Hari ini pelajaran Olahraga, aku sedikit tak suka jika harus disuruh pemanasan untuk keliling lapangan, karena aku mudah sekali capek, tapi apa boleh buat demi nilai aku harus melakukannya. Sangat berbeda dengan Rama yang begitu antusias dengan Olahraga.
"Semangat dong!" Ini suara Rama, baru saja aku menyebutnya dalam hati, eh wujud aslinya sudah datang.
"Udah lo sana duluan. Lo sengajakan bikin Risa cemburu. Nanti yang ada gue lagi diajak berantem sama dia," ungkapku kesal. Rama paling bisa membuat orang kesal kepadaku.
"Kenapa sih, suka-suka gue dong."
"Lo kalau nggak suka dengan Risa, lo bilang baik-baik. Jangan jadiin gue sasaran kebencian genk Risa," ucapku terengah-engah karena sudah letih berlari tiga putaran.
"Ngaco lo," ucapnya berlari ngebut meninggalkanku, aku kaget melihat tingkahnya.
Jujur saja semakin hari aku memang semakin dekat dengan Rama dan semakin hari juga perasaan yang kurasa semakin tumbuh. Tapi, aku menutupnya rapat-rapat aku tak mau hubungan kami menjauh hanya gara-gara aku menyukainya. Cukup Risa yang tidak disukai Rama.
"Nya, lo dari tadi ditatap Risa noh," kata Bella malas.
"Iya, Bell. Gue kesal juga tu sama si Rama, kayaknya dia sengaja pengalihan isu." Aku mencebik tak suka.
"Lo nggak suka kan sama Rama?" tanya Bella tiba-tiba.
"Kok lo ngomong gitu?" Aku penasaran apakah tampak nyata kalau aku suka dengan Rama.
"Nggak sih, gue asal ngomong aja, Rama baik kok orangnya, terus juga Ganteng banget lagi, siapa yang nggak suka sama dia." Bella tersenyum lebar.
"Tutup mulut lo, lalat satu kompi bisa masuk!" Aku langsung mendaratkan pantat ke pinggiran lapangan.
Aku memerhatikan Rama yang sedang bermain bola, dia memang sangat menarik jika sudah mode sporty seperti ini. Wajar saja Risa tergila-gila. Aku saja sudah ter-Rama-Rama.
"Kenapa lo?" tanya Bian penasaran.
"Cuma kepikiran kok bisa orang-orang hobi sepak bola?" ucapan spontan itu mucul begitu saja untuk menutupi perasaanku.
"Yakin pertanyaan lo cuma itu? Nggak nanyain Rama?"
"Kenapa jadi Rama? Nggak ada hubungannya sama Rama." Aku mendelik tak suka.
"Buset dah, santuy aja jangan sewot, Neng Anya anak semata wayang kesayangan Tante Rani."
****
"Gue nggak nyangka kalau lo tu pinter Matematika, Rama." Aku benar-benar terkagum-kagum ketika Rama mengerjakan soal yang diberikan buk Sri.
"Kagum kan lo, akan kejeniusan gue." Rama mengedipkan sebelah matanya ke arahku mendadak jantungku mau lepas.
"Iya, lo jago banget, kalah tuh si Bella," ucapku jujur. Rama terdiam sejenak, entah kesalahan apa yang membuatnya mendadak terdiam.
"Kenapa lo?" tanyaku ragu.
"Nggak," jawabnya melanjutkan menulis.
Kami memang semakin akrab bahkan tak jarang aku dan Rama pergi ke kantin barangan. Aku sangat menikmati kedekatan kami. Aku bahkan selalu bermimpi bagaimana jika kami berpacaran. Pasti sangat indah. Risa yang biasanya mengganggu Rama, sekarang sudah jarang sekali, bahkan Risa sekarang sangat jelas menunjukkan ketidak sukaannya kepadaku.
Rama duduk di sebelahku ketika Bella dipanggil oleh Pak Ardi untuk masuk ke dalam tim Olimpiade Fisika. Keberadaan Rama di sebelahku saat ini lumayan menarik perhatian orang, sesekali Meli salah satu anggota genk Risa yang berada di sebelahku melirik tak suka. Aku menoleh menatap Rama yang sedang asik memerhatikan bu Sri menjelaskan Matematika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Injury Time
De TodoMenyadari jika kita tak bisa saling memiliki adalah hal yang sangat sulit untuk aku terima. Tetapi, senyummu akan selalu menjadi candu penyemangat hidupku. -Anya Salsabila, Bali 2022- Bagi Anya, jatuh cinta adalah hal yang sangat menyenangkan jika t...