Apa kabar....Annyeong...Aloha..
ketemu lagi...😁
Semoga chapter ini bisa membayar kerinduan kalian akan JinDit Couple💞
Cerita ini memang fanfic, tapi karena ini menceritakan tentang kehidupan manusia, hal yang biasa kalau ada pembaca yang baper. Berarti cerita ini related sama kehidupan kita. Dan juga, author ingin cerita ini tidak hanya terbatas sebagai bacaan, tapi bisa menjadi sumber inspirasi, siraman hati, dan juga hikmah dalam hidup. 😃
******
Katanya cinta itu takdir karena kita tidak bisa memilih kepada siapa kita jatuh cinta. Tapi meskipun takdir, kita bisa memilih untuk memelihara rasa cinta itu tetap ada atau hilang sama sekali. Semua itu pilihan.
Ketemu dan boom....kembang api meledak di dalam hati dan dunia jadi penuh warna. Begitulah yang kau alami saat kau menyukai seseorang, tidak ada cela apapun tentangnya, tentang orang yang membuatmu suka dan akhirnya jatuh cinta. Apa yang kau sukai darinya? Entahlah..semua terasa indah di matamu.
Sejak pertemuan kedua malam itu, malam malam Dita sudah tidak sama lagi. Setiap matahari terbenam dan malam mulai memeluk hari, bayangan laki laki yang membuat Dita terpana kemudian jatuh cinta memenuhi pikirannya dan terbawa sampai ke mimpi. Tiada hari tanpa bayangan Seokjin, matanya, alisnya, hidungnya, bibirnya, senyumnya, suaranya, hingga postur tubuhnya.
Rasa yang menggelitik hatinya hadir dan semakin kuat mengakar. Rasanya tak nyaman namun memabukkan. Bayangan wajahnya datang mengganggu tak kenal waktu.
Ini terasa salah tapi juga terasa benar. Hatinya sedang tidak baik baik saja. Gila...rasanya menjadi gila. Kegelisahan sering hadir menyelimuti hatinya.
Tak ingin tenggelam dalam kegilaan dan angan yang terlalu tinggi, Dita menyakinkan dirinya sendiri bahwa dia merasa cukup dengan hanya memuja Seokjin dari kejauhan. Cukup dengan menyimpannya dalam hati.
Dita mengalihkan perhatiannya dengan menyibukkan diri membuat pita sulam. Ada tujuan besar lain yang harus dia wujudnya. Perasaan berbunga bunga yang sekarang dia rasakan tidak boleh mengganggu tujuan dia sebenarnya. Karena dia tak yakin bahwa perasaan kasihnya akan sampai kepada orangnya dan berbalas. Daripada memikirkan hal yang tidak bisa dicapai, lebih baik fokus pada tujuan yang sudah ada di depan mata.
Itu yang dia mau, tapi nyatanya dia tetap terperangkap dan terlena dengan perasaannya.
Seperti biasa, sebulan sejak jualan yang terakhir kali, ketika pita sulamnya sudah terkumpul banyak, Dita menjualnya di pasar dengan soodam yang selalu setia menemani.
"Unnie....jangan terlalu cepat jalannya." Soodam mengeluh dengab terseok seok mengikuti langkah Dita
"Hmmm...." jawab Dita singkat dengan memperlambat langkah kakinya.
Lima belas menit berlalu dan mereka sampai di tempat biasa mereka berjualan.
"Akhirnya kita bisa berjualan lagi. Semoga uangnya cepat terkumpul." Soodam berseru sambil menata pita sulam dengan rapi di atas meja.
Soodam yang sibuk dengan dagangan, namun tidak dengan Dita. Sekuat apapun dia menekan perasaannya, harapan itu muncul dengan tidak sopannya. Seperti sekarang ini, Dita berharap Seokjin datang dan memborong pita sulamnya.seperti waktu itu. Matanya menyapu jalanan, memperhatikan orang yang berlalu lalang. Jantungnya terus berdebar.
Wajah Dita menyendu. Bolehkan untuk berharap. Walau harapan harapan itu sering kali dikecewakan kenyataaan.
"Aku harap hari ini bisa bertemu dengannya. Semoga keberuntungan ada di pihakku" kedua tangan Dita salig bertaut erat.
*****
Jika kau menganggap hanya dirimu yang tergoda oleh cinta. Maka dirimu salah besar, karena orang yang kau cinta merasakan hal yang sama, tidak beda jauh, jatuh terjerembab dan terkapar karena cinta.
Ya...dia...Kim Seok Jin...siapa lagi.
