Mark mengendarai mobilnya diatas rata-rata menuju apartemen yang ia tempati bersama sang rekan, Mark sudah tak kuat menahan rasa sakit di tubuhnya.
Terus meremat setir mobil mengurangi gejolak pada tubuhnya, sungguh Mark rasanya akan mati dalam kesakitan sekarang. Untung saja jalanan sedang lenggang karena ini sudah tepat tengah malam, jika tidak mungkin Mark akan menabrak seseorang yang tak bersalah.
"Sialan kamu, Donghyuck!" Umpatan kesal Mark layangkan pada musuh yang baru saja ia temui di hotel tempat perjanjian penyerahan diri Donghyuck yang berujung hanya perangkap, Mark bersumpah akan membunuh mafia itu lain kali.
Sebenarnya Jaemin sudah memaksa akan ikut, tapi Mark menolak keras tawaran sang rekan. Mark percaya bisa mengatasi ini semua sendiri, ia juga adalah pemimpin di misi ini jadi Mark merasa bertanggung jawab dalam menyelesaikannya.
"AKHH!" Mark berteriak frustasi, sungguh reaksi obat yang Donghyuck campurkan ke minumannya sangat hebat, mampu menyiksa seorang tentara berpangkat jendral seperti dirinya.
Mark sangat menyesal menyetujui pesan damai dari Donghyuck, hingga datang sendiri ke perangkap musuh hanya dengan embel-embel menyerahnya mafia itu. Mark tidak menyangka jika Donghyuck menyukainya, dan merencanakan ini semua untuk menidurinya.
Setelah sampai Mark bergegas masuk ke dalam apartemen, ia menatap kesana kemari mencari keberadaan Jaemin yang mungkin saja sudah terlelap dalam mimpinya. Mark berlari ke arah kamar Jaemin dan tanpa permisi masuk ke dalamnya.
Jaemin yang ditebak Mark sudah tidur ternyata tengah sibuk berkutat dengan kertas-kertas yang sekarang terlihat tak berguna dimata sayu Mark, ia duduk di meja kerja membelakangi pintu masuk. Lelaki yang lebih muda 3 tahun darinya itu tampak terkejut akibat pintu yang didorong Mark begitu keras, Jaemin berbalik menatapnya sambil melepas kacamata yang menambah kesah tampan di wajahnya.
"Pak Mark" suara Jaemin begitu parau, ia terlalu lama diam tanpa mengeluarkan suara apapun sejak Mark pergi tadi sore. Berdehem sebentar memperbaiki suaranya, tanpa Jaemin tau Mark yang menatapnya penuh minat.
"Udah selesai misinya pak? Apa Donghyuck mau menyerah?" Pertanyaan Jaemin tak digubris Mark, mata bulat itu terus menelisik penampilan Jaemin. Memakai celana training hitam panjang dengan kaos putih lengan pendek, sederhana tapi mampu membuat Mark terpesona. Rona merah mampir dipipi Mark, membayangkan dada bidang Jaemin yang sering ia lihat sewaktu latihan fisik bersama. Begitu gagah apalagi saat peluh membanjiri tubuhnya.
Mark berjalan menghampiri Jaemin membuat lelaki itu membolakan matanya dengan tubuh menegang. Bukan, bukan karena wajah memerah Mark atau pun tatapan sayunya. Melainkan Ketika pemimpinnya itu melepas satu persatu pakaiannya, hanya meninggalkan kaos tanpa lengan juga celana pendek diatas lutut di tubuhnya.
"Pak Mark...." Lirih Jaemin. Meneguk salivanya, membasahi tenggorokannya yang mendadak terasa kering.
Rasanya jantung Jaemin akan meloncat dari tempatnya saat Mark duduk dipangkuannya, menatap sensual pada bibirnya yang beberapa kali Jaemin jilat untuk membasahi. Tangan Jaemin reflek memegang pinggang Mark, mengkhawatirkan sang atasan takut-takut akan terjatuh.
Jari jemari Mark membelai bibir Jaemin, mengagumi benda kenyal yang berwarna pink alami itu. Hembusan nafas Mark menerpa bibir Jaemin, membuat sang empu memejamkan mata sejenak.
Jaemin bingung, apa yang terjadi pada atasannya ini? Kenapa Mark bersikap seperti ini? Kenapa Mark begitu aneh setelah pulang dari pertemuannya dengan Donghyuck? Apakah terjadi sesuatu padanya? Atau Mark sedang mabuk?. Ingin sekali Jaemin mempertanyakan itu semua pada Mark, namun urung saat merasakan pergerakan diatas kejantanannya.
"Pak Mark" panggil Jaemin sekali lagi, ia mulai tak nyaman dengan semua ini. Jaemin itu lelaki normal, ia menyukai wanita dengan buah dada besarnya. Bukan lelaki tulen seperti Mark, bahkan tangannya pun cukup kasar karena latihan yang cukup keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐚𝐩𝐚𝐥 𝐌𝐚𝐡𝐚𝐥 𝐍𝐂𝐓
Fanfictiononeshoot, twoshoot atau lebih Lapak BxB, kebanyakan konten🔞 Berisi shipper terbalik