Waktu senantiasa berputar mengubah hari menjadi minggu, minggu menjadi bulan, bulan menjadi tahun. Tahun - tahun pun berlalu. Rayna Kamaliya kini sudah memasuki babak baru dalam hidupnya. Dirinya mulai masuk sekolah ketingkatan SMA.
Dirinya sekolah di kota, tiap hari pulang pergi menggunakan angkutan umum. SMA negeri di daerahnya ada di kota, Rayna mendaftar ke sana dan bisa masuk menjadi murid baru tahun ini.
Hatinya pun kian mendewasa, desiran rindu pun terasa menyesakkan dada. Kang Abbas selama pesantren dari dulu tak pernah pulang ke desa. Abahnya selalu berkata, biar anaknya terbiasa. Sering pulang akan mengakibatkan dirinya tidak betah menimba ilmu jauh dari kedua orangtuanya.
Pagi ini lapangan SMA negeri 1 di daerahnya dipenuhi murid baru. Riuh mereka terjeda saat ada mobil mewah masuk ke halaman parkir. Dari dalam mobil turun seorang lelaki yang membuat hampir perempuan di sekolahnya menutup mulutnya.
"Itu Adrian Wijaksono? Dia pun sekolah di sini?" tanya Dwi teman sekampungnya yang selalu sekolah bersama sedari SD.
"Kamu mengenalnya?" Rayna heran.
"Iya, dulu teman ekskulku selalu bercerita tentang dia."
Rayna mengangguk tak tertarik.
"Na, aseli loh dia populer dikalangan anak gaul kota ini." Dwi menambahkan.
Rayna hanya tersenyum kecut, dia mau dibilang introvert kurang tepat juga tapi memang dirinya tidak terlalu peduli terhadap hal - hal yang kurang menarik dalam penilainnya.
Selama di sekolah menengah pertama dia ikut ekskul IRMAS. Hatinya memang tergerak ke sana. Tidak suka haha hihi bergosip tentang cowok ini dan itu.
Dwi terkekeh, "Ya, mana ada pujaannya Kang Abbas bisa melirik yang lain ya. Dia sendiri sudah di luar standart," goda Dwi.
"Mulai deh," timpal Rayna sedikit kikuk.
"Tahu Na, aku tahu."
Rayna hanya menundukkan wajah, memang dirinya kentara sekali menyukai lelaki itu? Kehidupan masa kecil yang menggelayuti hatinya sampai saat ini.
Adrian Wijaksono disambut tatapan berbinar para perempuan dan iri kaum lelaki. Rayna memisahkan diri melafalkan rindu pada seorang yang mengingatnya ataupun tidak di sana.
***
Satu tahun terasa sebentar untuk saat ini. Apalagi ini satu semester Rayna sekolah di sini. Lingkup sekolahnya menjadikan Adrian Wijaksono jadi murid populer. Para perempuan penasaran saat lelaki itu suka gampang memacari dan memutuskan deretan kaum hawa di sekolahnya.
Dwi terus berceloteh mengenai Adrian, dirinya salah satu deretan penggemar yang mengikutinya di media sosial.
"Coba bayangkan Na, walaupun dipacarin hanya sebentar tapi dia total sebagai pacar kan gimana gitu. Dengar - dengar sih kemarin, pacarnya yang baru diajak jalan - jalan pake mobil mewah dia."
Rayna mendesah jengah.
"Emang sepenting itu mobil Dwi?" Rayna mengeluarkan tanya.
"Ya tidak juga, kan selain mobilnya, orangnya juga oke Na."
"Kalau kamu dipacarin dia mau gitu?"
"Jelas mau lah," Dwi cepat menjawab.
Rayna menggeleng sambil memasukan satu suapan batagor kuah ke mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Takdir
ДуховныеRayna Kamaliya seorang gadis desa yang lugu. Menaruh hati ke teman masa kecilnya Abbas Khalid Razi seorang lelaki sholeh bernasab baik dari orangtuanya. Lelaki terjaga itu apa pantas menjadi harapannya? Di sisi lain ada seorang lelaki pemaksa teman...