di sebelahnya dan kembali memandang cuciannya. Perlahan, Li Hyan pun melangkah mundur dan beranjak pergi. "Kau saja deh, aku malas. Terimakasih~" Ucapnya sebelum pergi ke kamar.
Hanwon yang melihatnya menyetujui dalam diam dan melanjutkan cuciannya, sudah ia duga.
Di dalam kamar, usai mengunci pintu kamarnya Li Hyan terdiam sejenak dengan tatapan sendu sembari menunduk. Kepalan kedua tangannya menguat dan pandangannya kembali terangkat perlahan, "dia ada di sini," gumamnya.
"Mengunci kamar pun percuma."
"Pengawal pribadi Raja dan Putra Mahkota memiliki berbagai kunci cadangan untuk kamar dan ruangan -ruangan tertentu." Lanjutnya.
"Aahkh!" Li Hyan mengerang frustasi sembari mengacak surainya dan berbalik arah.
Kembali terdiam, dan mencari cara.
Li Hyan pun melangkah maju di tengah-tengah ruagan kamarnya. Netranya menatap kasur di hadapannya, kemudian menelusuri seluruh isi kamarnya mencari-cari benda yang sekiranya bermanfaat. Tidak ada. Tidak ada yang bermanfaat sama sekali. Air mukanya kembali muram.
"Aiishh, bagaimana supaya aku bisa mati?!"
Berbalik badan lalu Li Hyan melangkahkan kakinya kembali dengan tergesa-gesa. Bersamaan dengan raut wajahnya yang gelap kembali menuju pintu kamar.
Li Hyan memutar kunci tersebut dengan cepat lalu membuka pintu, tuk.
Tangan Hanwon hinggap tepat di hidungnya dan langsung menarik kembali tangannya, "Yang Mulia?!"
Li Hyan mematung atas apa yang baru saja ia alami dan hanya bisa memperhatikan Hanwon.
"Ya ampun- maafkan hamba. Hamba benar-benar tidak sengaja melakukannya. Yang Mulia!" Hanwon berhenti bergerak dalam keadaan membungkuk setelah sebelumnya menunduk berkali-kali. Telinganya memerah, entah karena malu atau takut.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
Hanwon menjawab, "hamba hanya ingin mengetuk pintu untuk memastikan Yang Mulia sudah tertidur atau belum."
"Begitu ya? Aku baru saja mau tidur."
"Apakah ada yang ingin Yang Mulia lakukan sebelum tidur? Sepertinya Yang Mulia baru saja ingin keluar."
"Aku hanya ingin memastikan apakah kau sudah tertidur atau belum."
Hanwon gugup. "Ah.. baik, ka-kalau begitu.. hamba akan tidur sekarang. Yang Mulia juga harus tidur sekarang."
Hanwon kembali menegakkan punggungnya dan memandang kebawah.
"Tidurlah, masih ada yang ingin aku lakukan sebelum itu."
"Hamba bisa membantu, Yang Mulia."
"Tidak perlu, sebaiknya kau tidurlah."
Hanwon menatap Li Hyan sesaat lalu kembali menunduk, "Baik, Yang Mulia. Selamat malam." Ia pun beranjak dari sana setelah mendapat balasan dari Li Hyan.
Sembari Hanwon berjalan menuju kamarnya, Li Hyan pun berjalan menuju dapur dan mengarah pada pojokan di sana. Seakan tengah mencari cinderamata, Li Hyan menjatuhkan lututnya ke permukaan lantai lalu tangannya meraih permukaan lantai tersebut. Permukaan lantai itu pun terbelah, terdapat ruang kecil di sana yang menyuguhkan tabung mungil berisi cairan.
"Kini dua puluh satu.. benar-benar dua puluh satu... Baginda Raja benar-benar semakin berumur, aku tidak boleh terlambat."
Tangan Li Hyan meraih benda tersebut dan mengambilnya lalu menutup kembali ruang itu. Tabung itu, ia simpan untuk dibawa pergi ke kamar sesudah mengambil salah satu barang dapur di dalam laci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Dandelion
Teen FictionVisualisasi: - Li hyan: Bright - Hanwon: Win - Jinseki: Kim Seokjin - Zanse: Xiao Zhan - Juka: Wang Junkai - Yuno: Lee Ro Woon Disclaimer - Ini non-bl, ya. ☺️ - Kerajaan fiksi Cuman, dibaca aja dulu.. siapa tau nyantol ;) Jangan lupa untuk vomment...