Baru keluar kamar mandi setelah melakukan rutinitas cuci muka dan gosok gigi, New sudah mendapati wajah cemberut milik Ken sedangkan sang ayah malah cengar-cengir tanpa dosa di sisi anaknya.
Haduh, diapain lagi sih sama ayahmu, Ken.
"Ken kamu apain!" Todong New.
Tay menaikkan bahu, mengangkat alis seolah bukan dia tersangkanya. "Bukan aku."
New berkacak pinggang. "Anak masih bayi juga masih aja dijailin, heran." Kemudian New menggendong tubuh kecil bulat Ken.
"Kalo ayah nakal sama kamu, pukul aja ya nak, jangan mau ditakalin ayah."
Ken meronta, merentangkan tangannya kepada Tay, minta digendong ayah.
Tay cekikikan. "Sini sama ayah."
Tay segera mengambil Ken dari gendongan New.
"Ohh pantes, ayah sama anak sama aja. Ken kalo kamu dijailin ayah, nangisnya jangan ke papa!"
Tay melengos, merasa menang. "Iya papaaa, Ken nggak bakal nangis gara-gara ayah." Katanya jumawa.
Satu jam kemudian saat New sibuk menyortir pakaian kotor yang akan diantar ke londry, suara tangisan Ken terdengar sampai walkin closet. New tidak peduli, biarkan ayah Ken yang menangani anak bayinya yang sedang merajuk.
Beberapa menit berlalu tangisan Ken tidak terdengar lagi, New yang sudah selesai mengepak baju kotor ke kantong plastik, merasa penasaran. Apa yang dilakukan suaminya untuk menenangkan Ken?
New keluar dari walkin closet, memeriksa keberadaan anak dan suaminya di dalam kamar namun kedua orang itu tidak ada. Dia menggeryit, merasa ada yang tidak beres.
Lantas karena prasangka tidak enaknya ini New keluar kamar, mencari keberadaan bapak beranak satu bersama buntutnya, kemana perginya mereka.
Di ruang keluarga dan playroom tidak ada, New turun ke lantai satu mencari Tay dan Ken di dapur. Mungkin mereka sedang mengobrak-abrik isi kulkas, mencari cemilan namun setelah melihat dapur yang masih rapi, New semakin menggeryit, mereka tidak menjajah dapur.
New belok ke ruang tamu, di ruang tamu juga tidak ada. Saat mau putar balik mencari di halaman samping, New mendengar suara pekikan sang anak, dari teras rumah.
"Astaga TAYYY!" New hampir terkena serangan jantung saat melihat anaknya duduk di pafing teras tertawa bahagia sambil menggenggam selang air menemani sang ayah yang sedang mencuci motor gede kesayangannya.
New mengusap wajahnya frustasi.
Ya Tuhan.
Ken menyadari keberadaan New, si kecil bulat itu melambai-lambai membuat selang air yang berada di tangannya ikut melambai dan menyiprat membasahi seluruh tubuh kecilnya.
Tay yang melihat itu segera menghampiri Ken, menyeka wajah Ken yang terkena cipratan air dan ke dua bocah nakal itu tertawa bersama.
New menatap mereka antara ingin menangis atau ikut tertawa bersama anak dan suaminya.
Dan New milih menjewer telinga keduanya, tentu untuk si kecil bulat itu dia hanya menjewer main-main tapi tidak dengan Tay.
"Aw aw awww hon..." Tay meringis kesakitan.
"Rasain!"
Tay meringis. "Sayang aku minta ampun. Janji enggak ngajak Ken nyuci motor lagi." Katanya, mengakui kesalahan.
New berdecik kesal. "Umur anak mu baru setaun loh, Taaay!" New rasanya gemas sekali dengan kelakuan suaminya.
Anak baru genap satu tahun sudah diajak nyuci motor, otaknya dimana? Setiap hari ada aja kelakuannya, heran.
"Iya sayang, maaf."
New mendesah frustasi, melepaskan jeweran di telinga Tay lalu berjongkok mengambil selang air dari tangan Ken.
"Seneng ya main air kaya gini? Kalo masuk angin gimana nak, mandi dulu yuk." New membawa Ken ke dalam gendongan.
"Basah semua ya ampuuun." New menoleh memberikan tatapan mematikan untuk sang suami. "Taaaay!" Katanya merajuk.
"Maaf sayaaang. Tadi Ken yang mau ikut-ikutan main air." Dia berusaha membela diri.
Rasanya New benar-benar mau menangis.
Sampai sore hari New masih merajuk kepada Tay, dia benar-benar mengacuhkan semua usaha Tay untuk berbaikan, satu pun tidak ada yang digubris oleh New.
New akan menghindar jika Tay mulai melakukan kontak fisik seperti saat Tay mau memeluk New atau ketika Tay berinisiatif membantu suaminya mengerjakan pekerjaan rumah.
Mendapat penolakan dari suaminya membuat Tay frustasi. Seperti saat ini, Tay sedang mati-matian membujuk New yang sedang sibuk di dapur.
"Sayaaang, masa nggak mau baikan?" Tay merengek di samping New.
Tidak ada sahutan.
Papa dari Ken itu mengabaikan ocehan Tay dan fokus memasukkan potongan wortel dan kol kedalam panci.
Tay berdiri di pojok dekat kulkas sambil menunduk, persis seperti anak kecil yang sedang dihukum oleh mamanya.
"Aku minta maaf, honey. Umur anak aku masih satu tahun, aku salah udah ngajak Ken main air dan nggak mikir gimana nanti kalo Ken sakit. Honey, sayang, aku bener-bener nyesel, suer nggak bakal keulang lagi."
Kali ini kalimat penyesalan Tay mengundang sedikit perhatian New, pemuda yang sebentar lagi akan menyusul Tay ke angka tiga puluh itu menoleh sekilas kemudian mendengus.
Alhasil karena ulah ada-ada sajanya, Tay tidak mendapat jatah selama seminggu karena suaminya yang masih kesal setengah mati akan ulahnya.
Pada hari ke delapan Tay protes seperti ini,
"Udah delapan hari loh hon, masa tidur cuma bisa pelukan. Nggak kasihan apa sama aku?"
New menggerling malas, mengabaikan ocehan tidak penting suaminya dan lebih memilih menonton acara makan-makan di televisi.
"Sayang?"
"Oke, tambah sebulan lagi sekalian kamu belajar puasa."
What!
Mata Tay membelak tidak percaya.
.....
Mampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYAH PAPA
Fanfictiontentang Tay dan New yang menjalani hari-hari mereka setelah dikaruniai buah hati. bxb