"Si ken mirip banget sama kamu, akunya nggak kebagian apa-apa."
Dari dapur New tertawa terbahak-bahak, meninggalkan sejenak acara sunday cooking dalam rangka belajar membuat inovasi MPASI supaya sang buah hati tidak bosan makan itu-itu saja.
New balik badan menatap suaminya yang baru saja keluar dari kamar sambil menggendong bayi kecil nan imut di tangannya.
New menggeryit, tumben pagi-pagi si Ken sudah bangun, pasti Tay usil menciumi anaknya padahal belum sikat gigi, bangun gara-gara bau jigong ayah.
Tampak jelas jika Tay sedang meneliti struktur wajah sang anak, dari mulai, rambut, mata, hidung, pipi, bibir, semuanya diteliti dengan seksama.
Menimbang-nimbang yang mana yang warisan dari dirinya tapi setelah diteliti, jawabannya tidak ada satupun dari struktur wajah sang anak yang turunan Tay.
Semuanya warisan New.
Hal ini sedikit membuat Tay iri.
Ini anaknya, ya meskipun New yang melahirkan dan mengandung 9 bulan tapi kan ini hasil bibit unggul kepunyaan Tay.
Curang kalau Ken cuma mirip New.
New tersenyum jumawa, mengibaskan tangan dan kembali fokus mencoper nasi, wortel, dan daging sampai menjadi bubur.
Suara mesin coper yang nyaring membuat bising seisi area kitchen dan itu semakin membuat Tay kesal.
Tay sekali lagi meneliti wajah rupawan sang anak yang anteng menunggu papanya membuat sarapan, Ken si kecil bulat lucu dibawa ke kitchen oleh ayahnya setelah merengek karena tidur nyenyaknya terganggu oleh ciuman maut ayah dan kini Ken didudukan di high chair.
Butuh beberapa menit untuk Tay menegaskan kembali bahwa Ken 95% turunan papa sebelum kembali mengajukan protes kepada New.
"Curang banget iih. Masa nggak ada yang mirip ayah!"
New terkekeh, tidak memperhatikan ekspresi Tay kerena sibuk mencari peralatan makan milik Ken.
"I can't help." Katanya.
Tay mendengus, merasa kesal setengah mati. "Buat satu lagi lah, biar impas." Selorohnya asal.
Setelah mendapat apa yang dia cari, New menutup pintu kabinet sedikit menggunakan tenaga.
"Kamu pikir bikin anak gampang?" New menghentak-hentakan kaki menuju sink sambil menggerutu. "Yang ini aja, nunggu sampe mau nyerah. Sekarang malah minta satu lagi. Dikasih satu aja udah banyak-banyak bersyukur."
Tay tiba-tiba ingin menepuk mulutnya keras-keras.
Mendapatkan Ken saja harus menunggu 7 tahun, itupun sangat amat sulit bagi mereka.
Waktu itu New sempat dua kali keguguran, yang pertama pada trisemester awal akibat New tidak mengetahui kalau dirinya sedang hamil alhasil New masih melakukan kegiatan yang rawan mengakibatkan keguguran.
Yang kedua, sudah 19 Minggu di dalam perut New tapi dokter mengatakan detak jantungnya sudah tidak ada.
Dua kali mengalami keguguran New hampir menyerah untuk memiliki anak, dia takut ada nyawa yang hilang di perutnya, New takut jika anak yang seharusnya dia lahirkan akan hilang kembali.
Dalam suasana duka yang mendalam, New menyerah. Tidak lagi berharap ada suara teriakan anak kecil di dalam rumahnya, mengubur keinginan mendapat panggilan papa.
Waktu itu New bener-bener putus asa.
Tay pun tidak jauh berbeda, sebagai saksi bisu insiden memilukan itu, dari lubuk hati yang tidak diperlihatkan kepada New, sebenarnya Tay juga hancur dan putus asa.
Dia sampai menekankan, anak bukan tujuan utamanya untuk menikah, tujuan utamanya adalah membahagiakan New.
Tay akan melakukan apa saja asal New tidak terpuruk seperti ini. Jika tidak ada anak, maka tidak perlu memiliki anak.
Dulu Tay sempat berpikir, sejujurnya dia dan New di dalam satu rumah yang sama sudah lebih dari cukup.
Mereka bisa menjadi keluarga bahagia hanya dengan 2 anggota tidak perlu anggota tambahan.
Tapi kini berbeda, ada anggota tambahan di dalam keluarga kecil mereka.
Tuhan selalu adil.
Sekarang Tay memiliki dua orang yang paling dia cintai. Yang satu suami dan satunya lagi adalah anak kecil bertubuh bulat akibat gemar makan persis seperti papanya.
Nah satu lagi yang diwarisi Ken dari New, Tay tambah iri hati.
"I'm sorry, hon." Tay mengatakan kalimat permintaan maaf itu sambil menatap mata bulat Ken, mengusap pipi Ken dengan penuh kasih sayang.
Dalam hati, Tay merapalkan banyak-banyak terimakasih kepada tuhan karena telah diberi titipan anak yang begitu mempesona.
"I'm always grateful to have you and Ken." Tay turun dari bar stool menghampiri New yang sudah berbalik menatapnya.
"And thank you very much for giving birth to a little angel for me, i love you honey."
Kemudian Tay memeluk tubuh suaminya, mengakhiri sesi bincang pagi dengan berpelukan sambil dipandangi sang buah hati dari meja makan.
This is Ken, Auntie.
This is Ken's parents.
....
we all want a family like this. So...
KAMU SEDANG MEMBACA
AYAH PAPA
Fanfictiontentang Tay dan New yang menjalani hari-hari mereka setelah dikaruniai buah hati. bxb