Dia sering tersenyum sendiri mengingat Dita. Duduk, berdiri, berjalan, dan tidur dengan selalu memikirkan Dita. Seokjin sangat menikmati perasaan yang sedang menderanya. Mabuk cinta.
Senang ketika mengingat tentang dia, sesak ketika tidak bisa bertemu, rasanya begitu campur aduk.
Namun bukan laki laki namanya jika hanya duduk diam dan berharap sang pujaan mengerti apa yang dia rasakan dan bertemu secara tidak sengaja.
Setiap akhir pekan Seokjin rajin berkunjun ke pasar dengan harapan menemukan sosok Dita yang sedang berjualan pita sulam. Menyusuri tiap sudut pasar. Namun bukannya ketemu orangnya, tapi kekecawaan yang dia temukan. Dita tidak pernah berjualan lagi di pasar.
Ingin dia berkunjung ke rumah Tuan Lee supaya bisa bertemu Dita walau hanya sebentar saat Dita menyajikan sajian makan, namun Seokjin tidak menemukan alasan yang tepat untuk berkunjung ke rumah Tuan Lee.
Rasa cinta ini sungguh menyesakkan.
Ini sudah ke empat kalinya dia ke pasar. Seokjin sudah pasrah apabila tidak ketemu Dita.
"Hyung...mukamu kusut sekali." Jungkook menyenggol pelan lengan Seokjin.
"Hmmm...." Jawab Seokjin tak semangat dengan terus memperhatikan tiap sudut pasar yanh dia lewati.
"Hyung....." Jungkook menarik tangan Seokjin dan membuat mereka berhenti mendadak.
"Kookie-ahhh....lepasss...." Seokjin melotot pada Jungkook karena merasa sakit ketika tangannya ditarik denga kuat.
"Aku mau ke sana." Tunjuk Jungkook pada toko yang menyediakan alat alat ketangkasan. "Ayo masuk..." Jungkook menarik paksa Seokjin masuk.
"Hei...." Seokjin protes dan mencoba menolak tarikan tangan Jungkook, tapi yang terjadi adalah dia teraeret masuk ke dalam toko karena tidak mampu menahan kekuatan tarikan Jungkook. "Menyebalkan..." Seokji mendengus kesal.
Namun walaupun kesal, Seokjin tidak bisa mengabaikan Jungkook, adik yang dia sayangi. Sebagai kakak harus bisa mengayomi adiknya. Ditambah Jungkook sedikit manja dan keras kepala.
Seokjin duduk di salah satu bangku yang tersedia di dalam toko dan hanya memperhatikan Jungkook yang sibuk memilih alat alat ketangkasan yang dijual. Sesekali Seokjin melempar pandang ke arah jalanan, berharap ada sosok seseorang yang dia harapkan lewat.
Sudah lebih tiga jam dan Jungkook masih belum beranjak dari tempatnya. Seokjin berkali kali memijat kepalanya karena kesal. Kesal karena rencananya berantakan gara gara Jungkook.
"Kookie-ah...apa masih lama?"
"Ummm..."
"Kalau masih lama sebaiknya kau menginap saja di toko ini."
"Ummm..."
Seokjin mendecih kesal. "Aku pergi..."
"Ummm..." jawab Jungkook dengan tetap fokus pada alat alat yang ingin dia beli.
Dengan cemas, Seokjin keluar toko dan segera menyusuri jalan. Dia mencari cari sosok Dita. Dia takut dia terlambat sehingga tidak menemukan sosok Dita lagi.
Dan benar adanya..hari sudah menjelang sore namun Seokjin belum menemukan sosok Dita.
Seokjin terduduk lesu di depan kedai makanan. Rasa haus dan lelah mengantarkan dia di kedai itu. Dengan tak bersemangat dia memesan minuman dan makanan untuk menghilang rasa haus dan lapar yang ditimbulkan akibat berputar putar tanpa arah di dalam pasar.
"Ini enak...terimakaaih traktirannya."
"Benarkah????"
"Bukankan asisten yang setia harus mendapatkan bayaran yang setimpal"
"Tentu...kau adalah asisten setiaku dan adikku yang cantik dan manis"
"Hehehehe....."
Senyum Soodam dan Dita melebar bersamaan dengan tatapan mata Seokjin yang bahagia seperti sedang mendapat jackpot.
*****
Happy Birthday Uri Seokjin 🥳
Wish U All The Best 💞See U Again @ Next Chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Girl
FanfictionBertemu Karena Jodoh... Bersatu Karena Kita Yang Menginginkan.... Dan kau adalah jodoh yang kupilih....